Chapter 05

1.8K 133 1
                                    

Taman di rumah sakit itu tidak terlalu ramai, tetapi juga tidak terlalu sepi. Beberapa pasien berjalan-jalan di sana. Beberapa juga duduk di deretan bangku yang ada di taman, bersama pasien yang lain atau ditemani keluarga. Di deret bangku terakhir paling pojok dari barisan, seorang wanita duduk sendirian di sana. Angin sore berhembus melewati dedaunan di pohon membuat beberapa helai daun terjatuh. Yina mengeratkan pakaiannya ketika hawa dingin yang dibawa angin mengenainya. Setelah berpikir lama dia kemudian mengambil ponsel dari dalam tasnya dan menekan nomor yang dituju.

Panggilan terhubung. Orang yang dia hubungi adalah sutradara dari drama yang sedang aktrisnya mainkan.

Ketika orang di seberang telepon mengangkat panggilan dan bertanya. "Ah, Manager bagaimana keadaannya?" Caranya berbicara benar-benar tidak enak untuk didengar.

Yina menghela napas sebelum menjawab. Melihat ke atas pohon di sampingnya, daunnya bergoyang-goyang. "Dia belum sadar. Dokter baru saja memeriksanya, dia tidak apa-apa hanya saja masih belum sadarkan diri." Dia masih bisa mendengar bagaimana orang-orang di balik telepon membicarakan aktrisnya. Dia menjadi sedikit marah dan tidak senang. "Aku akan menutup teleponnya." Yina menghela napas kembali setelah memutuskan panggilan. Dia berdiri dan merapikan pakaiannya juga memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Pergi membeli makanan untuk ia makan nanti malam sebelum benar-benar kembali ke bangsal.

Li HeiXu dikelilingi kegelapan untuk waktu yang lama sebelum dia melihat cahaya terang memancar dari suatu tempat di depannya. Ketika dia membuka matanya. Mata yang cantik dan cerah itu terlihat tetapi dengan cepat kembali menutup. Cahaya matahari sore yang terang merambat melalui jendela dan jatuh tepat mengenai wajahnya. Dengan tangannya dia mencoba menghalau. Setelah beberapa saat dan matanya berkedip beberapa kali, dia mulai terbiasa. Bangun dan duduk di tempat tidur, Hayara mengamati sekitarnya. Ruangan itu didominasi nuansa putih. Bau khas tempat itu menyeruak masuk ke hidungnya. Itu adalah bau obat. Hayara sadar, dirinya berada di rumah sakit. Dia masih hidup?

Hayara tidak pernah berharap masih banyak setelah kecelakaan pesawat yang menimpanya. Dia tahu kecil kemungkinan untuknya masih selamat. Tapi dia berada di rumah sakit sekarang, itu artinya dia selamat, dia masih hidup. Hayara sangat bersyukur dengan itu. Dia melihat tangannya, sedikit aneh, tangannya sama sekali tidak mengalami luka. Tapi dia sedikit merasa asing dengan bentuk tangannya, itu seperti bukan miliknya.

Melihat ke sebelah kiri, dia menemukan jendela dengan kaca yang cukup tebal yang mampu memantulkan bayangan. Dengan segera dia memutar tubuhnya dan melihat wajah yang asing di sana. Namun, wajah itu sangat cantik dan anggun. Begitu murni, tapi juga terlihat arogan di waktu yang bersamaan. Ketika dia berkedip, bayangan itu juga mengedipkan matanya. Kemudian ketika dia mengangkat tangan dan menyentuh wajah, bayangan di depan juga melakukan hal yang sama. Apakah ini sebuah ilusi optik?

Untuk saat ini dia merasa berada pada tekanan mental yang kuat. Otaknya secara tiba-tiba berhenti bekerja dan kosong. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihat, tapi itu terasa sangat nyata.

"Ini bukan tubuhku!" Dia berteriak dengan terkejut dan tanpa sadar bergerak ke belakang. Tepat pada tempatnya saat ini adalah di pinggiran ranjang sehingga keseimbangannya menjadi goyah. Dengan susah payah dia mencari sesuatu yang dapat digunakan sebagai pegangan tetapi tidak menemukannya dan membuatnya jatuh ke lantai dengan bunyi gedebuk yang keras.

Hayara meringis, merasa sakit pada bagian bokongnya yang menghantam lantai. Tiba-tiba pintu di dorong hingga terbuka dan memperlihatkan seorang perawat berpakaian putih. Orang itu terkejut ketika melihat keadaannya. Hayara ingin berteriak memanggilnya tetapi suaranya tertahan saat perawat itu dengan cepat menutup pintu, berbalik, dan berlari menjauh.

Setelah beberapa saat, perawat itu kembali bersama seorang dokter dan segera menghampirinya. Hayara masih duduk di lantai dengan kondisi yang mengenaskan, kedua tangannya mengepal lalu memukuli lantai dan mulutnya terus berteriak. Dokter dan perawat yang datang segera membantunya berdiri dan memaksanya kembali ke tempat tidur. Hayara masih belum berada dalam keadaan tenang mencoba melawan. Menendang ke setiap sudut yang dia bisa.

Yina baru saja kembali setelah membeli makanan. Dia berjalan sendirian di lorong rumah sakit yang sepi dan mulai gelap. Waktu baru berlalu beberapa menit tetapi langit dengan cepat berubah dan matahari mulai menghilang tenggelam di balik awan. Beberapa meter lagi dia sampai di bangsal tempat aktrisnya dirawat. Berjarak satu kamar bangsal rawat lagi dia akan sampai. Kemudian dia berhenti sebentar karena mendengar suara yang tidak asing di telinganya. Itu suara aktrisnya yang berteriak dari dalam bangsal. Dengan cepat dia berlari dan membuka pintu, saat itulah dia terkejut, aktrisnya sedang menggila.

"Dokter, ini bukan tubuhku! Ini bukan aku! Bukan aku!"

Dokter dan perawat di sana "........"

"Dokter, mengapa kamu diam saja? Aku bilang ini bukan tubuhku!" Hayara bahkan menarik pakaian dokter dan mencengkramnya kuat-kuat sambil mengguncangkannya.

Dokter itu tidak peduli dengan perkataan pasiennya, dia kemudian melihat perawat dan mata mereka bertemu, seperti kode, si perawat mengangguk, seakan mengerti dia langsung menyiapkan suntikan berisi obat penenang dan menyuntikkannya pada pasien. Tubuh Hayara melemas dan penglihatannya menjadi kabur sebelum dia pingsan. Dokter segera menangkap tubuhnya agar tidak terjatuh lalu membaringkannya di tempat tidur.

Yina tidak bisa menahan untuk tidak bertanya. "Dokter, apa yang terjadi padanya?" Dia terlihat khawatir pada setiap kata yang diucapkannya.

Dokter tersenyum dan menjawab, "Dia sadar dan aku rasa hanya terkejut dengan apa yang terjadi padanya jadi dia berteriak. Tenang saja, aku sudah memberinya obat penenang kemungkinan dia akan bangun dalam beberpa jam lagi."

Yina mengangguk dan membiarkan dokter serta perawat itu pergi. Saat ini dia sendirian di ruangan itu, kembali menunggu aktrisnya. Tubuh orang yang lebih muda darinya itu terbaring di tempat tidur dengan keadaan yang memprihatinkan. Wajah cerianya sekarang berubah pucat dan rambutnya berantakan. Dia lalu mendekat, mengelus surai yang lembut itu sambil menatanya agar tidak menutupi wajah. Dia menghela napas. Sekarang hanya dirinya yang berada di sisi anak itu, hanya dia yang selalu menemaninya, jadi apapun yang terjadi dia berjanji akan selalu bersamanya.

.

.

.

.

.

Tambahan:

Ketika Hayara terjatuh dan pintu bangsal rawat inapnya didorong terbuka.

Hayara: "........"

Perawat: "........" (Perawat itu berbalik dan pergi)

Hayara: "Perawat, tolong aku! Hei kenapa kamu malah pergi?!" (Terlihat menyedihkan)

.

.

.

Terimakasih sudah membaca ceritaku, memberikan vote dan komen, juga mengikuti akunku~~

==========
31032021

Rebirth: Terlahir Kembali Menjadi Seorang SuperstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang