anakku

4.8K 184 2
                                    

"Li kamu gak bisa ambil keputusan kaya gitu dong. Dia udah jelas-jelas hianatin kamu. Kalo dia tetep tinggal disini yang ada ntar dia bakal bawa selingkuhanya lagi kesini"
"Rumah ini rumahku. Terserah aku mau bikin dia tetep di sini atau enggak Sintia"
"Tapi dia itu udah..."
Belum sempat Sintia meneruskan perkataanya sudah lebih dahulu dipotong oleh Ali.
"Selingkuh?. Jngan lupa Sintia kamu juga udah selingkuhin aku juga. Kamu sama dia gak ada bedanya!" Tuding Ali.
"Kamu juga udah selingkuhin aku Li. Kita masih menikah hingga sekarang Li. Dan kamu justru menikahi Prilly bahkan sebelum kita bercerai!. Aku juga selingkuh dari kamu cuma buat pembuktian kalo aku gak mandul."
"Sialannn! Berhenti bicara omong kosong Sintia sebelum aku usir juga kamu dari sini!"
Kemudian Ali pergi dari kamar itu dengan membanting pintu keras.

===============================

Ali pergi ke kamar Digo. Benar, Digo adalah pelipur lara dihatinya. Memandang bayi laki-laki itu rasanya semua beban dipundaknya terasa ringan. Anak nya. Putranya yang sudah ia tunggu-tunggu bertahun-tahun. Mengapa bahkan meskipun sudah bersama Sintia belasan tahun tak ada anak yang hadir. Bersama Prilly bahkan baru sekitar 3 bulan tapi Prilly sudah langsung hamil. Apa pemeriksaan dokter waktu itu salah? Apa Sintia yang mandul bukan dia? Karena bahkan sekarang Digo sudah hadir. Membuktikan bahwa ia adalah lelaki sejati. Prilly.. si gadis cacat itu yang berhasil mengandung anaknya.

Ali membelai kepala Digo dengan sayang. Kemudian menghadiahkan kecupan sayang di pipi dan dahi anak laki-lakinya itu.
"Kamu akan menjadi penerus ku sayang. Anakku.. putraku." Kemudian menggoyang-goyangnya ranjang gntung dari rotan itu. Benar. Semua hal akan ia lakukan demi anaknya. Putranya akan mendapatkan segalanya.

===============================
Ponsel di sakunya kembali berdering saat Ali sedang fokus memantau para pekerja di kebunnya.
"Ya halo..."
"Halo benar dengan bapak Ali Syarief?"
"Benar. Dengan siapa ini?"

'iya ma beneran ini pak ali.'
'sini pa biar mama aja yang ngomong'
Suara itu terdengar dari telepon seberang. Pria dan wanita. Tapi siapa. Nomornya tidak dikenal.

"Pak pekernalkan saya Rizal. Rizal Latuconsina. Saya sudah mencoba menghubungi bapak dari beberapa Minggu lalu. Ada hal penting yang ingin saya sampaikan kepada bapak. Kalau boleh saya ingin berkunjung ke rumah bapak. Apa boleh"

"Saya tidak merasa kenal dengan anda pak Rizal, ada urusan apa anda dengan saya." Ali bertanya kembali.

"Hmm. Begini pak ini hal yang sangat pribadi dan sepertinya tidak bisa saya bicarakan lewat telepon. Sebaiknya kita berdua bertemu pak. Ini penting sekali pak. Saya mohon. Saya bukan orang jahat, kalau bapak tidak percaya nanti saat kita bertemu di rumah bapak boleh melibatkan orang-orang bapak. Saya juga bersedia menyerahkan ktp saya sebagai jaminan"Ali menghela napas panjang. Orang ini kekeuh sekali. Apa memang ada yang penting dan harus dibicarakan. Tapi hal penting apa sampai harus ke rumahnya segala. Ali juga penasaran tapi perasaanya juga was was. Bagaimanapun mengundang orang tak dikenal ke rumah juga berbahaya. Tapi dari namanya sepertinya orang ini bukan orang sembarangan. Marganya dia pernah dengar beberapa kali. Seperti orang berada.

"Baiklah kita bertemu di rumah saya"
"Terimakasih pak Ali, saya akan datang Senin Minggu depan."

================================

"Duhh anak ini nangis Mulu deh. Gak pagi siang malam nangis Mulu."Sintia menggerutu sambil menggoyang-goyang ranjang gantung itu. Dia sudah berkompromi dengan Ali. Ali bersedia menerimanya kembali dengan syarat harus bersedi merawat anaknya.
'kalaj bukan karena ni anak anaknya ali ogah juga. Mana rewel pula'
"Diem kenapa sih kamu bayi nyebelin. Kamu kenapa gak kaya ibu kamu aja sih. Bisu. Biar gak kebanyakan nangis. Pusing saya"

"Sintia Sintia. Anak nangis itu minta digendong kalau gak lapar. Kasih asi sana" bude Ratmi menasihati.
"Asi dari Hongkong. Hamil aja belum pernah. Mana bisa aku kasih asi sih bude. Gendong juga berat. Pegel tanganku" gerutunya.
"Ya udah panggil Prilly aja sana. Mumpung Ali lagi pergi ke kebun. Biar dia yang nyusuin. Kamu tau sendiri kalo Ali Dateng gak akan dibiarin si Digo disusuin ibunya." Suruhnya lagi.
"Nih anak ngerepotin banget sihh emang. Prilly..Prillll! Sini kamu cepetan!!"
Prilly tergesa mendengar panggilan dari Sintia. Sedari tadi ia sibuk mencuci piring habis sarapan dan membereskan dapur. Ia tidak tenang mendengar suara tangisan Digo. Tapi mendekat untuk menenangkan ia tak berani. Peringatan Ali agar tidak dekat-dekat dengannya tanpa seizin Ali membuatnya ketakutan. Prilly tak berani mendekat. Takut jika Ali memergokinya nanti ia akan disalahkan dan diusir lagi.

Tapi kemudian suara panggilan Sintia membuatnya bergegas menghampiri. Pasti Sintia akan meminta untuk menenangkan bayinya. Digo memang anak yng pintar. Bayi itu seakan mengerti kerinduannya. Sehingga bayi itu sering menangis dan hanya bisa diam jika Prilly Gendong atau susui. Anaknya. 'Andaikan kita bisa bersama terus nak...'

"Tuh susuin anak kamu tuh. Nangis Mulu dari tadi. Pusing saya dengerinya." Titah Sintia.

Prilly menghampiri anaknya lalu menggendongnya. Ajaib baru sedetik digendonv tangisan itu mereda. Prilly menangis menyadari hal itu. Digo berhenti menangis karena sudah ia gendong 'digoo... Anakku... Putraku.. apa kamu merindukan mama juga nak?.' dikecupnya sayang pipi anaknya. Dia gesek-gesekkan hidunganya ke pipi Digo. Mencurahkan kasih sayangnya pada anak laki-laki kecil itu. Dia tidak bisa menyanyi Nina Bobo untuk Digo tapi dekapan hangatnya akan selalu ia berikan kapanpun Digo menginginkanya. Doanya akan selalu bersama Digo tiap saat. Detakan jantungnya adalah untuk anaknya. Alasan kehidupannya adalah Digo. Anaknya.
'tumbuh yang sehat anakku. Mama disini.'
Prilly membawa Digo ke ranjang besar di kmar itu dan menyusui Digo sambil duduk. ASI-nya sangt lancar. Prilly pernah dengar beberapa wanita asinya tidak keluar saat baru melahirkan. Dan hrus mengkonsumsi jamu agar bisa keluar. Tapi Prilly tidak. Dari awal lahir asinya sangat lancar. Prilly bersyukur Tuhan memberikan kemudahan padanya untuk memberi makan anaknya.

Di sentuhnya hidung Digo dengan telunjuknya. Lucu sekali anaknya ini. Gerakan bibirnya saat menyedot puting susunya. Anaknya kelaparan mungkin. 'makan yang banyak ya nak'
'Mama janji akan makan yang banyak juga agak asi mama tetap lancar'

Prilly masih asik menyusui Digo sampai suara pintu terbuka mengagetkannya.
'Juragan Ali!!'
Mengapa juragan ali sudah sampai bukankah ini masih jam 10 pagi. Ali biasanya datang dhuhur dan ada suara mobil yang mengiringinya. Tapi tadi Prilly tidak mendengar suara mesin mobil memasuki rumah ini.
"Siapa yang mengizinkan kamu untuk menyusui Digo!!!" Bentaknya.
Prilly gemetar ketakutan. Dekapan menguat. 'tenang sayang mama disini'

7 Maret 2021

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang