Chapter 16

8.5K 636 7
                                    

Sudah hampir sebulan hubungan Ali dan Prilly semakin dekat. Semenjak, Ali mengajak Prilly pertama kali ke panti asuhan. Prilly langsung tertarik untuk berkunjung ke sana, minimal 3 kali dalam seminggu. Itupun jika ada waktu luang Prilly bisa menyempatkan untuk datang, sekalipun bisa lebih dari 3 kali dalam seminggu. Terkadang Prilly datang tak bersama Ali. Karena Prilly adalah type orang yang mudah akrab atau humble kepada semua orang, jadi orang-orang yang dekat dengannya pasti akan dengan cepat menerima kehadirannya.

Bicara soal hubungannya yang sudah dekat dengan Ali. Prilly setidaknya cukup bersyukur karena Ali sudah tak sedingin saat pertama kali mereka bertemu. Kini Ali sudah mulai menanggapi candaaannya, walaupun wajahnya memang masih sulit untuk di hiasi dengan senyuman. Entahlah kapan Prilly akan bisa melihat senyuman Ali? Dan dengan cara apa membuat pria itu tersenyum?

"Kak Ali," Prilly melambaikan tangannya saat melihat Ali berjalan di koridor kampus. Ali menoleh dan segera menghampiri Prilly yang sedang duduk di bangku taman dengan sebuah laptop di tangannya.

"Duduk, Kak!" tambah Prilly menggeser posisinya dan memberikan Ali tempat untuk duduk di sebelahnya.

"Lagi ngapain?" tanya Ali menatap laptop di hadapan Prilly. Prilly tersenyum dan menoleh ke arah Ali.

"Cuma ngerjain tugas buat presentasi besok aja kok," jawab Prilly yang langsung menutup laptopnya dan memasukkan ke dalam tasnya.

"Apaan nih?" Ali mengernyitkan dahinya menatap buku kecil di sebelah Prilly. Tangan Prilly terlebih dahulu meraih buku kecilnya, saat tangan Ali yang juga hendak meraih buku tersebut.

"Coba lihat!" Ali hendak menggapainya buku kecil berwarna biru itu, namun Prilly langsung menyembunyikannya di balik punggungnya.

"Jangan!" cegah Prilly memukul tangan Ali yang ingin merampas bukunya.

"Pelit lo," cibir Ali.

"Biarin," Prilly menjulurkan lidahnya pada Ali.

"Isinya apa 'sih? Paling curhatan alay kayak cewek-cewek lain. Dear diary hari ini aku bla bla bla..." Ali meledek dengan nada bicara yang berusaha di buat-buat, namun tetap terdengar datar.

"Enak aja. Bukan, ya. Ini tuh isinya puisi," sahut Prilly.

"Puisi? Emangnya lo bisa bikin puisi?" Ali menaikkan sebelah alisnya menatap Prilly.

"Bisa," Prilly mengangguk cepat.

"Oh ya? Masa?" Ali mendekatkan wajahnya pada Prilly membuat gadis itu ikut memundurkan wajahnya. Mata Prilly terpejam saat merasakan hembusan nafas Ali menerpa permukaan wajahnya.

"Kena lo," Prilly refleks membuat matanya dan menatap Ali yang sudah berlari menjauh darinya dengan mengangkat sebuah buku kecil biru milik Prilly.

"Ihh Kak Alii," Prilly beranjak dari duduknya dan menghentakan kakinya kesal. Prilly merutuki kebodohannya sendiri yang mudah tertipu oleh Ali. Lagian bukan salah Prilly juga, tapi salah nafasnya Ali yang kelewat hangat. Bikin orang ngantuk aja sampai Prilly memejamkan matanya.

"Gue baca ya," ujar Ali setengah berteriak.

"Jangan, Kak!" pekik Prilly menggeleng tegas. Namun, Ali hanya mengendikan bahunya dan mulai membuka buku kecil tersebut.

"Aku itu seperti senja," Ali mulai membacanya dan sengaja mengeraskan suaranya agar dapat di dengar oleh Prilly.

"Kak Ali," Prilly menggeram kesal dan langsung meraih tas ranselnya kemudian berlari mengejar Ali. Ali yang menyadari Prilly mulai mendekat ke arahnya, kembali berlari menjauhinya.

"Dan kamu itu seperti fajar," tambah Ali dari kejauhan tanpa peduli wajah Prilly yang sudah memerah karena menahan kekesalannya. Ini adalah salah satu perubahan dari Ali. Pria itu kini mulai terlihat jahil dengannya, walaupun raut wajahnya sama sekali tak menunjukkan ekspresi yang tepat untuk orang suka jahil.
"KAKAK TEMBOK! ES BATU! BATU BATA!" teriak Prilly menggelegar membuat Ali semakin gencar untuk menggodanya.

My Cute Girl (PENDING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang