__________________✿__________________
Hari ku berganti ditemani dengan senyuman, sekian lama diriku tak mempunyai teman untuk sekedar bertukar cerita. Dirinya datang merelakan telinganya untuk mendengar ceritaku yang membosankan. Tentang hari ini, tentang dosen yang menyebalkan, tentang makanan yang ingin ku makan.
Selepas kejadian dimana dia menabrak ku tidak sengaja, dari hari itu dia sering datang dalam hari ku. Hentah kenapa aku merasa nyaman dan merasa terlindungi jika bersamanya. Dan disinilah kita menunggu jam kuliah, di sebuah taman hijau pinggir kota yang di penuhi oleh anak-anak yang bermain ke sana kemari.
"Mau ice cream?, aku traktir"
"Apa boleh?"
"Tentu, mau rasa apa?"
"Hemm, Cokelat sepertinya enak"
"Ok, tunggu disini. Jangan kemana-mana"
Kalian tahu aku sangat suka perhatiannya, perhatian yang tak pernah ku dapat selama tiga tahun ini. Mark adalah kakak tingkat ku, jurusan kedokteran. Ini yang membuat aneh, fakultas kami berbeda tapi setiap aku ke kantin untuk makan siang dia selalu datang dengan alasan juga makan siang. Di fakultasnya juga ada kantin bukan, ah hentahlah biarkan saja lagi pula aku suka jika ada teman.
"Ice cream Cokelat datang, makan nanti cair"
Suaranya berhasil menyadarkan ku dari lamunan"Ne, gomawo hyung" sahutku
Tangannya dengan lembut mengusap pucuk kepalaku, membuat rambutku sedikit berantakan.
Tingg...
Gawai yang ku genggam berdenting, sebuah pesan dengan nama yang cukup membuatku terkejut. Dengan cepat aku membukanya, takut jika Ayah menunggu balasanku.
Ayah
Pulang sekarang."Maaf ayah, aku ada kelas hari ini"
Ayah
Aku tidak peduli, cepat pulang.Untuk pertama kalinya setelah tiga tahun ayah menyuruhku untuk pulang, hentah aku harus bahagia atau bagaimana kata-katanya membuatku sedikit sakit.
"Hemm, hyung. Maaf aku harus pulang, ayah menyuruhku untuk pulang"
"Aku antar ya"
"Tidak usah repot-repot, aku bisa naik bis. Lagi pula bukankah hyung ada kelas lagi"
"Kalau begitu hati-hati, Ok?"
"Ok. Daaah hyung"
✿༽༽༽ ✿༽ ✿༽
Sebuah mobil dengan merek Bugatti Divo terparkir rapi dihalaman rumah ku. Ini bukan mobil Ayah, Renjun ataupun Bunda. Mungkin ada tamu jadi ayah menyuruhku segera pulang, bukankah hal yang bagus. Ayah dengan senang hati mengenalkan ku pada tamunya yang biasanya bersusah payah menyembunyikan ku jika kolega ayah datang ke rumah.Tapi hentah kenapa rasanya sangat aneh, aku merasa khawatir bagaimana jika teman ayah mengejek ku nanti. Dengan cepat menaikkan tudung Hoodie untuk menutupi Hearing Aid ku, Membuka pintu utama dan benar saja sudah banyak orang di ruang tamu, Ayah,Bunda, Renjun dan tiga lainnya sangat asing bahkan aku tidak mengenalnya.
"Aku pulang" ucapku pelan
"Xiaojun, duduk sini" untuk pertama kalinya juga ayah menyuruhku duduk disebelahnya, yang biasanya beliau selalu menghindar.
Dengan ragu ku dudukkan badan ku, mengangkat pandangan dan netra ku bertemu dengan pria tampan tepat di depanku dan itu cukup membuatku terpesona. Tapi hentah kenapa raut wajahnya sangat mengerikan ketika melihatku, dengan segera ku tundukkan lagi pandanganku.
"Xiaojun, perkenalkan mereka calon mertuamu" ucap bunda yang berhasil membuatku terbelalak
"Ha? Apa bunda bercanda?"
"Tidak, istriku tidak bercanda" kali ini ayah angkat bicara.
"Tapi ayah, aku belum siap. Aku masih ingin melanjutkan kuliahku"
"Dengar, aku tidak peduli mau kau masih kuliah atau tidak. Masih untung ada yang mau menerima mu dengan cacat mu itu. Kau tahu aku bukan? Aku tak suka penolakan" lagi-lagi ayah mengancam ku dengan berbisik. suara beratnya yang menggema ke telingaku, berhasil membuatku bergidik takut
"Tap-" tanpa mereka sadari tangan ayah sudah mencengkram kuat lenganku dari belakang saat ini. Membuatku sedikit meringis
"Kalian tenang saja, dia sudah setuju dengan perjodohan ini"
Apa-apaan ini, aku saja belum menyetujuinya.
"Baiklah kalau begitu seminggu lagi kalian akan bertunangan, untuk jadwal pernikahan nanti kita bicarakan lagi" kali ini lelaki dengan badan bongsor, aku rasa dia adalah kepala keluarganya.
Lidah patah bantah terbungkam, raga ku memasung tak bergeming. Dua orang laki-laki berjabat tangan tanda setuju, diriku seperti barang perjanjian. Hatiku menjerit, dengan sekuat tenaga menahan liquid agar tak tumpah ruah. tetap diam ketika satu keluarga itu pergi meninggalkan ruang tamu, menyisakan aku yang masih ragu terdiam.
"Ayah" ucapku pelan ketika ayah memasuki ruang tamu kembali. Ia hanya berdiri tanpa memandangku
"Aku tak mau, ku mohon" sambungku
Plakkk
Runtuh sudah pertahanan ku, air mata yang mati-matian aku tahan kini sudah lolos.
"Dasar tak tahu diri, masih untung aku mencarikan mu pasangan"
"Tapi aku bisa mencarinya sendiri"
"Siapa yang mau? Orang kaya mana yang mau bersamamu? Aku tak Sudi mempunyai menantu yang miskin"
"Aku tak memandang harta"
"Lalu kau mau membuatku malu begitu? Apa kata orang jika menantu ku dari kalangan orang yang tak berada"
"Kau turuti, atau kau pergi saja dari sini dan jangan kembali ataupun menganggap kami adalah keluarga mu"
Kali ini aku mengalah untuk kesekian kalinya, bunda tak membelaku, jangankan membela, mengusap hasil karya ayah yang terpampang nyata di pipi ku saja tidak.
Hanya bisa meringkuk dan menangis di kamar ku, bercerita pada lembaran kertas putih dengan air mata yang menghiasinya. Dengan tinta hitam tuliskan kisah ku hari ini.
__________________✿__________________
7 Maret 2021
Hari ini ayah menjodohkan ku, aku tidak mengenalnya. Sepertinya dia juga terpaksa menerima perjodohan ini, terlihat di raut wajahnya.Hari ini juga ayah menamparku, dan rasanya sangat sakit.
__________________✿__________________
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕻 𝖆 𝖎 𝖓༽ °ᴴᵉⁿˣⁱᵃᵒ° (End)
Romance[Complete] ✿ [Kepada raga yang tak bisa direngkuh. Temui aku, walau sebatas mimpi, Kan ku ceritakan betapa perihnya luka yang kau torehkan] ° ° ° ___________________✿__________________ bxb Boy x Boy Angst ___________________✿___________________