Fakta yang terbuka

3.7K 198 5
                                    

Ali menggeser layar handphonenya. Memcari-cari no pak Rizal ataupun keluarga Prilly yang lain. Kemarin ia tak  menyimpannya. Tapi pasti ada di daftar panggilan. Ali sendiri kemudian menekan tanda memanggil Tanganya yang satu memegang hp yang lain berkacak pinggang. Tampak tak sabaran. 'kenapa tidak diangkat-angkat sih?'

Ali yakin ini pasti ulah mereka. Tapi bagaimana bisa seisi rumah kecolongan begini. Bahkan penjaga dan pembantu yang stay dirumah tak ada yang mengetahui kapan tepatnya Prilly dan Digo dibawa pergi.
"Tadi kami di suruh nyariin kalungnya Bu Sintia pak. Jadinya penjaga depan sama semua pembantu nyisir halaman belakang buat nyari kalung"aku mereka. Ali tadi hampir memecat semua orang yang ada di rumah. Semua orang kena semprot. Ia emosi. Marah. Kecolongan.

"Sintia .."tidak mungkin tiba-tuba wanita itu kehilangan kalung tepat pada saat prilly dan Digo hilang kan?. Pasti wanita itu bekerjasama dengan keluarga Prilly. Ia yakin sekali. Lihat saja dia tidak akan berdiam diri. Kemarin kemarin Sintia bisa berada di rumah karena bujukan bude Ratmi. Sekarang lihat saja. Ia pastikan untuk mengusir wanita itu dari sini. Ali tak suka di usik. Dan wanita itu sekarang sudah mengusiknya.

================================

"Dari mana...." Sintia memasuki rumah yang dalam keadaan sepi. Sekarang sudah jam 12 malam. Ia harap Ali sudah tidur. Jadi dia akan bebas dari pertanyaan interogasi lelaki itu. Tapi ternyata Ali tetap bangun. Ekspresi Ali sangat dingin. apa Ali tahu semuanya. Tidak mungkin. Pembantu dan penjaga sudah ia suruh mencari kalungnya tadi sebagai pengalihan agar mereka tidak curiga padanya.
"Da da ri ru ru mah pa..pa"jawabnya gagap. Ali tersenyum. Jawaban Sintia gugup. Ali sudah menilai. Sintia memang bersekongkol untuk membawa Prilly pergi. Segera ia hampiri Sintia. Dan ia Jambak rambutnya.
"Saya mengizinkan kamu tinggal di rumah ini hanya karena bude. Kalau bukan karena bude. Gak Sudi saya terima kamu. Wanita jalang!"Ali berteriak.
Kemudian ia menyeret Sintia dan mendorongnya hingga terjerembab. Dibukanyaa tas Sintia dan ia ambil hp Sintia.
Tidak di kunci. Bagus. Ia kemudian menatapi pesan wa dan riwayat panggilannya. Rafly Latuconsina. Nama itu ada dalam riwayat chat. Lalu ia buka isi chatnya. Ali menjadi emosi. Wanita ini berkomplot untuk membawa Prilly pergi.
Kemudian ia banting hp tersebut hingga jatuh berkeping-keping. Di tariknya tubuh Sintia kembali. Dan ia bawa keluar rumah. "Pergi dari sini! Perceraian kita akan diurus secepatnya. Akan saya pastikan kamu tak akan mendapat sepeserpun harta Gono gini dari saya!"ali mengancan. Kemudian ia mengambil kunci mobil dalam tas Sintia. Melemparkan tas itu ke muka Sintia dan menutup pintunya.

"Ali! Ali! Ali! Tidak Li jangan Li"Sintia bangkit mencoba menggedor gedor pintu itu. Berharap Ali akan membukanya. "Aku ngelakuin ini karena aku cinta kamu Li. Aku cinta kamu"tangisnya. "Kita dulu bahagia tanpa Prilly. Kehadirannya diantara kita membuatku cemburu"
"Kamu bahkan memaafkannya karena tidur bersama pria lain. Tapi kamu kenapa tetap mendinginkan ku? Aku hanya ingin mendapatkan suamiku lagi Li. Aku mau kamu"lirihnya lagi. Ia memang sudah nekat. Tapi ia dengki dengan Prilly. Bagaimana ia bisa kalah dengan wanita cacat itu. Kenapa ia tak bisa punya anak. Kenapa Prilly bisa. Kenapa Prilly?. Sintia menggedor-gedor pintu itu lagi. Tapi tak juga di gubris. Ia semakin menangis.

================================
Prilly mengikuti kakaknya memasuki rumah itu. Di gendongannya Digo sedang tidur. 'Besar sekali'. Rumah orang tuanya sangat besar. Hampir sama besar sih dengan rumah Ali. Cuma rumah ini seperti ada 2 lantai. Dan bangunanya sangat megah.
"MA MAMA MAMA"Rafly memanggil mamanya tidak sabaran. 'Rafly bawa Prilly pulang ma. Rafly bawa adek pulang' ia tak sabar mengatakan itu pada sang ibu.

"Kenapa fly kamu kok ribut gitu..Prilly!"ibunya kaget. Prilly datang bersama dengan anaknya. Ya Tuhan bagaimana mungkin ini terjadi. Bu Ully langsung bergegas menghampiri keduanya. "Ini kamu nak.. kamu sayang. Anak mama" tanganya meraba raba Wajah prilly. memastikan sosok yang ada didepannya ini benar Prilly anaknya. Dia ciumi wajah Prilly. " terimaksih ya Allah ini nyata"lirihnya. Kemudian ia peluk anaknya itu. Ia juga melihat Digo. Cucunya. Ya ampun. Bu Ully menangis bahagia.

Raja yang sedari tadi di kamar ikut keluar. Dia melihat adikny Prilly sedang berpelukan dengan mama. Sedari kemarin Rafly memang menceritakan pertemuanya dengan Sintia. Hanya ia dan Rafly yang tahu. Bukanya tidak ingin menceritakan pada sang mama, tapimereka ingin memastikan keadaan dibawah kendali dulu. Jadinya mereka sengja merahasiakan kerjasama denga Sintia dari sang mama bahkan papa. Biarkan orang tua mereka itu tenang. Dan mereka yang kan mengurus untuk membawa Prilly pulang. Ternyata benar. Sekarang Prilly sudah benar. Raja menjadi lega.

Sang ayah pun yang tadi duduk di halaman belakang bersama burung-burungnya pun datang dengan terharu. Melihat Prilly pulang bersama Rafly. Ia dari kemarin memang cukup kebingungan. Sengaja mengalihkan perhatian sedikit ke burung-burung kesayngan. Sambol merenungi cara untuk membawa Prilly kembali. Tapi sekarang Prilly sudah datang. Anak lelakinya itu memang bisa diandalkan. Rizal senang. Ia kemudian memeluk Rafly.
"Pa.."Rafly kaget. Mengapa ia yang dipeluk bukanya prilly.
"Kamu selalu bisa bikin Mama dan papa bahagia raf. Terimakasih"ucapnya tulus. Rajapun ikuta memeluk.
"Kok cuma bang Rafly yang dipeluk. Raja juga ikutan lho"selorohnya. Rizal tertawa. Ya seperti inilah keadaan seharusnya. Ia dan seluruh anak-anaknya telah bersama kembali.
================================

Bude terduduk diam memandangi Ali sedari tadi. Semalam ia sudah terkena Omelan Ali. Ia hanya diam saja. Tak ingin berkata apapun. Kemarin ia juga tahu Sintia di usir oleh Ali. Ia tak menyangka dalang dibalik menghilangnya Prilly dan Digo adalah Sintia. Pantas setelah minum teh yang Sintia bikin kemarin jadi ngantuk. Minumannya dicampur obat tidur. Sintia itu licik juga. Karena masalah Prilly ini, Ali jadi tidak mempercayainya lagi. Bude Ratmi jadi dongkol. Kok bisa bisa sih Sintia berlaku ceroboh begitu. Sudah tau Digo itu anak satu -satunya Ali. Jelas Ali akan marah mengetahui anaknya hilang. Bersama istrinya pula. Bude Ratmi tak bisa memungkiri Ali itu kayanya sayang bnget sama Prilly. Sekejam kejamnya Ali memperlakukan Prilly, bude Ratmi bisa lihat pancaran itu dari matanya.

Sekarang posisinya serba sulit juga. Ali sudah tak mempercayainya lagi. Berkat Sintia. Ia dulu yang membujuk untuk Ali untuk menerima Sintia.
"Kalau aja dulu aku gak dengerin bude nerima Sintia balik lagi. Keluarga Prilly gak akan maksa bawa Prilly pergi. Kalau aja aku dulu gak ngikutin bude. Sintia gak akan punya kesempatan memisahkan ku dengan istri dan anakku."kata-kata Ali masih terngiang. Tapi Ali memang hanya sebatas kata-kata saja menumpahkan emosinya. Ali tak sedikit pun menyakitinya secara fisik. Ia tahu Ali sudah menganggapnya seperti ibu sendiri. Ia sadar. Keluarga Prilly jadi tak terima Prilly dijadikan istri kedua. Jadi pembantu pula. Itu semua memang karena Sintia. Karena rencananya bersama Sintia. Sekarang jadi menyesal sendiri. Mana dia sangat sayang sama Digo. Cucunya.
================================

Ali berdiam dalam mobil di depan gerbang rumah bercat putih itu. Tidak susah mencari rumah Latuconsina itu. Rizal Latuconsina adalah pengusaha sekaligus politikus dikota ini. "Saya ingin bertemu Rafly Latuconsina"ucapnya pada satpam.
"Maaf pak. Apakah sudah ada janji sebelumnya" satpamnya bertanya.
"Saya gak harus ada janji buat ketemu adik ipar saya sendiri. Saya suami Prilly"ucapnya. Lalu satpam itupun membukakan pintu gerbangnya.

Memang beberapa hari yang lalu keluarga ini kedatangan wanita muda yang ia ketahui sebagai anak bungsu yang sudah lama terpisah. Jadi perbincangan hangat juga dikalangan pembantu karena anak bungsunya itu bisu dan punya anak diusia belia.

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang