20. Destiny

136 22 4
                                    

Fluke membuka matanya. Semua gelap. Ia tak bisa melihat apapun. Bahkan mulutnya terplester rapat. Membuatnya tak bisa berteriak.

"Mae..... Pho.... Siapa saja.. Tolong aku," batin Fluke. Karena ia tidak bisa mengeluarkan suara, ia hanya bisa memohon di dalam hatinya.

Fluke tersenyum saat ia melihat sebuah cahaya masuk menyinari wajahnya. Siluet seorang wanita berjalan menghampirinya. Semakin lama semakin dekat, Fluke bisa melihat wajah seseorang itu. Dan kedua mata Fluke membola.

"Nong Fluke? Ada apa denganmu? Kenapa kau bisa disini? Kenapa kau bisa terikat?" Tanya Miya. Wajahnya berubah panik. Atau hanya pura-pura.

"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu bicara. Bicara yang keras." Ucap Miya.

"Ah iya, aku lupa. Mulutmu terplester jadi tidak bisa bicara ya?"

Miya berjongkok, melepas plester di mulut Fluke.

"Phi- kenapa?"

"Phi- kenapa?" Miya mengulangi ucapan Fluke seolah mengejeknya. "KENAPA KATAMU!?"

Miya mencengkram erat pipi Fluke, hingga kukunya melukai pipi Fluke. "Semua ini aku lakukan karena rasa cintaku yang begitu besar pada Ohm. Nenek Ohm menjodohkan ku padanya. Lelaki yang aku cintai sejak kecil. Aku bahagia, namun kebahagiaan ku hancur saat Ohm menolak perjodohan ini. Kau tahu itu semua karena siapa?"

"ITU SEMUA KARENA KAU BRENGSEK!!!! KARENA KAU OHM MENOLAKKU!" Teriak Miya penuh amarah.

"Sejak dulu Ohm adalah satu-satunya orang yang kumiliki. Kami selalu bersama. Aku telah menyerahkan seluruh hidupku untuk Ohm. Dan saat ia mengakui bahwa yang ia cintai adalah kau bukannya aku, hidupku sudah hancur."

Fluke merasakan aura yang begitu negatif pada Miya, saat melihat senyuman Miya yang mampu membuat bulu kuduknya berdiri.

"Tidak ada yang bisa memiliki Ohm selain aku. Untuk itulah, aku harus menyingkirkan seseorang yang menghalangiku untuk bisa memiliki Ohm seutuhnya." Ucap Miya, kembali memasang plester di mulut Fluke lalu ia berdiri dan berjalan ke sudut ruangan. Karena tak ada penerangan sama sekali, Fluke tidak bisa melihat apa yang dilakukan Miya.
Sambil bersenandung, Miya menghampiri Fluke kembali.

"Bagian mana yang pertama..." Ucap Miya dengan irama.

'Pertama? Pertama apa? Apa yang ingin Phi Miya lakukan padaku?' batin Fluke, matanya menyiratkan ketakutan.

"Bagaimana kalau wajah terlebih dahulu, setelah puas dengan wajah. Tubuh? Boleh juga," Miya terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Satu.... Dua...." Miya mulai berhitung.

"Mmmhhhh..... Mmmhhhh...." Fluke meronta-ronta. Matanya langsung terpejam saat hitungan ketiga Miya.

'Phi Ohm....'

...

Ohm saat ini tengah melanjutkan syuting untuk drama terbarunya. Walaupun sebenarnya ia tidak ingin melanjutkan syuting karena masih memikirkan keadaan Fluke yang hingga saat ini masih belum ada kabar dari pihak kepolisian, tapi ia harus bersikap profesional.

Kemarin pihak kepolisian bersama dirinya, phi news dan Nadew memeriksa CCTV supermarket, namun tidak bisa mengidentifikasi wajah sang pelaku. Dan untuk saat ini, mereka hanya bisa menunggu. Semua akan diserahkan kepada pihak kepolisian.

Kini giliran Ohm beradu akting dengan partner-nya, namun fokusnya tiba-tiba saja hilang saat Ohm merasa bahwa perasaannya tidak baik. Pikirannya langsung tertuju pada Fluke.

"CUT!!!!!" Teriakan sang sutradara diabaikan oleh Ohm.

"Ohm.. hei Ohm.. ada apa?" Tanya Dream, partner-nya.

Destiny Indonesia VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang