Dari Hati turun keMata

3 0 0
                                    

Manusia boleh berencana tuhan lah penentu segalanya...

Aku dan kamu menjauh tapi tetap saling mendukung... Bagiku kamu tetap gadis yang sama, Apa yang kamu katakan malam itu benar, Aku tak punya hak apapun untuk menuntut mu memilih ku.

Bukankah sejak awal kita hanya dua orang sahabat, kamu tak pernah tahu Rasaku, dan kita tidak pernah membuat komitmen apapun untuk saling setia. Kamu tidak pernah meninggalkan ku karena kamu memang tak pernah menjadi milikku.

Rasa ini hanya Rasaku...
Tak mengapa bila kamu tak dapat membalas nya...
Bukankah cinta kadang hanya ingin memberi bukan memaksa untuk menerima atau meminta kembali.

Kamu mencintaiku ataupun tidak, Aku tetap mencintaimu.
Kamu akan menjadi milikku atau tidak, kamu telah memiliki hatiku.

Namun apa daya perasaan seseorang yang telah hadir, ia tidak bisa diatur dan dikendalikan semau kita seperti Takaran gula dalam kopi yang bisa banyak atau sedikit...

Harapan kamu membalas Rasaku, atau setidaknya mengerti membuat ku tak bergerak. Lagi-lagi harapan yang terlalu tinggi pada manusia dapat membawa luka.

Kita bisa kendalikan Rasa kita agar yang kita rasakan tidak membuat kita berbuat salah apalagi dosa... Sulit tapi Allah telah memberikan kita akal untuk dapat mengendalikan hati kita, berusaha dan terus berdoa bukan untuk menghilangkan, tapi untuk menerima yang terjadi.

Ada pepatah yang bilang cinta itu datang dari mata turun kehati... Menurut ku itu baru kadar suka... Kita pakai mata lebih dulu... Bukankah itu artinya kita menyukai Apa yang kita lihat...?

Sedangkan Rasa ini beda, hatiku lebih dulu menyukaimu sebelum mata ini mencari sosokmu. Jadi Rasaku dari hati baru keMata.

Sejak pertemuan pertama ku dengan Awan diresto siang itu, kami sering bertemu dibeberapa kesempatan lain... Denganmu atau tanpamu.

Beberapa pekerjaan kita yang lagi-lagi ternyata kamu bersama nya... Membuat ku seakan harus menelan pil pahit yang bukan obat, tapi tak mengapa Aku merasa sedih berjauhan darimu, berada bersamamu yang jadi penawar rindu nya.

Aku berusaha sedapat mungkin menghindari bertatapan langsung dengan mu, Rasa nya semua yang kulakukan serba salah. Kucoba untuk mencari kesibukan lain agar hati ini tak hanya memperhatikan dirimu yang kini bersama dengannya.

Semua membuat hatiku tak nyaman bahkan kadang bisa terasa sangat sakit, tapi yang kulakukan hanya diam dan pura-pura acuh padamu.

"Ga... Nggak makan...?"
Tanya mu yang sedang makan didekatku... Biasanya aku selalu meminta sedikit apa yang kamu makan.

Tapi melihat kini Awan yang sedang makan disampingmu, membuat Rasa laparku menguap... Aku hanya menjawab pendek...

"Belum laper..."

"Masa... Kita sudah kerja sejak pagi lho, Aku sudah mau mati karena baru bisa break sekarang..."

"Tadi Icis sudah sarapan kan...?"
Awan bertanya dengan lembut padamu... Kulihat kamu tersenyum sambil menatap matanya.

Rasa itu datang...
Membakar hatiku,
Menyulut emosiku...
Menusuk bagai duri pada seluruh inci tubuhku.
Hingga untuk duduk melihat mu dengan nya pun rasanya menyakitkan.

Aku sudah berusaha menolak rasa cemburu ini mendatangiku... Karena aku tidak punya hak itu, tapi aku gagal ketika melihat dia ada disampingmu seperti sekarang...

Yang dapat kulakukan hanya bersikap profesional... Sekarang kamu adalah partner kerja ku...

Bersambung

Isi Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang