Sudah terhitung tiga minggu penuh Hayara melakukan aktivitasnya sebagai pemilik baru tubuh yang dihuninya. Sedikit banyak dia mengetahui tentang kehidupan sang aktris. Membutuhkan waktu lama untuknya agar benar-benar bisa menerima kenyataan. Terkadang Hayara masih merasa kesal, marah, dan akan menangis setiap malam sebelum tidur karena mengingat masalalunya. Hayara mulai sering merindukan ibunya. Terlebih lagi dia sudah tidak memiliki foto ibunya. Dulu, foto ibunya itu selalu dia letakan di meja kantor, masih dalam keadaan kaca figura yang pecah karena Hayara belum memperbaikinya. Namun, sekarang dia tidak bisa memperbaikinya, tidak bisa menyentuhnya, bahkan tidak bisa melihatnya lagi.
Hotel itu telah diambil alih oleh ayahnya. Hayara tidak bisa memikirkan apa yang akan ayahnya lakukan pada foto ibunya, mungkin sekarang dia sudah membuangnya. Hayara sangat yakin akan isi pikirannya, dia tahu ayahnya tidak pernah menyukai ibunya jadi itu hal yang wajar dilakukan seorang pembenci terhadap objeknya.
Satu-satunya yang tersisa milik ibunya sudah tidak ada lagi. Sebenarnya masih ada, malah mungkin sangat banyak. Hanya saja semuanya berada di China, dijaga dengan baik oleh dua orang yang sama-sama menyayangi ibunya yaitu kakek dan juga neneknya. Hayara tidak bisa begitu saja datang dan meminta barang-barang ibunya pada mereka. Jika dia memaksa melakukannya, dia bukan hanya akan dianggap gila tapi juga mungkin akan dituduh merampok.
Hayara membuang napas, dia sudah lelah berpikir selama beberapa hari ini. Sekarang aku sadar jika tidak ada gunanya mengingat masalalu yang terlalu banyak mengandung kepahitan. Bu, meskipun aku tidak memiliki lagi fotomu, itu tidak akan menjadi masalah. Selagi aku masih mengingatmu maka kamu tidak perlu khawatir karena aku tidak akan pernah melupakanmu.
Pada akhirnya, alih-alih menempatkan dirinya dalam keterpurukan, perasaan depresi yang mungkin akan membuatnya gila. Hayara memutuskan memilih jalan yang sebaliknya, menerima dengan senang hati kehidupan barunya.
"Aku tidak pernah tahu mengapa takdir memberiku kesempatan kedua." Hayara berhenti sebentar. "Biasanya di dalam novel mereka mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki kehidupan mereka yang baru atau menyelesaikan masalah mereka yang belum selesai saat mereka hidup."
Hayara berpikir sebentar. "Tidak ada masalah dengan kehidupan lamaku. Itu terlalu hancur untuk diperbaiki. Meskipun aku menambahkan gula rasa pahitnya masih akan membekas. Di kehidupan ini, satu-satunya masalah pemilik asli tubuh ini adalah dia hanya menjadi aktris biasa. Dia hanya menjadi seorang pemeran pendukung." Hayara tersenyum miris. "Sekarang aku mengerti ... sepertinya aku hidup kembali untuk membawa nama Hayara dikenal banyak orang sebagai seorang aktris terkenal, seorang superstar, atau mungkin sebagai seorang ratu drama."
Hayara membuka pintu lemari dan memilih pakaian. Beberapa hari ini dia memiliki jadwal syuting di sore hari, pada pagi hingga siang hari jadwalnya kosong dan dia akan menjadi bosan tanpa melakukan apa-apa. Jadi untuk mengatasi rasa bosannya, kali ini Hayara akan pergi jalan-jalan. Isi lemarinya penuh dengan pakaian-pakaian yang identik sekali dengan anak-anak muda. Hayara memilih pakaian yang dirasa nyaman dan memakainya.
Bergaya di depan cermin dan melihat penampilannya yang yang sekarang, Hayara cukup puas. Dulu, setelah lulus dari universitas Hayara tidak pernah lagi bebas memakai pakaian santai. Dia akan bersembunyi di balik pakaian formal yang kaku dan rapi setiap hari ketika membantu pekerjaan kakeknya. "Ternyata seleraku cukup bagus bahkan setelah beberapa tahun aku tidak pernah memakai pakaian seperti ini, aku masih bisa memilih pakaian dengan baik."
Lihat bu, anakmu ini menjadi muda kembali. Sekarang dia sangat cantik.
"Baik, sudah cukup bercerminnya. Sekarang mari kita pergi jalan-jalan dan memanjakan diri." Hayara tidak pernah tahu jika berbicara dengan diri sendiri ternyata bisa sangat menyenangkan. Dia berjalan menuju pintu, meraih gagang pintu dan membukanya.
Manager Yina berada di ruang TV sedang menonton. Dia mendengar suara pintu tertutup lalu menoleh. Begitu Yina menoleh ke asal suara, dia melihat Hayara. "Kamu akan pergi?" Yina bertanya dengan penasaran.
Hayara mengangguk pelan. "Ya, aku pikir sesekali perlu memanjakan diriku dengan kehidupan luar."
Manager Yina terkejut. "Perlu aku mengantarmu?"
Hayara menggeleng, berjalan mendekat. "Tidak perlu, aku akan pergi sendiri."
Manager Yina, "Lalu kamu akan menyetir sendiri? Kamu tidak bisa menyetir, jika kamu memaksa sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi."
Hayara mengernyit, apa maksudnya itu? "Tenang saja aku akan jalan kaki."
Kening Manager Yina mengkerut mendengar penjelasan Hayara. "Jalan kaki?" Secara alami otaknya penuh dengan pertanyaan yang siap dia lontarkan.
Hayara, "Iya." Suaranya terdengar begitu yakin.
Manager Yina terkejut dan hampir saja menjatuhkan remot TV yang dia pegang. Dia bilang apa barusan? Si manja ini akan jalan kaki? Dia melihat Hayara dari atas ke bawah. Mengamatinya dengan teliti. "Tapi di luar begitu panas, apa kamu yakin?" Yina bertanya lagi untuk memastikan.
"Ya, aku sangat yakin." Hayara bahkan sudah mulai bosan untuk menjawab. Oh, ayolah, ini bukan pertama kalinya tubuh ini ingin pergi jalan-jalan, bukan? Apa dia seorang hikikomori sebelumnya?
Manager Yina membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu lagi. Melihat itu Hayara tidak tahan untuk tidak menyela. "Kakak, sebenarnya ada apa denganmu, kenapa kamu begitu banyak bertanya?"
"Aku hanya khawatir padamu." Manager Yina menghela napas setelah menjawab.
Hayara terkejut mengulangi kata khawatir dengan nada bertanya. "Khawatir? Apa yang kamu khawatirkan? Aku ini hanya ingin pergi jalan-jalan sebentar bukannya mau menjadi sukarelawan perang."
Manager Yina menyipitkan mata seolah tidak percaya, melalui ujung matanya yang runcing dia melihat ke arah Hayara, "Aku hanya tidak yakin kamu ingin pergi. Apa amnesiamu itu juga merubah kebiasaanmu?" Hayara mengerutkan kening tetapi masih mendengarkan. "Dulu kamu tidak suka pergi sendirian, tidak mau pergi jika tidak naik mobil dan kamu tidak suka panas. Tapi kata-katamu barusan terdengar sangat berbeda dengan kebiasaanmu."
Jadi, itu masalahnya? Hayara mendengus. " Kakak, bukankah itu bagus? Sekarang aku sudah berubah semakin dewasa."
Manager Yina kemudian berpikir. Tentu saja itu bagus, kamu sudah tidak merengek lagi sekarang, lalu apa yang aku khawatirkan. Usiamu bahkan sudah 21 tahun. Kamu benar sepertinya aku tidak perlu lagi khawatir tentangmu. "Kalau begitu pergilah, jangan lupa untuk membelikanku makanan sebelum pulang."
Hayara memutar mata. "Siapa di sini bosnya?"
"Tentu saja kamu." Yina menjawab dengan enteng.
Hayara melotot memperlihatkan matanya, menatap tajam Manager Yina. "Lalu kenapa kamu masih menyuruhku?"
Manager Yina tertawa, mematikan TV dan meletakkan remot ke atas meja lalu menyandarkan punggungnya. "Ayolah, aku sudah bekerja keras siang dan malam mengurusmu yang sperti bayi. Jadi tidak ada salahnya kamu menuruti permintaanku. Di mana balas budimu?"
.
.
.
Tambahan:
Ketika manager meminta makanan.
Managar Yina: "Pergilah, tapi bawakan aku makanan saat kamu pulang."
Hayara: "Siapa bosnya?"
Manager Yina: "Tentu saja kamu."
Hayara: "Lalu kenapa kamu masih menyuruhku?"
Manager Yina: "Aku telah bekerja keras, di mana balas budimu?"
Hayara: "Omong kosong, aku bahkan sudah menggajimu dengan setimpal jika kamu lupa!"
Manager Yina: "Sepertinya aku juga mengalami amnesia dan lupa." (Memasang wajah tanpa dosa)
.............
Pertimbangkan untuk memberikan vote jika kalian menyukai cerita ini.
Aku update lebih cepat karena lagi bahagia. Hari ini pengumuman kenaikan dan aku akhirnya naik kelas. (Rasanya mau teriak)
=========
18062021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth: Terlahir Kembali Menjadi Seorang Superstar
Romance[Original Indonesia] Ini bukanlah pengalaman pertamanya, Hayara Li sudah berkali-kali menaiki pesawat, tetapi tidak sedikit pun terlintas dalam pikirannya dia akan mengalami kecelakaan. Pada ketinggian 35.000 kaki, pesawat yang ditumpanginya tiba-ti...