Konfrontasi

3.6K 183 7
                                    

"telponnya gak diangkat pa. Mas Ali sepertinya sengaja memutus komunikasi kita"Rafly berkata lirih

"Kita bawa pergi Prilly dari rumah itu dulu. Yang penting sama kita dulu aja Prilly nya."pak Rizal mulai tak sabaran.

"Tapi kalau kita datang lagi ke sana sepertinya kita tidak akan di terima baik pa. Mama takut kalau terus-terusan disana Prilly akan disakiti terus"Bu Ully merasa khawatir.

"Jemput Prilly segera. Kita bawa dengan anaknya sekalian"

"Kalau alinya tidak mengizinkan bagaimana. Gak enak kalo kita mancing keributan di sana"

"Kita ambil paksa Prilly kalau perlu polisi kita ikutkan."

"Kita jemput Prilly besok. Kita coba bicara baik-baik dengan mereka dulu
Kalau memang tetap tidak bisa. Baru kita ambil jalur hukum"

================================

"Sintia gak habis pikir bude sama Ali itu. Apa sih yang diliat dari Prilly yang cacat itu. Padahal kita sudah buat sedemikian rupa biar Ali benci tapi sekarang lihat Ali kembali bersikap luluh sama perempuan itu"sintia mengeluarkan kedongkolan dalam hatinya. Melihat bagaimana tadi Ali memberikan banyak pakaian pada Prilly membuatnya dengki. Ali bahkan mencium keningnya. Dasar sok romantis. Ia dan Ali bahkan tak pernah melakukan itu. Pernikahan dengan Ali dulu di atur oleh keluarga. Meskipun Ali tak pernah bersikap romantis tapi Ali juga tak neko-neko. Sintia bahkan berani menjamin Ali tak pernah sedikitpun menyelingkuhinya. Memang pernikahan mereka bermasalah karena masalah anak. Tapi Sintia berhasil menanganinya dengan membohongi Ali terkait kesuburannya. Ali memang tidak mandul itu semua kebohongan yang sengaja Sintia ucapkan untuk menutupi ketidak sempurnanya sebagai wanita. Rahim Sintia sudah diangkat. Bahkan sebelum menikah dengan Ali.

Ia terlarut dalam kebohongannya sendiri. Ali terlalu percaya bahwa dirinya sendiri mandul. Jadinya ia sangat memanjakan Sintia. Tapi Sintia yang semakin berada di atas awan merasa semua ada dalam kendalinya. Dia justru memanfaatkan hal itu sebagai alasan perselingkuhannya. Ia memang sedikit bermain-main dengan lelaki lain. Tapi ternyata Ali memergokinya. Daripada di hakimi ia pakai saja alasan kemandulan Ali sebagai alibi pembenaran. Dan Sintia berhasil Ali bahkan tak berkutik saat Sintia mengucapkan alasan itu. Sintia pun pergi dari rumah mencari kebebasannya. Niatnya ingin bersenang-senang. Biarkan Ali merenungi, nanti jika ia sudah puas ia akan kembali. Setidaknya itu yang dia yakini sebelum Prilly datang diantara mereka.

Sintia terlambat menyadari Ali mungkin saja tertarik pada anak pembantu yang masih belia itu. Ia bahkan baru tahu kabar itu setelah 6 bulan ia pergi. Sudah sangat terlambat terutama ketika kenyataan baru datang. Prilly hamil. Sudah jelas. Cepat atau lambat semua rencana yang ia susun hancur perlahan. Ayahnya pun memarahinya atas tindakan cerobohnya itu. Merasa takut status sebagai mertua dari Ali Syarief akan melayang. Ia pun akhirnya ikut dalam rencana menjebak Prilly itu.

Sekarang Sintia harus mencari cara agar Prilly segera keluar dari rumah ini. Kalau bisa wanita itu jauh jauh selamanya dari Ali.

================================

"Prill ikut kami nak, kita pulang ke rumah ya sayang"Bu Ully memegang tangan Prilly. Kedatangan mereka sedari awal sudah ditahan-tahan. Masuk ke dalam halaman rumahpun di jegal. Menunggu pak Ali pulang dulu kata penjaga.

Saat Ali sudah datang setelah dipanggil melalui teleponpun keadaan tak berubah menjadi lebih baik. Saat pak Rizal menyatakan keinginannya membawa Prilly pergi Ali langsung emosi.

"Prilly itu istri saya. Setelah menikah, wanita adalah miliki suaminya. Tugas dia untuk melayani saya dan tinggal bersama saya"

"Benar jika suaminya adalah suami yang baik. Sedangkan anda apa mas Ali? Anda cuma laki-laki tidak gentle yang menikahi anak di bawah umur. Anda bahkan membuat adik saya menjadi istri kedua anda. Menjadikannya pembantu di rumah suaminya sendiri"

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang