U. jaemin - lia

24 8 1
                                    

Subuh subuh sekali , sekitar pukul setengah 5 pagi, pak Hendra sudah heboh membangunkan para siswa yang masih tertidur. Terutama siswa laki laki yang wajib sholat Subuh berjamaah.

"Ayo bangun bangun! Yang laki laki ayo kita sholat Subuh berjamaah! Yang perempuan kalau gak lagi halangan ikut sholat juga! Buat yang lagi halangan boleh sambung tidur sampai jam 6" teriak pak Hendra menggunakan panci paranti masak mie agar berisik dan mengganggu siswa nya yang masih tidur.

Mau tak mau para siswa bangun dari mimpi indahnya. Hawa dingin sekitar 16°C kembali menusuk kulit para siswa saat mereka keluar dari tenda.

Langit yang masih gelap , hanya ada lampu bahan bakar yang menerangi kawasan ini.

"Mau wudhu dimana pak? Hutan ini mana ada mushola atau kamar mandi" tanya Chenle dengan matanya yang masih merem melek

"Iya bener tuh pak, udah sambung tidur aja Allah juga maha tau kok" sambung Haechan , berniat ingin masuk lagi kedalam tenda namun ditahan oleh Jisung.

"Tenang! Bapak udah buatkan kalian keran buatan tuhh" semua murid yang sudah bangun melihat ke arah yang pak Hendra tunjuk.

Dan benar saja, sudah ada 5 derigen yang di tutupi plastik hitam sebagai penutup airnya.

Pak Hendra benar benar niat.

Mereka semua mengantri dengan lemas , 3 keran untuk laki laki dan 2 keran lagi untuk perempuan.

Muka muka beler mereka perlahan hilang karena terbasuh air dingin yang dingin nya bukan main.

Yeji sampai menggigil saking dingin nya. Namun saat badan nya bergetal menggigil , tak ada Hujan tak ada Panas tiba tiba saja Jeno memberikan hoodie nya ke Yeji yang hampir beku.

"Pake! Lo kedinginan gitu" suruh Jeno , Yeji masih tak mengerti kenapa Jeno tiba tiba memberikan hoodienya. Yeji tak ingin berharap lebih tapi jantung nya sudah ingin lompat dari tempatnya. Halah lemah!

Ia menggigit bibir bawah nya agar tak tersenyum terus menerus kepada Jeno "makasih" katanya setelah berhasil memakai hoodie milik Jeno.

Jeno hanya mengangguk lalu berjalan ke atas terpal yang menjadi alas sholat mereka hari ini.

Sungguh. Pak Hendra benar benar niat.

-

Langit sudah mulai terang. Matahari juga sudah menampakan dirinya pagi ini. Yora sedang membantu guru dan beberapa murid lain nya untuk menyiapkan sarapan pagi ini.

"Biar gue bantu" Lia mendatangi Jaemin yang sedang kesusahan karena memasak menggunakan kompor kemah.

Jaemin terkejud bukan main saat tau bahwa Lia yang datang membantunya. Rasanya dia mau teriak sekarang juga cuma harus jaga image di depan gebetan.

Tak seperti Jaemin tadi, Lia dengan mudah menyalakan kompor tersebut "udah nih" katanya menoleh ke arah Jaemin yang sedang menatap nya.

Jaemin masih hanyut dalam pikiran nya. "Ini gue gak mimpi kan?" Katanya.

Lia menampar pipi Jaemin cukup keras hingga membuat empu nya tersadar dan mengusap pelan pipi nya yang baru saja di tampar "aduh sakit ya?" Tanya Lia panik.

"Wah gue gak mimpi" racau Jaemin lagi. Aneh dasar.

Lia terkekeh pelan mendengar omongan Jaemin yang seperti orang kesambet. "Masukin itu mie nya, nanti air nya keburu kering" kata Lia halus.

Dengan segera Jaemin menuruti permintaan gadis cantik di sebelah nya itu. "Suara nya lembut banget kayak ubin masjid" celetuk Jaemin yang masih bisa di dengar oleh Lia.

Ji & Yo | Park Jisung [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang