"Aku merasa nyaman saat bersamanya...."
_ Ohm Thitiwat _
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
"You are the best!!!!!"
_ Fluke Natouch _
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Ketika rasa nyama...
"Bagaimana tanganmu Miya?" Tanya Atika, ia benar-benar khawatir pada gadis itu.
"Sudah tidak merah seperti tadi Aunty. Aunty tidak perlu khawatir lagi" jawab Miya, memberikan senyuman yang sangat manis.
Atika tersenyum lega mendengar jawaban Miya. Insiden tadi membuat jantungnya berdegup kencang. Ia benar-benar sangat khawatir jika sampai terjadi sesuatu.
Pasalnya, Miya sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri. Jadi jika ada yang menanyakan jumlah anak yang ia punya. Dengan yakin ia akan menjawab bahwa ia memiliki dua orang anak. Anak pertama adalah laki-laki, dan yang kedua adalah perempuan.
Sebelum meninggal, kedua orangtua Miya meminta mereka untuk menjaga Miya. Dan itulah mengapa keluarga Ritprasert begitu menjaga Miya. Karena mereka memiliki janji kepada kedua orangtua Miya.
Sun menyadari sesuatu. Ia berbisik kepada Phi News yang langsung disetujui olehnya. Sun memasuki dapur dan melihat Fluke sedang mencuci tangannya. Namun terdengar suara rintihan yang tertahan. Hal itu mengundang rasa keingintahuan Sun.
"Nong Fluke?"
"Phi- Phi Sun? Ada apa?" Tanya Fluke, mematikan keran dan langsung menyembunyikan tangannya dibalik punggung.
Sun mengernyitkan dahi. "Kau sedang apa Nong? Kenapa ke toilet membutuhkan banyak waktu?"
"Ah, itu Phi, habis dari toilet aku membersihkan pecahan cangkir-cangkir ini." Jawab Fluke.
"Seharusnya kau biarkan itu. Biarkan para pekerja yang membersihkannya."
Fluke menggeleng. "Kalau dibiarkan dilantai seperti ini, aku hanya takut akan melukai salah satu diantara kita."
"Dasar kau ini" Sun menghampiri Fluke dan menggandeng lengannya. "Ayo kita kembali,"
"Phi duluan saja. Nanti aku menyusul. Sebentar lagi selesai,"
"Yakin?" Tanya Sun dan Fluke mengangguk. "Ya sudah kalau begitu,"
Sun kembali ke ruang keluarga. Fluke bernapas lega. Tak lama salah satu pekerja masuk ke area dapur. Fluke menanyakan dimana letak kotak obat yang langsung diberikan oleh Bibi yang bekerja disana.
Dengan dibantu Bibi itu, Fluke mengobati lukanya. "Terimakasih Bi.... Bibi sangat jago membalut lukaku hingga tidak terlihat jika sedang terluka," ungkap Fluke mengamati telapak tangannya yang benar-benar terbalut dengan sangat rapih.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bibi itu tersenyum. "Th̀ān (tuan) Fluke terlalu memujiku,"
Fluke menggeleng, "jangan memanggilku dengan sebutan Th̀ān. Aku tidak suka. Panggil saja dengan sebutan nama. Anggap saja aku sebagai anak Bibi juga."
"Tapi Th̀ān-"
"Kalau bibi keberatan, panggil namaku kalau kita sedang berdua saja?"
Sang bibi nampak berpikir, lalu ia mengangguk. "Baiklah...."