"Setelah ini ikut aku memeriksa restoran." Satu bulan yang lalu restoran mereka baru saja mengangkat kepala dapur yang baru. Kepala dapur yang lama mengundurkan diri karena masalah kesehatan dan usianya yang sudah lanjut. Penggantinya adalah seseorang pemuda bernama Qian, meskipun masih muda dan usianya baru menginjak seperempat abat. Tetapi Hayara percaya dengan kemampuan orang itu. Qian cukup berkompeten dan lagi, dia juga berpendidikan tinggi dalam bidangnya. Jadi tidak ada keraguan untuk memilihnya.
"Baik, bos." Mina masih terus melakukan pekerjaannya ketika menjawab.
Setelah Mina selesai, mereka segera pergi. Ketika keluar dari ruangannya, suasana tak nyaman langsung menyapa. Kantornya berada di bagain paling depan hotel. Di mana banyak orang berlalu lalang. Hayara merasa tatapan orang-orang terarah padanya. Ada keanehan yang terpancar melalui mata mereka. Sesuatu mengatakan jika itu artinya mereka sedang membicarakanmu.
Suasana di dapur sangat ricuh. Beberapa staf dapur dan pelayan tengah membicarakan CEO hotel tempat mereka bekerja. Menggosip sudah menjadi kegiatan wajib di antara mereka, meskipun orang yang mereka bicarakan adalah bos mereka sendiri, mereka tidak peduli dan masih melakukannya. Seolah-olah jika mereka tidak melakukannya, hal buruk akan mucul atau mulut mereka akan membusuk.
Salah satu pelayan pria yang berada di dapur mengatakan, "Aku mendengar keributan dari ruangan bos. Aku pikir CEO hotel adalah anak yang tidak tahu balas budi, dia tidak mau membantu ayahnya. Padahal saat ini perusahan ayahnya sedang dalam kondisi yang buruk."
Orang lain menimpalinya, "Bukan kah dia memang selalu seperti itu. Ayahnya sudah beberapa kali meminta bantuan tetapi dia selalu menolak memberi bantuan."
Qian yang mendengar anak-anak lain membicarakan Hayara mulai tidak senang. Bagaimana mereka bisa membicarakan seseorang jika uang yang mereka gunakan untuk makan saja masih pemberian dari orang yang mereka bicarakan itu. Apakah mereka tidak takut jika Nona Li mendengar ini? Sebenarnya Qian juga mengetahui masalah Hayara yang menolak membantu ayahnya, tetapi dia yakin jika wanita itu pasti memiliki alasan lain melakukannya.
Seorang chef yang ikut dalam gerombolan orang-orang yang membicarakan Hayara menyaut, "Bagaimana mungkin dia bisa melakukannya, itu adalah ayahnya. Dia juga sangat kaya, uangnya tidak akan habis begitu saja setelah membantu ayahnya." Orang-orang di sekelilingnya yang ikut bergosip mengangguk setuju.
Mereka terlihat tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Qian tidak bisa menahan lagi, jadi dia mencoba menasehati. "Apa yang kalian bicarakan, kembalilah bekerja. Kalian tidak ingin dipecat karena Nona Li mendengar kalian berbicara buruk tentangnya bukan?"
"Ekhem ...." Mina dengan sengaja berdeham sangat keras agar orang-orang itu mendengarnya. Dan benar saja caranya berhasil, mereka langsung melihat ke tempatnya berdiri. Sebenarnya dia tidak melakukannya agar mereka melihatnya tetapi agar melihat orang yang di sampingnya.
Qian terkejut mendapati bos mereka berada di sana. Jarak mereka tidak terlalu jauh dan suara mereka masih akan terdengar di antara kebisingan peralatan dapur. Para staf dan pelayan yang bergosip tadi seketika menegang. Tidak menyangka jika mereka akan ketahuan dan tertangkap basah, sangat basah dan kuyup. Jadi dengan cepat mereka beralih kembali pada pekerjaan masing-masing dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
Qian berjalan dengan tergesa-gesa menghampiri orang yang dia panggil Nona Li itu. Hayara masih berdiri di depan pintu dapur. Wajahnya sangat tenang. Orang-orang tidak akan bisa menebak apa yang dia pikirkan. Namun, di bawah sana tangannya mengepal kuat memperlihatkan buku-buku tangannya yang memutih karena di tekan.
Berdiri di depan Hayara, Qian memasang senyuman khasnya. Matanya yang terang membentuk lengkungan, dia adalah pria yang tampan dengan wajahnya yang bisa meluluhkan para wanita. Meskipun dengan seragam yang dipakainya, dia memakai chef jacket lengkap dengan atributnya serta apron, itu tidak mengurangi, justru semakin menambah ketampananya.
"Nona Li, apakah anda memerlukan sesuatu? Atau adakah yang bisa aku bantu?" Sebagai executive chef, adalah tugasnya untuk menangani masalah dapur.
Hayara tersenyum, senyum itu terlihat tulus. "Ah, tidak ada. Aku hanya ingin bertanya, bagaimana pekerjaanmu setelah menjadi executive chef selama satu bulan ini?"
Untuk beberapa detik, Qian terkejut dengan wanita di depannya, dia sungguh kagum. Bagaimana mungkin wanita itu masih bisa tersenyum setelah semuanya, keributan di kantornya dan sekarang adalah dijadikan bahan pembicaraan oleh pekerjanya sendiri. Orang di depannya benar-benar wanita yang kuat.
"Pekerjaanku memang cukup sulit, Nona Li, tetapi aku akan berusaha, jadi kamu tidak perlu khawatir. Begitupun dengan anak-anak yang lain, mereka bekerja dengan sangat keras. Sepertinya aku harus memberi mereka apresiasi yang cukup."
Ada rasa puas di bagian lain dalam dirinya ketika Hayara mendengar jawaban Qian. Sangat senang mengetahui semua pekerjanya bekerja dengan baik. Jika hal ini terus di kerjakan, bukan tidak mungkin pengunjung akan merasa senang dengan pelayanan hotelnya. Bisnisnya akan semakin berkembang.
Jadi setelah mengucapkan terimakasih menambahkan beberapa kata penyemangat, Hayara berniat kembali ke ruangannya. Namun, sebelum itu, dia melihat salah satu orang yang membicarakannya tadi. Orang itu sedang memotong sayuran, tetapi terlihat sekali dia tidak fokus karena dari caranya memotong dan potongan yang dihasilkan, itu sangat lah berantakkan. Hayara tidak bisa menahan untuk tidak bicara. Jika dia diam saja itu bisa menambah kerugiannya. Sayuran itu benar-benar tidak layak digunakan. Juga orang itu terkesan tidak hati-hati, dia takut pasau yang digunakan bisa melukai tangan.
"Hei!"
Orang yang memotong sayur tadi menoleh dan tatapan mereka bertemu. Dengan perasaan takut akan tatapan tajam CEO hotel dia masih terus memotong sayuran. Jadi dengan hati-hati dia bertanya. "Ya, Nona Li?"
"Perbaiki caramu memotong, kamu hanya akan membuat kerugian jika masih seperti itu. Juga, hati-hati dengan pisaumu, jangan sampai kamu memotong tanganmu sendiri." Setelah mengatakan itu, Hayara benar-benar pergi dari dari dapur. Mina juga mengikutinya, tapi sebelumnya dia sempat menatap orang yang diajak bicara bosnya dengan tajam.
Orang itu, terkejut lalu merasa perih pada tangannya secara tiba-tiba. Melihat pada tangannya, dia segera menjatuhkan pisau yang digunakannya tadi. "Akhh!" Tangannya tak sengaja tergores dan menunggalkan bekas yang cukup dalam. Darah dengan cepat keluar dari sana dan mengalir sangat banyak. Qian dengan cepat menyuruh salah satu staf untuk membantu orang itu mengobatinya.
Setelah ini, staf dan pelayan yang lain malah semakin gempar membicarakan CEO hotel. Mereka menyebutnya sebagai si pahit lidah. Karena dari apa yang mereka lihat, ucapan Hayara langsung menjadi nyata.
Qian menggeleng pelan atas kelakuan mereka. "Cepat kembali bekerja!" Suaranya menjadi lebih keras dan tegas. Mereka dengan cepat mematuhi perintahnya karena kaget sekaligus takut.
.
.
.
.
.
.
Pojok Cerita
Penulis: "Beberapa orang memang suka membicarakan orang lain dan mengambil kesimpulan dari pandangannya sendiri."
Hayara: "Ya, aku tahu."
Penulis: "Sabar saja, itu memang takdirmu."
Hayara: "Ini salahmu, kenapa kamu membuat takdirku menyedihkan seperti itu?" (Marah)
Penulis: "Kamu pikir orang-orang selalu hidup menyenangkan? Coba lihat saja Mina!"
Mina yang baru saja datang menghampiri mereka.
Mina: "Ya, Lihat aku bos! Bukan kah aku juga menyedihkan? Aku ini asisten CEO tapi yang aku kerjakan hanya membersihkan ruangan, membuat kopi dan menyiapkan makanan. Jadi sebenarnya aku ini asisten CEO atau asisten rumah tangga? Dan bla bla bla bla ..................." (Berbicara panjang lebar)
Penulis dan Hayara saling melihat. Kemudian mengangguk bersamaan. Detik berikutnya mereka berdiri dan berjalan menjauh.
Mina: "Hei, kenapa kalian meninggalkanku?"
=========
11032021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth: Terlahir Kembali Menjadi Seorang Superstar
Romance[Original Indonesia] Ini bukanlah pengalaman pertamanya, Hayara Li sudah berkali-kali menaiki pesawat, tetapi tidak sedikit pun terlintas dalam pikirannya dia akan mengalami kecelakaan. Pada ketinggian 35.000 kaki, pesawat yang ditumpanginya tiba-ti...