Kedudukan

4.1K 187 2
                                    

"siapa yang mengizinkan kamu menyusui Digo?!!" Suara bentakan itu mengagetkan Prilly. Tanganya gemetar memeluk anaknya.

"Inn i aaa" maksudnya Sintia. Ali pasti mengerti. Ia kesini karena suruhan Sintia tadi. Digo menangis dan membutuhkan dekapanya.

Mendengar nama Sintia disebutkan Prilly, Ali menjadi marah bukan main. "SINTIA!!!! KESINI KAMU!"
Sintia yang sedang bersantai di kamarnya menjadi panik. Bukankah itu suara Ali. 'kok Ali udah pulang? Mati aku'
Sintia meletakkan hpnya di nakas dan bergegas menghampiri Ali dengan berlari kecil.
Saat memasuki kamar. Terlihat Prilly masih menggendong Digo. Anak itu menangis kembali. Sepertinya kaget mendengar teriakan Ali.
"Ada.. ada apa Li"
"Ngapain kamu nyuruh Prilly gendong Digo hah?"
"Tadi Digo nangis Li. Kenceng udah aku kasih susu yang di dot gak berhenti nangisnya. Jadinya aku suruh Prilly buat ngemong biar diem"
"Yang punya hak untuk mengizinkan siapapun menyentuh anak saya itu saya. Kamu gak ada hak. Ngerti??!! Sekali lagi kamu berani ngelawan perintah saya, saya usir kamu dari sini!"
"I.. iya maaf Li"
Ali beralih menatap Prilly.
"Dan kamu perempuan cacat, jangan sekali-kali kamu sentuhkan tangan kotor kamu itu tanpa seizin say ngerti!!"
"Ihh Goo . Aangiss"Prilly bermaksud menjelaskan keadaanya. Digo menangis dan tak tega untuk membiarkan anak itu.
"Sekali saya bilang jauhi ya jauhi Prilly. Saya gak suka dibantah. Atau kamu mau saya usir? Saya bisa pastikan kamu gak akan pernah ketemu sama Digo lagi kalau kamu saya usir.

Prilly menggeleng semakin mengeratkan gendongannya pada tubuh bayi mungil itu.
"Serahkan anak itu sekarang!"titahnya tanpa bisa dibantah.
'mama pergi dulu sayang, jangan nangis ya...' Prilly menatap penuh iba pada anaknya sambil menyerahkan Digo ke gendongan Ali.

================================

Kedatangan pasangan suami istri itu menggali rasa penasaran Ali. 2 hari yang lalu telepon dari orang yang mengaku Rizal Latuconsina ingin menemuinya. Dan sekarang orang itu sudah berada di depan rumahnya.
"Assalamu'alaikum dengan pak Ali Syarief?"
"Ya saya sendiri"
"Syukurlah. Ternyata benar"
Lelaki itu datang dengan rombongan ada sekitar 4 orang yang datang. Dia bersama wanita tua yang seumuran pun dengan 2 lelaki muda yang mendampingi.
Mereka semua telah duduk didalam
"Mbok Narsih mbok" tergopoh gopoh mbok Narsih menghampiri dan berdiri di depan Ali. Ia melihat sekeliling sedang banyak tamu.
'mungkin disuruh buat minum kali ya' saat mengedarkan pandangnya mbok Narsih bersitatap dengan pak Rizal dan istrinya.
"Mbok Narsih bikinkan minuman untuk tamu kita"
"Eh iya Ya den"lamunanya terhenti mendengar titah sang majikan.
'kaya pernah lihat tapi dimana ya'

================================

Prilly menatap si mboknya menyiratkan rasa penasaran. Siapa kiranya tamu yang datang. Si mbok paham dengan tatapan putri semata wayangnya itu.
"Tamunya juragan. Sepertinya orang kota. Datang sekeluarga. Si mbok disuruh bikinkan minuman. Kamu bantuin masak airnya ya. Biar si mbok yang racik tehnya"
Prilly mengangguk. Kemudian mengambil panci kecil dan mulai menyeduh air. Kembali suara tangis Digo terdengar. 'lapar lagi kah, atau popoknya sudah berat minta diganti?'
Prilly harus sabar-sabar menahan hatinya agar tak khawatir. Tadi Digo dijaga bude Ratmi. Bude telaten kalau ngurus bayi, tidak seperti Sintia. Prilly lumayan agak tenang sekarang. Semenjak kejadian itu Ali memang secara khusus menyuruh Bude Ratmi tinggal dan menjaga Digo. Sintia sudah tidak lagi bertugas menjaga Digo. Meskipun perempuan itu juga masih tinggal disini.
================================

Pak Rizal menatap sekeliling rumah itu. Tadi pembantu yang bernama Narsih pasti itu istrinya Lukman. Tapi dimanakah Prilly berada.
"Langsung saja pak rizal. Ats dasar apa kedatangan anda sekeluarga ke sini"
"Saya sahabat dari pak Lukman. Penjaga rumah ini mas"
"Pak Lukman sudah meninggal setahun yang lalu. Kalau anda ingin menemuinya sudah tidak ada. Tapi kalau mau bertemu, tadi itu istrinya. Mbok Narsih. Dia kerja jadi pembantu juga disini"
"Kalau putrinya pak Lukman, Prilly , Dimana ya mas"
"Dari mana anda tau pak Lukman punya putri, saya pikir saya belum memberi tahu kalau pak Lukman punya putri dan namanya prilly"

"Kasih tau aja pa, jelasin semuanya. Mama udah gak sabar ketemu Prilly pa."wanita yang ada di samping pak Rizal nampak mendesak sang suami untuk terus terang saja.

"Begini mas Ali, sebenarnya Prilly itu anak saya. Dulu karena masalah dengan keluarga akhirnya di rawat oleh pak Lukman. Saya sendiri baru dikasih tau sekitar 2 tahun lalu jika putri bungsu saya masih hidup dan dirawat oleh Lukman. Dan setahun yang lalu say dapat info kalau pak Lukman kerja sama mas. Saya coba hubungi no lama mas tapi sudah tidak aktif dan baru beberapa Minggu lalu saya dapat no baru mas."

"Apa yang bisa membuktikan jika bapak benar-benar orang tua Prilly?"

"Saya ada fotonya sewaktu bayi. Kalau tidak percaya juga saya berani di test DNA dengan Prilly mas Ali. Kami benar-benar keluarga Prilly."perempuan disamping pak Rizal tiba-tiba kembali menyahut. Tampak tak sabaran sekali. Pak Rizal mencoba menenangkan istrinya sambil menepuk-nepuk punggung tangannya lembut

"Bisa tolong panggilkan Prilly kesini mas Ali"

Belum ada beberapa detik perkataan itu keluar. Prilly datang dengan membawa nampan minuman. Istri pak rizal berdiri tiba-tiba.
"Ya tuhan pa... Anak kita pa." Lalu memeluk Prilly dengan erat. "Ini Mama sayang. Ini Mama" Prilly yang dipeluk secara tiba-tiba menjadi heran. Siapa wanita tua yng tengah memeluknya ini 'mama?'.

"Mirip sama papa yang bang" sahutan dari lelaki lain yng duduk di samping pak Rizal.

"Ini Mama sayang ini Mama. Prilly anak mama" wanita itu memegang tangan Prilly kemudian mencium pipi prilly menumpahkan segala kerinduannya.
Pak Rizal juga turut menghampiri. Air matanya keluar. Terharu dengan pertemuan ini. Sudah lebih dari belasan tahun terpisah dengan anak bungsunya ini. "Ya Allah terimakasih sudah mempertemukan. Hamba dengan anak hamba"erangnya sambil memeluk Prilly.

Ali yang sedari tadi duduk kini berdiri. Benarkah Prilly anak dari lelaki dan wanita itu. Apa selama ini pak Lukman bukan ayah kandung Prilly. Tapi memang benar postur wajah Prilly sangat mirip dengan orang tuanya ini. Seperti perpaduan dua orang itu. Jika benar dua orang ini adalah orang tua ini lalu apakah yang akan terjadi selanjutnya. Mengingat orang-orang ini sepertinya orang berada. Apa Prilly akan di boyong pulang oleh keluarganya.

"Kenapa kamu diam saja nak. Ini Mama dan papa" ibunya lagi-lagi berkata.

"Dia bisu" dua orang tadi mendengar perkataan Ali. "Bisu??" Apa yang terjadi dengan anaknya ini tuhan. Seingat mereka dulu Prilly anak yang normal. Sedari lahir sampai umur tiga tahun Prilly bisa berbicara. Apa ada yang terjadi sehingga Prilly menjdi bisu. "Kita harus bawa Prilly ke dokter ma. Prilly dulu normal. Pasti ada jalan kan pa. Kedokteran sekarang sudah canggih. Prilly pasti bisa sembuh kan pa"wanita itu menangis. Kembali memeluk Prilly.
"Anakku. Tenang sayang kamu akan sembuh. Kamu akan bisa berbicara lagi."

"Kamu ikut sama mama dan papa ya sayang. Kita bakal tinggal bersama."

"Tidak bisa" suara Ali menginterupsi.
Membuat semua yang ada di ruangan itu menoleh padanya.
"Prilly itu anak saya mas Ali. Saya berhak untuk membawanya pergi"

"Kalau begitu saya juga berhak. Saya adalah suaminya"
Mata Rizal terbelalak. Suami? Prilly umurnya masih 17 tahun kan? Putrinya dinikahi lelaki yabg bahkan umurnya dua kali lipat ini?

8 Maret 2021

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang