Selamat malam. Apa kabar kalian? Apakah masih ada yang nunggu cerita ini? Hehe
"Lo itu ga pantes buat Ali"
"Ga ada yang bisa dibanggain dari lo"
"Lo itu cuma jadi beban buat Ali dan keluarganya'
"Sadar!!!"
Prilly memejamkan matanya saat sebuah kata-kata tajam yang selalu ia dengar dari beberapa orang disekitarnya. Kata yang tak pernah absen selama 1 tahun ini. Sebulir air bening menetes dari pelupuk mata indahnya yang memang sudah terlihat sayu dan sendu.
"Kalau ga sama Kak Ali. Aku sama siapa lagi?" Prilly berkata lirih pada dirinya sendiri.
"Apa benar selama ini aku cuma jadi beban Kak Ali dan keluarganya?'' Prilly menyandarkan kepalanya pada jendela kamarnya sembari menatap langit malam yang gelap tanpa terlihat adanya bulan dan bintang.
Dret.
Bunyi ponsel Prilly terdengar nyaring. Prilly beranjak dan mengambil benda persegi empat itu yang berada diatas nakas. Prilly menghela nafasnya perlahan saat melihat nama yang tertera diponselnya.
My Breath is calling
Ya. Itu nama kontak yang dinamai Prilly untuk Ali.
Prilly menatap layar ponselnya lama hingga ponselnya berdering beberapa kali. Gadis itu tertunduk kemudian terisak pelan. Air matanya kembali turun dengan lancarnya dari pelupuk matanya.
"Maaf Kak," Prilly memilih untuk mengabaikan ponselnya yang masih terus berdering. Seolah-olah pemanggilnya masih tak berhenti untuk menghubunginya.
Prilly memilih membaringkan tubuhnya diatas kasur. Masih dengan isakan lirihnya sembari menatap ponselnya yang kembali ia letakkan diatas nakas. Prilly bingung. Prilly tak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang. Seolah-olah ucapan yang selalu ia dengar selama satu tahun ini benar adanya. Ucapan orang-orang yang bagaikan kaset ditelinganya.
Ting tong
Prilly langsung bangun dari tidurnya dan menghapus air matanya dengan cepat. Gadis itu memutuskan untuk keluar kamar dan menuju pintu utama untuk melihat siapa tamu yang datang selarut ini.
Ceklek
Prilly menahan napasnya sejenak saat melihat orang yang dihadapannya adalah orang yang paling ingin ia hindari untuk saat ini.
Ali.
Ali menatap Prilly masih dengan ponsel yang menempel pada telinganya. Ya, ponsel yang digunakan untuk menghubungi gadis itu.
"Kenapa telfonnya ga diangkat?" tanya Ali pelan.
Prilly berdehem pelan menatap Ali sesaat sebelum akhirnya mengalihkan ke arah lain.
"Prill,"
"Maaf kak, tadi aku udah tidur" Prilly dengan cepat memotong perkataan Ali.
"Beneran? Tapi kok waktu dengar bel rumah, kamu langsung cepat bukain pintunya? Sementara aku nelfon kamu berkali-kali kamu ga dengar? Coba cek handphone kamu udah berapa banyak panggilan dari aku?" Prilly hanya diam mendengar serentetan kata yang terucap dari mulut Ali.
"Kamu ga lagi hindarin aku 'kan? Ali menatap Prilly sendu.
"Prill," Ali memegang kedua bahu gadis itu dengan kedua tangan kekarnya.
"Aku beneran tidur. Aku capek" Prilly kembali menyahut dengan pelannya.
Ali menarik Prilly perlahan dalam pelukannya. Membungkus badan mungil gadis itu seolah-olah takut jika dilepaskan. Prilly memejamkan matanya tanpa membalas pelukan Ali.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Girl (PENDING)
RomanceIni hanya sebuah kisah klise. Pertemuan antara dua orang berbeda jenis, berbeda sifat dan sikap bahkan jalan kehidupannya. Alisyarief Dharma Aksara. Pria berumur 19 tahun, yang memiliki wajah tampan, alis tebal dan mata tajam bak elang. Ali adalah...