salah paham

2.9K 186 3
                                    

Digo masih bergeming di pelukan Ali. Tak mau ayahnya pulang. Tapi semua orang membujuknya. "Ayah biarin pulang dulu, biar bisa istirahat dirawat dirumahnya. Nanti kalau udah sembuh ke sini lagi"

"Kenapa gak dirawat disini aja? Ayah nginep lagi aja. Ya kan ma? Ayah nginep lagi aja di sini."

Prilly mencoba menenangkan putranya itu. "Digo.. biarin ayah pulang dulu ya.."
"Ma.."
Digo merajuk. "Digo mau sama ayah. Kenapa ayah gak di sini aja." Kemudian menangis kencang.
"Ihh masa udah gede nangis. Anak cowok gak boleh nangis. Ayah pulngnya cuma sebentar doang. Abis itu ke sini lagi kok. Janji deh."
Digo kemudian memeluk Ali. "Ayah nanti balik lagi ya.. janji"
"Iya janji"
================================
Rafly duduk diam menyetir dengan Ali yng berada di sampingnya. Mereka berdua tak berbicara sepatah katapun. Kalau kata Rafly males banget sebenernya nganterin Ali pulang. Tapi biar cepet ngilang deh nih makhluk dari rumahnya. Biar steril lagi.

"Prilly mau gue jodohin sama adek temen gue."
"Ha?"
"Dia masih muda dan kaya. Cocok sama Prilly"
"Jangan bang.. "
"Lo panggil gue apa? Bang beng bang beng inget ya kita mantan adik ipar. Umur Lo bahkan lebih tua."
"Jangan jodohin Prilly raf."
"Kenapa Lo cemburu?"
"I..iya"
Rafly tersenyum sinis.
Mereka sudah sampai. Rafly segera memasukkan mobilnya kearah pekarangan rumah Ali.

Dia melihat seorang anak kecil sedang bermain sendirian. Rafly mengerutkan keningnya. Saat mobil itu benar-benar berhenti Rafly segera keluar dan membantu Ali untuk ke dalam.

"Papaaaaaa"anak itu berlarian mendatangi Ali dan memeluknya.

Ali ikut memeluk sisi. "Papa mukanya kenapa gitu merah-merah"
"Gapapa Papa kemaren jatoh"
"Kenapa gak bilang sisi Ama omade?"

"Li.." bude Ratmi ikut keluar dan kaget melihat Rafly beraada di rumah mereka. Sudah lama tidak melihat. Sekarang tiba-tiba disini. Ada urusan apakah gerangan.

Bude melihat wajah Ali dan tubuhnya penuh memar. 'ya Tuhan apalagi ini?'
Kenapa Ali baru pulang dan pulangnya pun dalam keadaan memar. Apa ini ada hubunganya dengan munculnya Rafly sekarang. Apa Ali bertemu dengan Prilly dan anaknya itu.

"Sisi kedalem. Biar ayah bisa istirahat. Nak Rafly silahkan masuk"
"Gak usah Bu. Hanya tolong bilangin sama ponakan ibu gak usah dektin adek saya dan ponakan saya kalau dia udah membangun keluarga bahagianya sendiri"
Rafly kemudian berbalik menuju mobil.
"Raflyy.. raflyyy" Ali berjalan terseok Seok mengejar Rafly. "Ayah.."sisi ikut berjalan di samping Ali.

"Kamu salah paham"
"Oh ya?? Lalu siapa anak ini.."Ali terdiam. Dia tak mungkin mengatakan apapun sekarang. Sisi bisa mendengar.

"Dia anak kamu kan?"
Ali masih diam saja. Bude Ratmi yang melihat itu segera mengalihkan. "Nak Rafly lebih baik kita bicarakan di dalam"

"Jawab Ali. Dia anak kamu kan?"
Rafly tetap kekeuh.

Ali melihat sisi. Anak itu ikut mendongak. Mengharapkan ayahnya bilang ya.

"Y ya.."Ali akhirnya menjawab.
Rafly kemudian bergegas pergi menuju mobilnya.

Beraninya dia mendekati Prilly lagi sedangkan dia ternyata sudah punya anak lagi. Rafly melajukan mobilnya.

Prilly harus tahu. Jangan sampai adiknya itu luluh pada Ali. Jangan sampai Prilly masuk ke perangkap lelaki itu.

"Li ayo masuk bude bantu"bude mamapah Ali dan membantunya ke dalam. Sampai di dalam ia membawa Ali ke kamar. "Aku mau ke kamar Prilly aja"
Lalu bude pun merubah arahnya ke dalam kamar itu. Ali mengambil kunci yang menggantung di lehernya. Dan membukanya. Sisi pun akhirnya ikutan masuk ke dalam kamar itu. Setelah bude membaringkan Ali.

bude menarik tangan sisi biar ikut keluar. "Omade sisi mau sama papa"
Sisi merengek. "Udah ikut sama omade keluar. Papa biar istirahat."
"Papa..."niatnya ingin meminta papanya agar memberhentikan oamdenya tapi Ali bergeming.
"Papa butuh istirahat sisi keluar aja."ucap Ali yng lebih terkesan mengusir.
Ali kemudian membaringkan tubuhnya dan memejamkan mata.

Sisipun akhirnya keluar dengn perasaan sedih. Papanya tidak pernah sedingin itu. Kemarin janji dibatalkan. Seharian tanpa menelepon. Lalu ingin menemani pun tak boleh. Apa papanya marah pada sisi..

Bude memperhatikan sisi yang cukup sedih. Ali kembali menjadi dingin seperti dulu.

"Kamu main sana"
"Omade.. kenapa papa ngusir sisi?"
"Papa gak ngusir cuma papa kan capek harus istirahat"
"Tapi tadi papa gak noleh waktu ngomong sisi"
"Udah lah sayang..."
"Siapa om tadi omade.. kenapa om tadi bilang Pili. Pili itu yang istrinya papa kan?"
"Sisi... Kamu jangan ikut campur masalah orang dewasa. Msalah papa nanti juga baikan kok. Sekarang papa lagi sakit. Makanya diajak ngomong cuek"
Bude memeluk sisi. Dilain sisi ia paham kenapa Ali bersikap demikian. Sisi telah membuat Rafly salah paham.

"Li... Bude tau kamu belum tidur. Bude mau bicara"
"Ali membuka matanya"ia bukanya berpura-pura tidur. Hanya memejamkan mata saja.
"Kamu sudah bertemu Prilly dan Digo bukan? Makanya sikap kamu sekarang begini"
"Maksud bude..." Sikap yang begini maksudnya bagaimana.
"Kamu dingin sama bude dan sisi."
Benarkah? Ali tadi memang sedang banyak pikiran. Takut jika Rafly berbicara yang tidak-tidak pada Prilly ataupun Digo.
"..."
"Bude paham kamu sedang ada masalah dengan mereka tapi kamu jangan bersikap seperti ini pada sisi. Kemarin kamu sudah membatalkan janji. Sekarang kamu juga berbicara begitu dingin. Dia masih anak kecil Li. Belum tau apa-apa"
"Ali cuma takut Rafly bilang yang gak gak sama Prilly. Nanti Prilly salah paham"

"Pak agung tadi hubungin bude. Mau kesini jenguk sisi katanya. Dia akan datang bersama putrinya."

"Apa putrinya itu sudah mau menerima keberadaan sisi?"
"Kondisinya sudah membaik dan dia bilang sudah bisa menerima keberadaan sisi."
"Kalau gitu Ali gak masalah."

================================
"Sisi ayo Salim sama opa Gung"
Sisi heran. Jarang banget omadenya manggil kalo ada tamu. Biasanya kalo ada tamu suruh dalam kamar aja atau main di luar. Sisipun Salim ke tangan opa Gung. "Sama mbaknya juga.." omade memerintah lagi. Sisi ikutin saja lah. "Wah cantik sekaliiii" opa Gung memuji sisi. "Ini namanya mbak Elvira".

Elvira berjongkok dan memeluk sisi. "Papa" sisi merasa tak nyaman di peluk dengan erat seperti itu. Ia sesak napas. Ali berdiri tidak jauh dari sisi. Melihat sisi menggapai tanganya meminta pertolongan. Tapi kemudian Elvira melepas pelukan itu dengan segera. Seketika sisi berlari bersembunyi di belakang tubuh Ali.

"Sisi dekat sekali dengan mas Ali mbak."
Pak agung berbicara "kalau waktu itu tidak ada mas Ali mungkin keadaan sisi tidak akan sebaik ini"

================================
Ali memegangi handphonenya yng sedang mencoba menghubungi no prilly. Sedari kemarin wa yang dia kirimkan tak sekalipun ada balasan. Dia juga sudah coba hubungin berkali-kali tapi tak diangkat.

Sisi sedang min basket di temani Elvira dan Ali duduk di pinggir lapangan. Tubuhnya belum sehat benar. Pun ia sedang tak mood melakukan olahraga apapun. Ia kesini hanya karena sisi tak mau bermain berdua saja dengan Elvira. Akhirnya untuk membantu mereka berdua agar lebih dekat ia ikut menemani. Di sela sela mereka bermain Ali bahkan tak fokus. Ia tak hentinya memeriksa. Siapa tau ada panggilan atau pesan yang masuk dari Prilly.

"Mas Ali ..."Ali tersadr dari lamunanya. Tau tau Elvira sudah duduk didekatnya. Ali benar-benat tak menyadarinya.
"Iya kenapa Elvira?"
"Mas Ali gak jawab pertanyaan saya"
"Pertanyaan apa ya. Sori tadi saya gak fokus"
"Sisi ada alergi sama sesuatu gak. Saya mau masakin dia"
"Oh enggak ada. Tapi dia paling suka udang. Masakin itu aja"
"Ohhh udang ya.."

Sisi masih lanjut bermain basket. Dia sebel banget kenapa ada Tante Tante itu sih. Dia males banget main sama orang lain. Kecuali papa.
"Papa.. masuk aja yuk sisi capek"
Ali mengangguk. Sisi kemudian menarik tangan Ali agar menjauh dari Elvira. "Ayo masuk kedalam Vira"
Saat mereka sedang berjalan masuk kedalam rumah sebuah mobil memasuki pekarangan rumah ali. Kebetulan sekali hari ini banyak tamu yang datang.
"Pri.. ly?!!!"

25 Maret 2020

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang