Belajar

3 1 0
                                    

Terimakasih dan maaf... Bila aku masih berharap kamu juga punya Rasa yang sama kepadaku, walau kini aku harus belajar... setiap ekspektasi tergantung orang yang merasa, melihat dan berharap...

Seperti ku yang terluka karena prasangka yang salah, bukan salahmu  kamu gadis yang sangat baik... Setia mu masih miliknya. Dan aku tidak pernah dapat menyalahkan apalagi membencimu...

Namun Apakah salah bila aku ingin hadirku tidak hanya mampu memberi mu tawa namun juga Rasa...? Rasa yang sama, untukku...?

Kamu memang tak pernah janjikan apapun...
Namun ketika kamu beranjak pergi menjauh dariku...
Entah kemana kamu bawa senyumku.

Kehilangan tak mampu buatku berpaling darimu.
Tahukah kamu apa yang terjadi padaku...
Doaku tak kamu rasakan sakitku, selain bahagia selalu untukmu.

Sejak malam itu kita bagai dua orang mengenal tapi asing...
Kita hanya bertemu saat ada urusan pekerjaan...

Aku berusaha untuk menjaga walau tak sisi...
Tak menghubungi walau rindu menyiksa diri.
Tangis dan harap tiap malam kulangitkan dalam doa..
Rasa rindu hanya kuungkapkan pada yang Maha mengetahui...

Allah tahu...
Aku tengah belajar melepas harap
Namun perkara ikhlas, aku sendiri belum paham...
Yang jelas nyeri di ulu hati masih terasa, saat kamu semakin mengabaikan ku.
Percayalah...
Aku sedang mencoba baik-baik saja...
Yang terpenting kamu bahagia.

Allah tahu bertapa tertatih-tatihnya aku menjauh darimu... Tapi Allah pulalah yang kembali mempertemukan kita.

Sebuah pekerjaan yang sebenarnya telah diajukan sebelum kamu kembali padanya... namun kini kita bertemu dengan dia ada bersama mu...

Hanya Allah yang mengerti bagaimana sulitnya menahan hati dan tetap tersenyum tanpa menunjukkan bertapa tersisihnya Aku melihat dia mendampingi mu...

Inginku menarik napas sepanjang aku mampu untuk mengusir sesak dalam dada. Tapi aku tak bisa... Ada kamu disitu... Yang tak boleh tersakiti, melihatku terluka.

Ya Allah...
Tuhan pemilik hati...
Kuatkan Aku menjaga hatinya...
Agar tak lagi kulihat air mata disana.
Kokohkan kakiku menahan beban harapan yang mungkin belum mampu kudapatkan.

Kakiku bergetar... hingga aku harus pura-pura jongkok untuk mengikat tali sepatu. Sebelum Aku mendekat kearah mu dan dia...

"Eh akhirnya ketemu juga, Bro..." Aku benar-benar berusaha menetralkan suaraku sebiasa mungkin.

Berusaha tak menatapmu, namun tanpa kusadari  mataku melirik kearah mu sekilas...

Rasa itu masih sama...
Ternyata tak bersama bukan penyebab hilangnya rasa...
Senyum tipis mu masih sanggup menerbangkan harap...
Dan hadirmu hadirkan getar yang coba kuhentikan.

Sedetik... Aku hilang dalam masa indah yang lalu... Suara Awan walau terdengar bersahabat... Mampu menarikku kembali pada kenyataan pahit... Kamu telah memilih dia.

Ini kali pertama Awan menyapaku secara langsung... Kutatap mata teduh itu... Mata orang... yang kamu cintai... Kuperhatikan senyum tulus itu... Senyum yang membuatmu kembali menyanyangi nya, dan kulihat wajah bersahaja itu... Wajah orang yang kamu percayai, yang kamu titipkan hatimu untuk dia jaga...

Hingga tanpa kusadari... Belajar ikhlas termudah adalah dengan menerima...

Bersambung...

Isi Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang