Yang lain?

3K 196 7
                                    

Sisi merajuk. Hari ini sudah seharusnya ia dan ayah pergi ke pemandian. Ayah sudah berjanji dari bulan lalu. Tapi kata omade ayah ada urusan mendadak dan tak bisa menepati janjinya.

Bude  membujuk sisi namun sisi tak bergeming. Sedari tadi menangis dan tak mau diajak bicara. Ali tadi hanya mengatakan tidak bisa dan tidak menjelaskan mengapa tidak bisa. Ia juga tak tahu harus bicara apa pada sisi. Cucunya itu memang dekat sekali dengan Ali. Segalanya mau bersama Ali. Dan memang entah kenapa beberapa hari ini Ali jarang pulang ke rumah. Biasanya sesibuk apapun mereka akan tetap sarapan bersama. Tapi Ali bahkan tak pulang kemarin. Sekarang hari dimana seharusnya mereka berlibur justru di batalkan secara mendadak. Apakah Ali terlalu sibuk dengan pekerjaan atau hal lain ia belum memastikan. Sekarang Ali bahkan tak pernah cerita seperti dulu. Ia tahu luka hati Ali karena Digo dan Prilly telah membentenginya untuk berbicara dengan Ali.

Bude mengelusi rambut sisi dengan lembut. Tut..Tut..Tut..
Suara telepon ya berdering tiba-tuba.
"Ya mas Gung"
"....."
"Iya ini sisi sehat kok. Ini cuma nangis karena gak jadi liburan sama ayahnya"
"...."
"Iya kemarin Ali janji ngajaki ke pemandian. Tiba-tiba dibtalin. Jadinya anaknya nangis sekarang"
"....."
"Gak usah mas. Ini juga habis ini diem. Anak kecil kan emang suka begitu."
"...."
"Kalau memang dia emang udah bisa ketemu sisi sih aku sih ga masalah. Tapi coba mas hubungi Ali dulu deh."
"...."
"Tadi aku hubungin masih aktif. Apa mungkin sengaja di matiin karena lagi pertemuan sama orang bisniannya dia kali"
"...."
"Iya mas. Nanti kalo emang udah Dateng aku kabarin alinya. Rencananya kapan mau kesini..?
"...."
"Bisa-bisa kok."

Bude menutup teleponnya setelah mengucapkan salam. Sisi menangis hingga tertidur. Kasian dia. Ali emang keterlaluan. Nanti kalau Ali Dateng bakal dia marahin.

================================

Rafly berlalu begitu saja setelah mendengarkan percakapan Ali dan budenya itu. Ia masih penasaran siapa sisi yang dimaksud. Apa itu kekasih Ali atau jangan-jangan istri. Lalu kenapa laki-laki itu mendekati adiknya jika sudah punya keluarga baru?.

Dia hrus memastikan semuanya. Tapi gengsi harus tanya sama si Ali. Nanti dia bakalan datangi rumah Ali. Memastikan kebenaranya. Jika memang Ali sudah memiliki keluarga baru tak akan ia izinkan untuk mendekati Prilly. Rafly tak ingin Prilly dipermainkan. Dulu dijadikan istri kedua. Sekarang kalau lelaki itu mengulang kesalahannya lagi tidak akan dia biarkan.

Jauh lebih baik jika Prilly menjalin hubungan dengan lelaki lain. Max mungkin. Rafly lebih setuju jika adiknya itu bersama max. Dia sudah kenal max sejak lama. Adik dari sahabatnya itu adalah lelaki yang ontas untu Prilly. Kaya pintar dan dari keluarga terpandang. Max juga bersedia menerima masa lalu Prilly. Jika ada berlian kenapa pilih batu kali. Max juga masih muda. Beda sama Ali yng udah tua Bangka. Meskipun sebenarnya ali kelihatan awet mudanya. Usianya 40 tahun saja masih kelihatan 20 tahunan. Tapi tetep saja tua.

"Bang Rafly ngapain ngelamun depan pintu"
"Ehh apa?"
"Bang Rafly ngapain ngelamun"
"Enggak gak ada apa-apa. Digo udah sarapan?"
"Udah itu lagi makan lahap."
"Itu makanan buat siapa?"
"Buat yang di dalem"
"Kenapa kita gak suruh ngaterin dia pulang ke rumahnya aja sih semalem? Ngerepotin banget." Rafly mengeluhm dia tuh sebel banget kalo ada hal berkaitan dengan mantan adik iparnya itu. Denger namanya aja udah bikin kesel. Ini lagi segala nginep di rumah.
"Udah deh bang." Prilly mencoba menasehati.

================================

"Boleh saya minta suapin?" Prilly terheran. Bukanya tangan Ali baik-baik saja. Lecet juga dikit. "Tangan saya gak bisa buat genggem bengkak. Mau genggem sendok gak bisa" Ali beralasan lagi. Prilly pun akhirnya duduk di samping rnjabg dan mulai menyuapi Ali.
Suao-suapan itu benar-benar bikin hati Prilly dag Dig dug. Mata Ali tak lepas memndangi wajahnya secara intens. Mana kuat sih dipandangi trus.  Jadi canggung kan.
"Jangan liatin saya kek begitu"Prilly mencoba menegur Ali.
"Saya gak bisa kendalikan mata saya prill. Kalo liat wajah kamu maunya trus liatin. Kamu indah sih"
Alamak digombalin. Pipi Prilly memerah.
'cantik sekali'ali membatin. Wajah Prilly dari dulu memang cantik. Kulitnya putih. Bahkan tanpa make up sekalipun rona merah dipipinya sudah kelihatan. Ali semakin tak bisa mengalihkan pandanganya.
"Ayah. Ayah. Ayah"suara Digo datang.
"Ciyeeee mama suap-suapan sama ayahh..."
"Ciyee..."
Di depan sana ada ayah dan juga ibunya yang ikutan masuk. Kenapa gak sadar suara pintu kebuka. Prilly semakin salah tingkah. Ibunya memandanginya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Perempuan dan laki-laku gak baik berduaan dalam kamar." Ayahnya menegur. "Maaf pa Rizal. Tadi saya yang minta Prilly suapin. Tangan saya gak bisa buat megang sendok soalnya."
================================

"Sebaliknya Anda pulang mas Ali. Nanti Rafly yang akan mengantarkan anda."
"Pak Rizal.. apakah saya tidak bisa tinggal disini sementara. Saya..saya ingin dekat dengan Digo"
"Dekat dengan Digo atau Prilly?"
"Ehmm..."
"Kalian berdua sudah bercerai."
"Tapi kami masih bisa rujuk. Saya tidak pernah memberikan talak."
"Jadi benar Anda ingin mendekati Prilly kembali?"
"I..iya"
Pak Rizal memandang lelaki didepanya itu dengan serius.
"Kamu dulu pernah memperkosa putri saya kan?" Kepala Ali mendongak. Tak menyangka akan di berikan pertanyaan itu.
"Iya... Tapi saya berusaha memperbaikinya. Saya akui saya salah waktu itu tapi saya sudah menyesalinya. Dan..dan."
"Nak Ali... Sulit rasanya untuk mempercayai kamu kembali. Untuk mendapatkan Prilly saya tidak jamin Prilly juga akan bersedia. Tapi jika berkaitan dengan digo saya tidak akan menghalangi kamu lagi untuk bertemu. Saya izinkan kamu menginap disini sehari lagi. Besok Rafly yang akan mengantarmu pulang"
Pak Rizal beranjak.
================================

"Omade papa kemana sih... Sampe sekarang belum pulang-pulang juga." "Papa mungkin masih sibuk si. Nanti kalo udah selesai juga pulang"
"Tapi kemaren gak pulang pulang. Omade boong."

Bude hanya menghela napas. Ali kenapa gak ada kabarnya ya. Hpnya gak aktif. Tumben banget. Biasanya kalo sama sisi suka minta video call. Kenapa sekarang seperti jarang.

"Main aja sana. Biasanya kan kamu suka main basket"
Sisi menggaruk kepalanya.
"Bola basketnya gak ada omade"
"Lho kok bisa gak ada?"
"Gak tau. Sisi lupa naro."

Kemaren perasaan liat sisi main basket abis itu yang dia masuk kemar itu kan.
Jangan-jangan bolanya ketinggalan di kamar itu lagi.

"Omade telponin papa lagi ajaa."
"Gak diangkat. Hp papa kamu gak aktif."
"Uhh papa kemana sih"
================================

"Digo mau tidur Ama ayah ya ma..."
Sedari tadi Digo tak pernah lepas. Pengan main sama Ali terus. Nonton tv mau sama ali. Makan siang akhirnya juga di bawa ke kamar biar sama Ali. Sekarang tidur juga mau sama ayahnya.

Prilly mengangguk tanda menyetujui. "Tapi minum susu dulu ya."
"He em"
Prilly segera membuatkan susu untuk Digo. Tapi kemudian Rafly tiba-tiba mengajaknya bicara.
"Kamu jangan kemakan sama rayuannya Ali prill"
"Maksud Abang apa?"
"Ali itu sepertinya udah punya istri lain prill. Tadi Abang denger dia ada sebut-sebut nama sisi waktu telepon sama budenya. Katanya sisi nungguin di rumah."

Istri lain? Benarkah?. Apa Ali sudah menikah dalam 6 tahun ini?.  Kenapa tiba-tiba hatinya jadi sakit. Cemburu kah?

24 Maret 2021

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang