Tua

3.1K 205 6
                                    

Prilly memukul wajah Ali dan mendorongnya untuk menjauh. Ali tersungkur. Bajunya telah robek di beberapa bagian. Celana panjangnya bahkan sudah terlepas menyisakan kemeja dan pakaian dalam yang masih melekat. Prilly berlari menuju sebuah kamar terdekat. Ia bergegas menutup pintunya. Tapi belum sempat pintu itu tertutup sempurna, Ali keburu menahannya. Mendorong hingga pintu itu terbuka lebar tubuh Prilly ikut terdorong hingga jatuh kearah lantai.

Prilly memundurkan tubuhnya tubuhnya. Ali mendekatinya.
Prilly berteriak-teriak tolong. Ali segera membekap bibir Prilly takut Digo terbangun dengan suara Prilly. Tapi kemudian tangan Prilly meraih kabel lampu dan membuat lampu itu terjatuh.

Ali menarik tubuh Prilly dan membaringkangnya di kasur. Dia berusaha menciumi Prilly tapi prilly memalingkan wajahnya menghindar. Kenangan masa lalu kembali berputar di otaknya. Prilly menangis.
Ia menyerah. Tubuhnya terdiam tak lagi memberontak.

Prilly menangis. Tapi tangisan Prilly kemudian mengingatkannya pada kejahatannya dulu. Ali berhenti bergerak. Kemudian beranjak dari tubuh Prilly dan keluar dari kamar itu.
Hampir saja... Hampir saja ia memperkosa Prilly lagi. Ali kemudian menonjok tembok dengan keras. Ujung-ujung tanganya berdarah. Ia tak bisa lagi berbuat hal itu pada Prilly. Ali mencintainya. Ali mencintainya. Ia tak akan menyakiti Prilly seperti dulu.

Suara tangisan Prilly masih terdengar dari dalam kamar. Ali juga ikut menangis. Mendengarnya.

================================

Suara bel terdengar tak seberapa lama diiringi dengan gedoran-gedoran yang begitu keras. Ia mencoba mengintip dari lubang yang memang tersedia untuk mengecek siapa tamu yang datang. Ternyata Rafly. Prilly pasti sudah menghubungi kakaknya itu tadi. Ali membuka pintu itu dan langsung di sambut Bogeman mentah dari Rafly. Tubuhnya terhuyung ke belakang ia terjatuh dan tersungkur.
"Emang bajingan Lo"Rafly begitu beringas memukuli. Tapi kemudian tubuhnya di tahan oleh Prilly.

Ali sudah pingsan dan tak sadarkan diri. Suara Digo yang terbangun juga mengagetkan mereka. Anak kecil itu melihat bagaimana paman dan ayahnya saling bertengkar dan sekarang ayahnya sedang terkapar parah di lantai. Ia menangis. Rafly jadi merasa bersalah.

================================

Ali di tidurkan di kamar Prilly di rumahnya. Tadi setelah di periksa oleh dokter langganan keluarganya. Tadi setelah dibujuk akhirnya Digo tak menangis lagi. Memang ia hrus sedikit berbohong bahwa ayahnya Dan pamanya hanya bermain saja. Untungnya Digo percaya meskipun dari raut wajahnya sedikit keheranan.

Prilly mengelapi wajah Ali yang luka dengan alkohol dan salep. Ia teringat kembali kejadian tadi. Ali entah kenapa dia berhenti. Tadinya Prilly sudah menyerah. Tapi gerakan memaksa Ali berhenti tiba-tiba. Dan entah bagaimana Prilly merasa tersentuh. Mungkin Ali sudah berubah. Mungkin...

Gerakannya berhenti saat tiba-tiba Ali terbangun. "Mm as Ali" mata mereka saling bersitatap. Prilly segera mengalihkan wajahnya. Dan mengobati tangan Ali. Ali hanya diam, dia memperhatikan Prilly dengan saksama.

"Asshhh"Ali tiba-tiba mengasuh kesakitan. Terlalu keras kah ia menekan?. Prilly mengoleskan salep itu lagi ke jari jari Ali yang terluka.
Saat selesai Prilly membereskan kotak  p3knya dan beranjak pergi.

"Prilly"Ali bersuara mencoba untuk menahan. Prilly berbalik. "Iya?"
"Bantuin saya.. saya pengen ke kamar mandi"
"Kke kamar... Kamar mandi?" Prilly merasa awkward. Duh kenapa minta tolong ke kamar mandi segala. Tapi mau menolak rasanya enggak enak. Prilly meletakkan kotak p3knya dan beralih meraih tangan Ali dan disampirkan ke pundaknya. Sesaat Ali bisa mencium aroma tubuh Prilly. 'kamu begitu harum' Ali memuji dalam batinnya. Selama perjalanan ke kamar mandi Ali tak berhenti menghirup aroma tubuh Prilly. Prilly segera menutup pintu dari luar. Menyandarkan diri ke dinding Mukanya merah. Duhh kenapa jadi aneh gini. Prilly bukanya tak sadar Ali berkali kalo mendekatkan dirinya. Beberapa kali suara nafas ali terdengar berat di telinganya. Seperti disengaja ingin menggoda Prilly.

================================

"Ayah...ayah"Suara Digo membangunkan Ali yang tidur begitu pulsanya. Tubuhnya sakit semua. "Ayah masih sakit ya?"
Digo bertanya. "Heem" bibirnya terasa sakit sekali sulit di gerakkan. Sepertinya agak bengkak.
"Digo udah jngan digangguin ayahnya... Biar istirahat" Prilly menasehati. "Digo kan mau sama ayah ma..."Digo cemberut.
"Iya Digo main sama om aja yuk.. ayah kamu tuh Cemen. Masa di sentuh dikit aja udah tumbang"
"Cemen itu apa om?"
"Lemah. Kaya monster yang jadi musuhnya power rangers. Di pukul dikit ja udah kalah"
"Ohh jadi ayah Cemen ya..."
"Bang Rafly jangan ajarin yang enggak-enggak deh ke Digo."
Prilly menengahi. Melihat Ali yang pandanganya udah gak enak banget ke rafly. 2 orang ini emang kalo ketemu bawaanya ribut Mulu. Adu mulut Ama adu fisik. Sekarang bekas lukanya aja masih sama-sama kelihatan. Kayak anak kecil.

Ali kemudian memaksakan tubuhnya untuk bersandar. "Siapa bilang ayah Cemen. Nih ayah udah bisa kok" Ali tak mau kalah.
'tuh kan ditanggepin. Mulai lagi deh'

"Aduh duhh"Ali mengaduh memegang pinggang kirinya. "Tuh liat Digo ayah kamu baru duduk aja udah encokan. Tua sih" Rafly mengatai lagi.
Ali menggeram marah. Rafly kelihatan banget pengen bikin dia kelihatan jelek depan Digo. Ngeremehin banget. Mana dikatain tua lagi. Umurnya juga baru....empat.. puluh. Ya pokoknya itu masih itungan muda lah.

"Abang udahhh" Prilly segera menggendong Digo pergi. Kalau dibiarin Digo bisa-bisa sadar kalau hubungan om dan ayahnya gak baik.

"Mama Digo masih pengen sama ayah"
"Udah kamu sarapan dulu sama mama"

================================
Rafly ditinggal di kamar itu bersama Ali. Ia berdiri bersedekap. "Kalo udah tua tuh sadar diri kek" Rafly mencibir.
"Saya gak tua ya... Dan lagi jangan racunin otak anak saya"
"Yang ada itu Lo. Jangan macem-macem ama Prilly lagi. Untung kemaren Prilly halangin gue kalo gak udah gue bunuh Lo"
"Prilly akan kembali ke pelukan saya. Dia akan jadi istri saya lagi"
"Oh ya?? Dan gue akan jadi orang pertama yang akan menghalangi hal itu."
Mereka berdua terus berdebat. Dan saling mengeluarkan ancaman-ancaman.

"Kamu sudah melanggar janji kamu Rafly. Kamu bilang jika saya menceraikan Prilly kamu tidak akan menjauhkan dia dari saya. Tapi nyata enggak. Kamu tetap bawa dia pergi bersama Digo. Kamu itu pembohong."
"Janji itu gue bikin sebelum gue tahu kalau Lo udah perkosa Prilly sebelum kalian menikah. Harusnya Lo sadar diri."
"Saya sudah minta maaf dan saya bertanggung jawab pada Prilly"
"Menikahi dia itu gak menghapus dosa Lo Ali syarief. Dia tetep kehilangan masa depannya dia. Di usia yang baru 23 tahun dia udah punya anak. Lo tahu temen-temen kuliahnya bahkan masih belum pada nikah. Di usianya yang 19 tahun dia bahkan harus repotin jagain anak kalian. Lo udah melemparkan dia dengan tanggung jawab ibu diusianya yang masih belia. Lo yang bajingan."
"Saya akui saya salah. Tapi saya gak bisa memutar masa lalu. Semu sudah terjadi. Saya hanya bisa memperbaiki masa depannya saja. Karena itu saya turuti perceraian itu. Saya ini seorang ayah Rafly. Kamu tahu sendiri bagaimana menderitanya orang tuanya terpisah dari anaknya. Lalu bagaimana perasaan saya ketika berpisah dengan Digo."
Mereka berdua sama sama keras dengan egonya masing-masing. Meskipun begitu entah kenapa Rafly dan Ali juga merasa tercubit dengan argumen masing-masing.

Ali merasa kembali dibawa ke dosa masa lalunya. Dan Rafly di bawa pada kenyataan dia juga sudah melakukan kesalahan memisahkan ayah dari anaknya.

Suara telepon menyadarkan mereka berdua. Bude calling

"Assalamu'alaikum bude?"
"Li.. kamu kok dari semalem gak bisa bude hubungin kemana aja. Hari ini bukanya kamu janji mau bawa sisi ke pemandian. Dari tadi dia nyariin kamu tuh"
Astaga dia lupa. Minggu kemarin ia sudah membuat janji jika hari ini akan mengajak sisi liburan.
"Bude bilangin sama sisi Ali minta maaf ya.. kayaknya gak jadi. Ali masih belum bisa pulang sekarang"

Rafly mendengarkan Ali berbicara. Siapa sisi?

23 Maret 2021

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang