Saat ku tatap Payoda Hanya ada nestapa di sana, Lalu sang rinai jatuh membasahi bentala Menciptakan petrikor yang menyesakkan dada.
Lembayung senja mulai beringsut kelam, berganti dengan suramnya awan yang semakin menggelap, burung-burung berarakan menuju sarang untuk berlindung.
Hari semakin gelap, namun figur mu belum ku lihat sedari pagi tadi. Kau meninggalkan aku sendiri di dalam bangunan mega yang sekarang aku sebut 'Rumah'.
“Lebih baik aku menyiapkan makan malam” pikirku
Jika ia pulang nanti aku bisa menyajikan makan malam seperti seorang istri pada umumnya. Ya 'seorang istri'
“Tuan, biar saya saja yang menyajikan makan malam” ucap maid, sedikit ketakutan melihatku berada di dapur menyiapkan bahan makanan.
“Aku saja bi, lagi pula ini kewajiban ku bukan”
“Tapi tuan Hendery akan marah, dan juga tuan Xiaojun pasti lelah seharian kuliah” sahutnya.
Jika boleh jujur aku memang lelah, tapi itu bukan alasan untuk melaksanakan kewajiban.
“Hemm, Jika begitu kita lakukan bersama bagaimana bi?” tawar ku
“Tapi tuan...”
“Bi, ayolah”
“Baiklah tuan”
Di sebuah bar dengan asyiknya ia berfantasi. disorot lampu disco seantero pesta, berkawan dengan seteguk wine yang ia genggam.
Mengabaikan waktu yang mulai menembus tengah malam, dentuman musik semakin mengeras membuat para pendusta kegirangan dibawah sorot lampu disco.
“Hey kenapa kau masih disini? Pulang lah”
“Kau mengusirku?”
“Bukan begitu Der, Xiaojun mungkin sedang menunggumu”
“Diamlah, kau membuatku pusing” ucapnya, membawa seteguk wine.
“Ohh ayolah, Setidaknya tunjukkan tanggung jawabmu sebagai kepala keluarga saat ini”
“Ck..kau ini kenapa? Seharusnya kau berada di pihak ku. Jika begitu kau saja yang menemui dia aku tak sudi”
“Dengarkan aku, jangan menyia-nyiakan seseorang yang telah masuk dalam kehidupan mu, bisa saja memang dia yang terbaik untukmu”
“Ha? Si tuli itu? Tidak..tidak”
“Tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan dirimu ingatlah itu” Ucap lucas, berlalu meninggalkan sahabatnya yang bergelimang ego.
“Ck. Sahabat macam apa kau ini”
Mengedarkan matanya pada para jalang yang mengantri untuk di mangsa tuannya.
Melenggak-lenggok dengan centilnya menggoda para pendusta yang mulai bergairah dengan nafsu.
“heyy bung, pakai matamu jika berjalan”
“Kenapa? Kau menantangku?”
“Dasar bocah ingusan”
BUGH
Atensinya mengarah pada sudut meja yang mulai ramai, dengan suara gemuruh berkerumun.
Seorang namja manis sedang berkelahi dengan seseorang, tersungkur dan meringis.
“Hey..hey.. berhenti, jangan buat keributan disini.”
“Cuih dasar jalang” Ucapnya berlalu pergi.
“Kau tak apa?”
“Eghh, tak apa. terima kasih” mendongakkan pandangannya, menatap seseorang yang menolongnya
“Hendery hyung?” Sambungnya
Disinilah Xiaojun, menonton TV. Tidak..tidak.. bukan dia yang menonton, tapi Telivisilah yang menonton Xiaojun, yang tertidur pulas di sofa.
BRAKKK..BRAKKK..
Membuat Xiaojun berjingkat, ketika pintu digedor dengan paksa. Langkahnya memburu membuka daun pintu.
“Hendery, kau sudah pulang?”
“Apa sekarang kau juga buta? Apa tidak ada topik yang lain?”
“Maaf, apa kau lapar? Aku akan memanaskan makan malam jika begitu”
“Tidak perlu, aku sudah 'makan' ”
“Jika begitu aku akan menyiapkan air hangat untuk kau mandi”
“Terserah” Sahutnya berlalu
Bau alkohol menelusup di hidung Bangir Xiaojun. Tidak, ini bukan hanya bau alkohol dan parfum Hendery, ada bau lain yang bercampur.
Menggelengkan kepalanya, mengusir ketidakpastian yang mengganggunya.
“Apa kau bermain dibelakang ku, Der?”
Seperti fajar, ia takkan pernah berdusta pada bantala yang menantinya datang.
Bersorak pada kesunyian, menari pada kesepian, membawa vitalitas menembus awang-awang.
Sebuah kesunyian yang tak berujung, namun terus berakar. Selamat pagi dunia yang penuh dengan enigma.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝕻 𝖆 𝖎 𝖓༽ °ᴴᵉⁿˣⁱᵃᵒ° (End)
Romance[Complete] ✿ [Kepada raga yang tak bisa direngkuh. Temui aku, walau sebatas mimpi, Kan ku ceritakan betapa perihnya luka yang kau torehkan] ° ° ° ___________________✿__________________ bxb Boy x Boy Angst ___________________✿___________________