Chapter 4

10.7K 750 5
                                    

"Illy nggak mau, Pi," ujar Prilly merengek.

"Illy masih mau di sini. Illy udah nyaman tinggal di sini, Pi." Lanjut Prilly dengan raut wajah memelasnya.

"Terus gimana dong, sayang? Papi harus ngurusin Perusahaan Papi yang di Australia," ucap Tomi---Papi Prilly.

"Ya udah Papi aja yang ke sana," sahut Prilly.

"Papi akan fokus urusin Perusahaan yang di sana, sayang. Jadi, kemungkinan juga akan menetap di sana, makanya Papi mau ajak kamu," jelas Tomi.

"Tapi, Illy maunya di sini, Pi. Papi aja deh yang kesana, Illy tinggal di jakarta aja," sahut Prilly kembali.

"Terus nanti kamu sama siapa?" tanya Tomi.

"Kan ada Jessica, Illy 'kan juga udah biasa tinggal sama Jessica di rumah kontrakan," jelas Prilly.

"Tapi, Papi nggak tega ninggalin kamu. Kamu ikut Papi aja ya, nanti di sana Papi kesepian lagi," ucap Tomi.

"Illy 'kan juga baru masuk kuliah, Pi. Masa iya ikut sama Papi ke sana. Udah deh, walaupun Papi di jakarta 'kan kita juga nggak setiap saat ketemu. Jadi, bakalan sama aja kalau Papi ada di sana," tutur Prilly.

"Iya 'sih. Itu juga karena kamu lebih milih ngontrak bareng Jessica. Jadi jarang ketemu sama Papi. Lagian kalau di sini kapan aja Papi masih bisa ketemu kamu, tapi kalau di sana bakalan susah, terlalu jauh," balas Tomi.

"Udah deh Pokoknya Papi fokus urusin pekerjaan Papi aja, Illy di sini bakalan baik-baik aja dan jaga diri juga kok. Jadi, Papi tenang aja ya," ucap Prilly meyakinkan Tomi.

"Ya udah kalau itu keputusan kamu nanti Papi bakalan titipin kamu sama orang tuanya Jessica," titah Tomi.

"Emang Illy barang apa? Pake di titipin segala," Prilly mengerucutkan bibirnya.

"Princess Papi lebih berharga dari itu," sahut Tomi yang membuat Prilly tersenyum.

"Papi berangkat Kapan?" tanya Prilly sembari memeluk Tomi.

"Lusa," jawab Tomi sembari mengelus pucuk kepala putri tunggalnya. Prilly mengangguk paham.

"Oh iya, Pi. Illy mau curhat deh sama Papi," ujar Prilly tanpa melepaskan pelukannya pada tomi.

"Curhat apa?" tanya Tomi.

"Jadi, gini di kampus illy ada cowok dia itu senior Illy, namanya Illy samarin ya jadi es," ucap Prilly yang membuat Tomi terkekeh pelan.

"Ngapain di samarin jadi es? Emangnya dia suka ngosumsi boraks apa?" sahut Tomi.

"Ya, abisnya dia itu dingin banget kayak es, terus muka juga datar, tatapannya juga serem banget, orangnya nyebelin, pokoknya gitu deh, Pi." Lanjut Prilly yang membuat Tomi tersenyum dan terus mengelus rambut Prilly.

"Ganteng nggak?" goda Tomi.

"Ganteng, tapi nyebelin." Sahut Prilly.

"Jangan terlalu benci sama orang, ntar kamu suka 'lho," ujar Tomi.

"Ihh enggak, Pi. Illy nggak benci kok cuma kesel dikit aja. Abisnya Illy lihat dia kayak nggak suka gitu deh sama Illy, bahkan 'nih ya waktu OSPEK kemarin Illy tuh sempet di permaluin sama Kak Ali," tutur Prilly.

"Oh jadi namanya Ali?" Tomi menatap Prilly dengan tatapan menggoda.

"Yah ketahuan deh, percuma dong Illy nyamarin namanya jadi es," keluh Prilly yang membuat Tomi tertawa.

Setelah itu keduanya sama-sama terdiam sembari menatap langit malam karena sekarang mereka berada di balkon kamar Prilly.

"Pi," panggil Prilly.

My Cute Girl (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang