Itu siapa

3.1K 191 4
                                    

Sisi memainkan bola basketnya di dalam rumah. Diluar lagi ujan, tapi ia belum puas main bolanya. Akhirnya ia bawa bolanya kedalam. Main di dalam saja.
"Ehhh jangan main bola dalem rumah. Kena vas pecah kamu"
Bude Ratmi menjewer telinga sisi. "Kamu tuh anak cewek dibilangin mbok ya nurut gitu lho."
"Ih omade mah gak asik"sisi kemudian berlari menghindari bude.
"Sisiiiii"
Saat berlarian menghindari omadenya sisi tak sengaja memasuki kamar. Biasanya kamar itu selalu di kunci. Tapi hari ini tumben gak dikunci. Sisi masuk aja. ngumpet dari omadenya. 'biar oma bingung wkwkwk'

Saat sembunyi sisi melihat kamar itu. Wahhh kamarnya bagus. Sisi naik keatas ranjangnya. Tiduran disana. Kemudian ia melihat figura yang menggantung di dinding. Foto papa sama siapa?. Papanya sama cewek itu pake baju putih. Sisi mendekatinya tapi karena di pasangnya tinggi sisi gak nyampe. Tapi kemudian ia melihat diatas meja kayu. Ada foto lagi. Cewek itu gendong Dede bayi. Sisi jadi penasaran. Siapa yang difoto. Sisipun kemudian membawa figura ukuran kecil itu keluar.

"Omade...omade"sisi berlarian teriak teriak memanggil.
"Nah dari mana aja kamu. Dicariin ngilang" belum sempat Omelan bude Ratmi berlanjut sisi sudah memotong
"Omade ini foto siapa?'
Bude terkejut.
"Kamu dapet dari mana?"
"Dri kamar itu"sisi menunjuk.
"Jangan masuk sembarangan ke sana si. Gak boleh"
"Kenapa?"
"Papa nanti marah"
Sisi gak percaya ah. Mana mungkin papanya itu marah. Omade boong pasti.
"Tapi ini siapa?"sisi bertanya lagi.
"Itu...mantan istri papa"bude ragu-ragu menjawab.
"Mantan istri itu apa omade?"
"Jdi papa kamu nikah terus pisah"
"Ohhhhhhhh" meng ohh panjang.
"Namanya siapa?"
"Prilly"
"Oh Mama Pili..."
"Bukan mama. Papa kan udah pisah. Jadi nyebutnya jangan mama. Mbak Prilly" bude meralat ucapan sisi.
"Kamu jangan sebut-sebut namnya tapi kalo didepan papa. Nanti papa marah"
"Marah kenapa?"
"Udah pokoknya jangan disebut."
Bude mengambil figuran dari tangan sisi kemudian menaruhnya ke kamar itu. Kamar itu memang jarang sekali dibuka. Cuma Ali yang pegang kuncinya. Semua barang2 Prilly di simpan di kamar itu. Mungkin Ali lupa ngunci.
"Itu yang gendong itu Dede bayi?"
Sisi mulai bertanya lagi.
"Iya"
"Namanya siapa omade"
"Udah udah jangan tanya-tanya lagi. Main sana kamu" bude Ratmi menghindar.
================================
"Eh kok cemberut gitu ponakan kesayangan om"
"Iya jam tangan robot-robotan kemarena di sita mama"
"Kok bisa disita?"
"Soalnya Digo bawa ke sekolah."
"Jangan sedih gitu dong. Gimana kalau Minggu depan kita jalan-jalan ke kebun binatang."
"Yang bener om?"
"Iya nanti kita liat harimau, gajah singa"
"Wahhhhhh"Digo melompat ke gendongan rafly. "Iya.. iya mauuuuu"Digo kegirangan. "Tapi izin dulu ke mama"
Digo langsung turun dan berlarian mencari sang mama
"Ma.. Minggu depan Digo mau ke kebun binatang diajakin om Rafly"
Digo mendatanginya di dapur. Ia tadi sedang memasak puding kesukaan Digo. Anaknya itu berlonjakan girang. "Nanti mama ikut ya"
"Iyahh"Prilly menjawab.

Rafly memang dekat sekali dengan Digo. Kadang kalau ia sibuk sama tugas kuliah, Rafly lah yang mengajak Digo bermain. Keknya Rafly
================================

Ali melirik ke arah rumah bercat putih itu. Kemarin malam ia tak sengaja mendengar nama Prilly di sebut-sebut. Iapun ikut mendengarkan obrolan mereka. Salah satunya dengan  pemuda yang ia ketahui bernama Maximilian Hartono. Anak bungsu pak Hartono.

"Iya nih Prilly tadinya mau Dateng. Cuma anaknya sakit. Akhirnya gak jadi"
"Kamu gimana deketin Prilly. Udah ada perkembangan belom?"
"Masih belum nih om. Dianya masih cuek"
"Pepetin terus aja, coba deketin anaknya. Pasti luluh"
"Wah bagus juga sarannya om"

Ali sudah lama tak mengunjungi rumah ini. Terakhir 5 tahun yang lalu. Dimulai dari kepindahan keluarga Prilly 6 tahun yng lalu, membuatnya hampir gila. Ia tak menyangka Prilly akan melanggar janji. Setelah sidang putusan perceraian mereka semua pergi. Rumah itu kosong. Dan Ali hanya berteriak teriak sambil menangis menyadarinya. Ia bahkan tak pernah absen mendatangi rumah itu setiap harinya selama berbulan bulan. Sedikit berharap mungkin saja mereka ada yang kembali. Tapi hal itu tak pernah terjadi. Akhirnya setelah setahun lebih ia pun menyerah.

Kini rumah itu tampak sudah ramai lagi. Ada penjaga di depannya. Artinya ada orang yang sudah menempatinya lagi. Apakah itu keluarga Prilly atau bukan Ali harus memastikan. Ia hanya berdiam di dalam mobil. Tapi kemudian ada mobil yang keluar. Ia coba melihat siapakah itu. Tapi wajhnya tidak jelas tertutup kaca mobil yang gelap. Tapi seperti seorang laki-laki. Apakah pak Rizal atau Rafly?. Ali kemudian mengikuti mobil itu.

================================
Ali memakirkan mobilnya tak jauh dari mobil itu. Kemudian pengemudinya keluar. Rafly latuconsina. Tidak salah lagi. Melihat Rafly memasuki sebuah sekolah TK. Ali menjadi berdebar. Siapakah yang dijemput Rafly?. Ali ikut turun. Perasaan Ali semakin tidak karuan. Ia merasa jantungnya berdegup cepat sekarang.

"Ommmm raflyyyy" suara anak kecil memanggil nama Rafly kemudian berlarian dan masuk ke dalam gendongan. Ali tak dapat melihat wajahnya dengan jelas. Ia memundurkan tubuhnya saat Rafly berjalan mendekati arahny. Membalikkan badan dan bersembunyi di balik tembok.
Ali memperhatikan Rafly berjalan sambil menggendong anak itu.

Tiba-tiba handphone Rafly bergetar. Iapun menurunkan Digo. Kemudian menjawab oanggilanya. Selagi Rafly sedang berbicara di telepon. Ali memperhatikan lebih dekat lagi. Anak itu melihat balik ke arahnya. 'Ya Allah.' ia seperti melihat sosok kecil dirinya. Rambut agak keriting. Bulu mata lentik. Bentuk wajah, mata, bibir, semuanya begitu mirip. 'itu Digo kan?' Ali masih tak percaya kini bisa melihat anaknya itu. Berapa lama  waktu yang telah hilang. Berapa lama ia tak memeluk digo. Pikirannya kosong. Ia tak lagi dapat menyembunyikan kerinduannya. Ia tak perduli lagi pada apapun. Ia mendekati anak itu menangis dan memeluknya.
"Digo. Ini papa. Ini papa" ia mengucapkan itu terus menerus.
Rafly yang tadi fokus berbicara jadi menyadari kehadirannya.

Digo yang di peluk sedemikian rupa kaget dan ketakutan. "Om raflyyyy"ia mengayuh ngayuh tanda ingin dilepaskan. Rafly langsung saja melepas paksa pelukan Ali kepada Digo.
"Ponakan gue takut sialan! Lepas!"
Ia membentak. Digo dalam gendongannya menangis ketakutan. Berlindung.
"Digooo. Saya papa kamu."ia mencoba memberi perhatian. Anak itu tetap tak mau memandangnya. Ali menjadi sedih.

Rafly berbalik begitu saja. Membawa Digo pergi. Ali menyusul. Ia memegangi tubuh Digo. "Dia anak saya. Dia anak saya"Ali mencoba mengambil Digo. Mereka berdua pun akhirnya saling berebut Digo.
"Jangan gila Lo Li. Dia ketakutan"
"Dia anak saya. Saya akan bawa dia pergi" Ali pun memberikan Bogeman mentah kewajah Rafly hingga Rafly tersungkur. Tapi Rafly membalasnya juga dengan menendang perutnya. Digo yang berdiri tak jauh dari mereka jadi takut. Karena masih dalam area sekolah mereka pun akhirnya di lerai oleh satpam dan beberapa orang.
"Kamu pembohong. Kamu bilang gak akan pernah jauhun saya dari Digo."
"Itu pantas Lo dapatin setelah memeperkosa adek gue"
Mereka terus berdebat. Orang-orang yang menahan keduanya menjdi kuwalahan. "Kalian jangan terus bertengkar seperti ini. Lebih baik masalah kalian diselesaikan secara kekeluargaan." seseorang menasihati.

"Benar. Ini wilayah sekolah. Jika kalian terus melanjutkan pertengkaran ini maka jangan salahkan kami jika harus membawa kalian ke kantor polisi"

Ali dan raflypun terdiam.

"Dia mantan suami adik saya pak. Dia mau ngambil ponakan saya tanpa sepengetahuan ibunya. Makanya saya halangi. Ibunya sudah menitipkan ke saya untuk menjemput" orang-orang itu mulai sedikit paham situasinya.
"Om Rafly ayo pulang" suara Digo menyadarkan segalanya. Digo menggoyang-goyangkan tangan Rafly. Melihat anak yang dimaksud tampaknya memang dekat dengan rafly kecurigaan mereka pun akhirnya menguap. Beberapa orang yang memegang Rafly akhirnya melepaskan.
"Dengar pak. Jika anda ingin menemui anak anda, seharusnya hubungin mantan istri anda terlebih dahulu. Dan selesaikan masalah ini secara kekeluargaan" satu satpam akhirnya menasihati Ali.
Rafly kemudian  menggendong Digo pergi.
"Mau pergi ke mana kamu Rafly. Balikin Digo. Balikin anak saya" Ali berontak. Kenapa orang-orang masih memeganginya sedangkan Rafly dibiarkan.
Saat mobil Rafly sudah menjauh akhirnya orang-orang yang tadi memeganginya melepaskan. Ali berlari mengejar tapi mobil itu sudah pergi menjauh.

================================
"Ya ampun bang Rafly ini kenapa jadi bonyok gini"Prilly khawatir melihat keadaan Rafly yang penuh dengan luka. Ia beralih menatap Digo. "Digo gak papa kan?" Ia memeriksa tangan dan wajah anaknya. Syukurlah Digo baik-baik saja.
"Ma... Tadi di sekolah ada yang ngaku-ngaku papanya Digo." Gerakan tangan Prilly berhenti.

20 Maret 2021

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang