"(Name)"
Kau menoleh pada Nobara, dan tersenyum kecil. Walau begitu kedua tangan sibuk berbenah diri
"Kau akan pergi? Padahal kau baru saja sembuh, kenapa mengambil misi baru?"
"Ini permintaan dari dari seseorang, aku tak bisa menolaknya begitu saja"
Di kelas kosong Nobara hanya berdiam diri sambil menatapmu yang sedari tadi sibuk karena persiapan, entah misi apa, Nobara tak tau
Tapi saat ia bertanya kau hanya menanggapi dengan tawa kecil, Nobara sadar kau tak ingin membicarakannya. Maka dari itu Nobara tak berniat bertanya lebih lanjut meski ia khawatir
"Kan bisa orang lain"
Mendengar nada bicara Nobara yang kesal kau pun mendudukkan diri tepat di samping Nobara, dan menaruh sebuah kotak kecil di di meja
Nobara mengerutkan alis, tanpa banyak tanya ia mengambil barang yang aku sodorkan, lalu memasukkannya ke dalam kantong jaket miliknya
"Kemampuanku dibutuhkan saat ini, jadi aku harus mengambil misi"
Menghela nafas kesal, Nobara pun akhirnya mengalah "Kalau begitu jaga dirimu baik baik"
"Kau juga Nobara, berlatihlah sampai melampaui batasmu. Aku titipkan Megumi padamu ya"
Berdiri dari duduknya, kau menjinjing tas kecil yang sedari tadi sudah kau persiapkan
"Fushiguro bukan anak kecil lagi kau tau"
"Iya aku tau"
"Dan, jangan sampai mati"
"Tidak akan"
Pintu geser itu pun tertutup, meninggalkan Nobara yang menutup matanya sambil membenamkan wajah di lipatan tangan di atas meja
Setidaknya kali ini ia yakin bahwa sahabatnya itu takkan sekarat dengan mudah lagi
"Apa kau akan menghalangiku, Nanamin?" Suara Itadori terdengar lirih
Itadori memandang seseorang di depannya dengan pandangan tak bisa diartikan, semua ini menyangkut temannya. Dan Itadori tak bisa hanya berdiam diri saja
Ia tak ingin hal buruk terjadi, karena itu "Bawalah aku kali ini"
Seseorang berkacamata itu menghela nafas, ia tau akan niat Itadori dan percaya pada kemampuannya.
Tapi masalahnya musuh kali ini, sebuah makhluk Kutukan tingkat tinggi akan sangat berbahaya jika membiarkan Itadori berhadapan dengan Kutukan tersebut
"Tidak akan, seperti yang kau tau, musuh mempunyai kemampuan untuk mengubah manusia" Akhirnya Nanami dengan pendiriannya tetap menolak semua ucapan Itadori
"Beberapa orang tak bisa di selamatkan, selama kau disini, suatu hari kau akan dipaksa membunuh seseorang. Tapi ini bukan saatnya. Mohon mengertilah"
"Mulai saat ini aku memintamu mengobservasi Yoshino Junpei"
Itadori menatap ponselnya dengan pandangan rumit. Setelah menghela nafas sebentar ia tekan nomor yang sedari tadi sangat ingin dihubunginya
"Aku akan pergi Nanamin"
Seseorang di seberang sana tak merasa heran, ia menjawab dengan datar seakan itu bukanlah hal penting "Tak boleh, aku mengatakan alasannya"
"Kemungkinan dia masih hidup dan kemungkinan terbesar dia berada di SMA Satozakura"
Itadori memejamkan matanya, ia sudah sangat bersabar saat ini, ia tak bisa lagi harus menunggu bahkan untuk beberapa menit kedepan
"Aku akan segera kembali Itadori-kun"
Itadori langsung mematikan telfon tanpa menjawab. Ia tak membutuhkan jawaban apapun sekarang
Nanami, orang yang baru saja dihubungi Itadori merapikan jasnya. Memasukkan telepon genggam kedalam saku
"Meski aku melarangnya, kurasa itu takkan berguna. Aku serahkan sisanya padamu Ino-kun"
Lelaki bertopi itu menatap Nanami Kaget "Huh!?"
"Ada masalah?"
Ino membenarkan topinya, ekspresi wajah malasnya kentara dengan jelas "tidak, hanya saja-- terlalu banyak"
"Aku akan membantu mempromosikanmu ke rank 1"
Ino yang mendengar itu langsung bersemangat, merentangkan kedua tangannya sambil berseru "serahkan padaku!"
Menjauh dari lokasi Nanami kembali mengambil ponselnya, menghubungi seseorang yang mungkin bisa berguna
"Aku sudah menduga hal ini terjadi, jadi mungkin sekarang dia sudah ada disana"
.
.
.
"Dah lama gak updet, sekalinya updet ngajak gelud. Dikit banget :("
Aku tau kalian bakal ngeluh gitu kok
Seperti biasa cerita ini sangat pendek dan tanpa adanya revisiDan karena aku ngikutin manga jadi bakal banyak skip (ー_ー゛)
Vote dan comment dipersilahkan!!
luckyta05
5Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory
Fanfiction[Buku ke Dua dari NIKAIME] "Ne Sensei, aku merasa tidak asing dengan Raja Kutukan" entah kenapa perasaan ini terasa begitu familiar . . . "Bukan karena dia Raja dari segala kutukan--" Ada apa denganku sebenarnya, kenapa aku merasa begitu menyesal . ...