Prilly membuka kedua matanya perlahan. Gadis itu melirik jam dinding yang menempel di kamar. Pukul 03.55. Prilly menoleh ke arah Jessica yang tertidur dengan lelap. Prilly meraih figura foto keluarganya yang berada di atas nakas. Foto yang di ambil beberapa tahun yang lalu.
"Papi," mata Prilly mulai memanas dan berkaca-kaca. Sebelah tangannya terangkat mengusap figura foto tersebut.
"Papi apa kabar?" lirih Prilly dengan suara tertahan.
"Kenapa Papi tega ninggalin Illy sendiri? Bukannya Papi udah janji kalau bakalan nemenin Illy terus? Tapi, kenapa Papi pergi duluan?" Prilly mulai meneteskan air matanya.
"Papi udah kangen banget ya sama Mami? Illy juga kangen kok, tapi 'kan Illy bisa ketemu sama Mami di mimpi. Pasti Papi nggak bisa ya ketemu sama Mami di mimpi?" Prilly memejamkan matanya sesaat. Berusaha menahan rasa sesak dalam dadanya.
"Illy ngerti kalau Papi emang benar kangen sama Mami. Tapi, kenapa Papi milih pergi di hari bahagia Illy? Illy nggak siap di tinggalin Papi, Illy masih mau sama Papi," suara isak tangis Prilly terdengar pilu.
"Nanti siapa yang bakalan nelfon Illy lagi? Siapa yang bakalan nanyain kabar Illy?" Prilly berusaha menetralkan nafasnya. Gadis itu meletakkan figura foto keluarganya kembali di atas nakas. Lantas menghapus air matanya.
Prilly beranjak ke dalam kamar mandi dan mulai mengambil air wudhu. Setelah selesai Prilly segera keluar dan menggelar sajadah dan memakai mukenahnya.
Prilly menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim yaitu menjalankan shalat Shubuh.
"Ya Allah, Ya Rabb terimalah amal ibadah orangtua hamba, berikanlah hamba keikhlasan untuk menerima semuanya. Lindungilah mereka, jagalah mereka dan bahagiakan mereka di surgamu Ya Allah. Hamba sangat menyayangi mereka, titip salam rindu kepada mereka. Dari hamba, anak yang selalu mendoakan mereka." Prilly mengakhiri shalat Shubuh dengan doanya. Gadis itu kembali menangis dan mengusap wajahnya perlahan.
Jessica yang sedari tadi mendengar semua ucapan dan doa-doa Prilly ikut meneteskan air matanya. Ya, Jessica memang sudah bangun semenjak Prilly menangis tadi.
'Kuat ya, Prill!' batin Jessica.
***
Hari ini keadaan kembali berjalan dengan semestinya. Prilly dan Jessica sudah berada di kampus. Karena sebentar lagi mereka akan mengikuti ujian semester.
Dari mata kuliah jam pertama sampai istirahat Prilly masih diam sama sekali tak mengeluarkan suara. Kecuali, Jessica yang mengajaknya bicara, itupun Prilly hanya menjawabnya dengan singkat. Tentu saja hal itu membuat Jessica khawatir. Karena Prilly tak pernah seperti ini sebelumnya.
"Ke kantin yuk, Prill!" ajak Jessica menoleh pada Prilly yang hanya menatap lurus ke depan. Prilly menggeleng pelan.
"Lo 'kan belum makan dari semalam, nanti lo bisa sakit," kata Jessica.
"Gue nggak lapar, Jess." Jessica menghela nafas kasarnya mendengar jawaban Prilly.
"Lo nggak belum kayak gini terus, Prill. Lo harus ikhlasin Papi lo. Biar Papi lo tenang di sana," Jessica menatap Prilly sendu."Lo nggak tahu gimana rasanya jadi gue, Jess. Di tinggal selamanya oleh satu-satunya harta yang gue miliki. Gue udah coba buat ikhlas, tapi susah Jess. Gue nggak bisa, gue nggak kuat," tangis Prilly kembali pecah. Jessica sontak berdiri dari duduknya dan segera memeluk Prilly dari samping karena posisi Prilly yang masih duduk.
"Iya, gue nggak tahu rasanya jadi lo tuh kayak gimana. Tapi, bukannya sebagai sahabat gue harus selalu ingetin dan kuatin lo? Kita sahabat 'kan? Lo nggak sendiri kok. Lo jangan pernah lupa ya kalau gue selalu ada di sisi lo," air mata Jessica ikut menetes. Prilly mendongkakkan wajahnya menatap Jessica.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cute Girl (PENDING)
RomantikIni hanya sebuah kisah klise. Pertemuan antara dua orang berbeda jenis, berbeda sifat dan sikap bahkan jalan kehidupannya. Alisyarief Dharma Aksara. Pria berumur 19 tahun, yang memiliki wajah tampan, alis tebal dan mata tajam bak elang. Ali adalah...