ikatan pernikahan

7.5K 187 1
                                    

Bagi sebagian orang mungkin menikah membawa kebahagiaan. Lalu bagaimana dengan Prilly?. Menikah dengan juragan ali bhkan tidak pernah ada dalam pikirannya. Usianya baru 16 tahun masih termasuk anak di bawah umur. Dia masih kelas 2 SMA. Tapi melihat ibu yang bahagia bukan main Prilly tak mampu menolak. Benar kata ibunya, pemuda normal tidak akan ada yang mau dengannya. Tuan Ali yang kaya raya bersedia menikahinya adalah sebuah keajaiban. Tapi mampukah ia untuk menangani trauma yang sudah mendarah daging.

Saat pesta itu digelar banyak dari cibiran orang kampung yang masuk ke telinganya. Prilly hanya diam menunduk. Selalu saja kecacatannya dijadikan sebagai tolok ukur kekurangannya. Lalu juragan ali akan dipuji sedemikian rupa karena telah mau untuk menikahinya. Apakah memang orang orang ini tidak mempunyai penilaian lain selain dari kesempurnaan fisik. Prilly tidak pernah ingin bisu. Tapi jika kecacatannya dijadikan tolok ukur bagi kepribadiannya juga ini sungguh keterlaluan.

"Kamu itu beruntung prill, ali mau sama kamu. Ya padahal dikampung ini banyak gadis yang lebih cantik lebih sempurna. Lha wong kamu cuma anak pembantu bisu pula. Gak tau deh kok bisa ya ponakanku itu mau sama kamu. Cinta kali ya. Kamu pasti sering ngegodain dia kan. Sampe dia kekeh nikahin kamu..". Prilly tak bisa menjawab. Hanya mendengarkan saja. Sedari tadi di dandani dan banyak sindiran dari orang sekitar. Sekarang Budhe Ratmi juga mengatakan hal yang sama.

"Saya terima nikahnya Prilly lestari binti Lukman dengan mas kawin tersebut tunai"
Ucap kabul itu sudah terucap. Dan resmilah Prilly menjadi istrinya.
"Ayo prill dicium tangan suami kamu" ibunya berkata seraya menyenggol kan tanganya kepada Prilly. Prilly mengikuti perkataan ibunya dan mencium tangan Ali. Namun saat kepalanya masih merunduk suara bisikan Ali mengagetkannya.
"Jangan berbesar hati karena saya menikahi kamu. Kamu cuma jadi tempat pelampiasan hasrat saya".
Prilly memejamkan matanya sejenak. Iya... Benar... Jangan menangis bisiknya dalam hati. Prilly menguatkan dirinya sendiri.

=================================
Prilly mencoba berlari ke arah pintu dengan sempoyongan. Namun belum sempat tanganya memegang gagang pintu kakinya dicekal. Tubuhnya terpelanting tengkurap. Kakinya di pegangi Ali. Prilly menangisi nasibnya lagi. "Ya Tuhan. Hamba tau dia suami hamba. Tapi hamba belum sanggup"
Tubuhnya di balik. Ali sudah ada di atasnya. "Enhh... Enhh"Prilly tak bisa berteriak dan untuk kali ini Prilly benar benar menyesali kecacatannya itu.

Mulutnya di cengkeram Ali. "Saya suami kamu Prilly, tubuhmu milik saya. Jadi jangan melawan saya atau saya bisa berbuat kasar kepada kamu"
Lalu setelah kalimat bernada ancaman itu dilontarkan sebuah tamparan dipipinya. Setelah itu tubuhnya digotong ke kasur. Ali menciuminya dengan bringas. Tanganya tak tinggal dia melepasi kancing Prilly. Saat gaun itu sudah terlepas sepenuhnya dari tubuhnya Prilly semakin ketakutan. Berontakan kecil yang tadi mereda kemudian menguat lagi. Prilly tidak mau. Tapi tenaganya tak cukup kuat. Sampai penyatuan itu terjadi Prilly kembali meringis. Rasa sakit yang pertama kali masih belum usai. Kini yang kedua rasanya juga masih sama sakitnya.

Ali tak cukup memberikan foreplay dan Prilly juga tak menikmati cumbuannya karena itulah penyatuannya terasa menyakitkan. Tapi meskipun sesulit apapun saat nafsu telah berbicara semuanya terasa benar saja. Ali terus bergerak maju mundur. Kadang memainkan tubuh Prilly sesuka hati. Tubuh Prilly di atur sedemikian rupa mengikuti berbagai gaya bercinta. Gerakannya pun kadang terasa sangat kasar. Prilly tidak tau apakah miliknya sudah terluka yang pasti rasanya terasa prih. Terkadang dia memegang tangan Ali. Mencoba menghentikan gerakan kasar lelaki itu tapi tetap tak dihiraukan. Selanjutnya prilly hanya menggigit bibir seraya mencengkeram seprai kasur. Mencoba bertahan dalam deraan rasa sakit yang semakin menggebu. Desahan nikmat lelaki itu kala menyemburkan benihnya menjadi sinyal kebahagiaan. Karena lelaki itu pasti akan berhenti. Meskipun sejenak tapi setidaknya memberikan sedikit waktu untuknya sekedar menghela napas.

================================

Prilly terduduk diatas kursi Rotan. Di hadapannya sebuah halaman luas. Rumah suaminya Ali, atau dia bisa menyebut rumahnya juga. Didepan sana prilly melihat segerombolan anak SMP sedang pulang.
Jika dia tidak di perkosa, Jika dia tidak dinikahi tuan Ali, atau jika saja dulu tidak ikut ke kota... Semuanya akan berakhir dengan jika.

Prilly seperti menyesali tiap hal dalam hidupnya. Kecacatannya, kemiskinannya, ketidakberdayaannya dan kemalanganya. Lalu tanpa sadar dia akan menitikkan air mata.

Sudah tepat 4 bulan berlalu sejak pernikahannya berlalu. Dan dirinya kini tengah mengandung. 2 bulan kata bidan yang kemarin memeriksanya. Kehadiran anak ini entah kenapa mengobati sedikit luka hatinya. Setiap kali dia menyentuh perutnya terasa sangat damai. Ali juga entah kenapa sebulan ini tak lagi memaksakan kehendaknya. Setelah Prilly di diagnosa hamil sebulan yang lalu. Lelaki itu juga kadang-kadang terlampau perhatian. Semua pembantu di omeli saat Prilly tak mau makan. Padahal bukan karena masakannya tak enak tapi Prilly tidak nafsu makan karena janin membuatnya mual.

Lelaki itu juga mendatanginya ke kamar setiap malam tapi bukan untuk melampiaskan hasratnya. Ali akan datang kemudian berbaring dan memeluknya. Terkadang mengelusi perutnya dan entah kenapa berhasil membuatnya nyaman. Lalu Prilly akan tertidur pulas. Meskipun masih ada trauma yang membekas dalam kepalanya tapi dengan kehadiran anak ini semuanya seperti terobati sedikit demi sedikit.

1 Maret 2021

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang