Chapter 45

239 15 2
                                    

Di malam hari, angin dingin menembus celah ventilasi di atas jendela, bergerak melewati semua benda yang dilaluinya. Ketika itu sampai ke kulit Hayara dan menerpanya. Dia menggigil dan mengangkat pundaknya cepat. "Shhh." Mulutnya mendesis menyalurkan rasa dinginnya. Setelah itu dia akan mengusap lengannya beberapa kali hingga rasa hangat tercipta di sana sebelum menaikkan selimut ke pundak. Sebelum dia melakukannya, lengannya yang terpapar udara dingin akan memiliki tekstur kasar dan membentuk bintik-bintik kecil yang banyak ketika bulu-bulu halus di atasnya berdiri. Keadaan itu tidak akan berlangsung lama dan itu juga tidak berbahaya, mereka akan menghilang setelah beberapa saat. Hanya saja akan kembali lagi jika tangannya terkena angin dingin lagi.

Dua jam yang lalu dia baru saja pulang dari lokasi syuting. Sebelum sampai di rumah rasa lelah menghantuinya, matanya terasa sangat berat dan enggan terbuka, tapi setibanya di rumah dia seperti seorang yang baru saja bangun tidur dalam keadaan segar. Matanya yang semula tidak bisa terbuka bahkan dengan paksaan kini menjadi sulit menutup. Hayara tidak bisa tidur dalam kondisi ini, bahkan jika dia memaksakannya itu hanya akan berakhir dengan dia yang menggelinding di atas tempat tidurnya dari sisi yang satu ke sisi lainnya.

Jadi, untuk mengisi waktunya hingga mengantuk kembali, dia memutuskan untuk menonton film. Ada salah satu saluran TV yang menayangkan film film bagus setiap jam sepuluh malam, terkadang mereka juga akan menayangkan kartun di sana. Zaman sekarang ini kartun tidak hanya menjadi tontonan anak-anak saja, tapi orang dewasa juga menontonnya. Banyak dari mereka yang mulai menonton kartun dan menganggap itu adalah wajar. Ini hanya sebagai bentuk hiburan.

Saat Hayara mulai mengikuti alur film, saat itu bertepatan dengan Renzi yang baru saja pulang. Dia baru saja tiba dengan wajah yang terlihat kusut. Hayara tahu adiknya ini merasa lelah setelah bekerja, jadi dia tidak akan mengeluh bahkan di saat adiknya pulang tanpa semangat hidup. Selama ini Renzi masih bekerja menjadi pelayan di kafe milik Qian.

Renzi melihat kakaknya duduk di sofa yang ada di ruang tengah menonton TV. Saat itulah dia ingin menghampirinya. Renzi melangkah pelan-pelan ke depan, barulah saat sampai di sofa tempat kakaknya duduk, dia berhenti. Sofa yang menjadi tempat Hayara duduk adalah sofa panjang. Ketika dia duduk di salah satu sisi maka sisi lainnya akan menjadi lenggang. Renzi duduk di sana.

"Kakak, film apa yang kamu tonton?" Renzi sudah memperhatikan layar TV selama dia berjalan. Meskipun tidak terlalu lama, itu cukup untuk memberi perintah pada otaknya guna memproses informasi tentang film tersebut. Dia tahu film apa itu, tapi mulutnya secara naluriah masih melempar pertanyaan. Dia merasa mendengar jawaban orang lain adalah hal yang berbeda dari menebaknya sendiri.

Pergerakan di sampingnya mengganggu konsentrasi Hayara pada layar. Mau tidak mau Hayara menoleh, memandang adiknya sebelum menjawab, "Sebuah film tentang keluarga."

'Sebuah film tentang keluarga' Renzi diam-diam mengulangi kalimat itu. Tiba-tiba ingatan masalalunya melintas, membuat beberapa kilasan adegan kecil kembali memutar di kepalanya, itu seperti kaset yang disetel ulang. Renzi merasakan bagian kecil dalam dirinya menariknya untuk tetap duduk di sana dan ikut menikmati film ini.

"Kamu baru saja pulang dan itu pasti melelahkan untukmu, tidak ingin istirahat?" Hayara melirik ke arah adiknya, melihat dengan ujung matanya sebentar sebelum kembali fokus ke depan.

Renzi tidak langsung menjawab, sebaliknya dia menggumamkan "Mmmm" selama beberapa detik sambil berpikir. Namun, selama dia memikirkan jawabannya, dia masih terus melihat ke layar TV. "Aku ingat selalu menonton film ini dulu denganmu." Entah kamu mengingatnya atau tidak aku tidak tahu. Kamu juga mengalami amnesia dan aku masih tidak tahu apakah kamu sudah mengingat masalalumu atau tidak, tapi aku tidak bisa melupakannya.

Film yang mereka tonton tergolong film lama, itu mungkin sudah ada sejak sepuluh tahun yang lalu. Saat mereka kecil kedua orang tua mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Hayara kecil dan adiknya memiliki masa kecil yang kurang bahagia. Mereka bahkan tidak memiliki kedekatan yang anak-anak lain rasakan dengan orang tua mereka, tapi meskipun begitu mereka cukup mengerti akan keadaan dan berusaha menerimanya.

Suatu hari saat mereka menonton televisi, salah satu salurannya menayangkan film ini.

Film ini cukup terkenal, sebenarnya ceritanya cukup sederhana, hanya sebuah kisah tentang kehidupan sebuah keluarga yang sederhana. Bahkan jika ada kisah romantis di dalamnya, itu sangat sederhana, itu hanya antara suami istri dari keluarga yang diceritakan di film. Dan selebihnya, itu akan dipenuhi kisah tentang ketiga anak-anak mereka. Saat itu film ini mendulang kesuksesan besar.

Setelah menontonnya, Renzi begitu menyukai film ini, itu karena cerita di dalamnya yang menceritakan tentang hubungan manis sebuah keluarga. Imajinasinya tentang keluarga mengembang dengan film ini, dengan ini dia seolah bisa merasakan bagaimana hangatnya ketika keluarga mereka berkumpul bersama, menghabiskan waktu bersama. Sejak saat itu mereka menjadi sering menontonnya hingga beberapa tahun berlalu mereka masih menyukainya. Namun, setelah mereka semakin dewasa, Renzi merasa jarak di antara keduanya mulai tercipta. Mereka tidak pernah lagi menonton film ini, terlebih setelah kedua orang tua mereka meninggal, kakaknya akan semakin sibuk dengan pekerjaannya.

Hari ini secara kebetulan salah satu saluran TV menayangkannya kembali. Secara kebetulan lagi kakaknya sedang menontonnya. Renzi merasa takdir sedang mencoba mendekatkan mereka kembali. Mengingatkannya akan masalalunya, dia merindukan saat-saat di mana dia dan kakaknya menghabiskan waktu bersama.

Renzi tidak mengerti dari mana dia bisa merasakan perasaan melankolis seperti ini. Perasaan melankolis yang aneh seperti ini, ini terlalu berlebihan untuknya. Sebagai seorang pria berusia 21 tahun dia sudah terlalu tua untuk ini. Memalukan mengingat dia dan usianya dengan pola pikirnya.

"Benarkah?" Cukup lama matanya terpaku pada layar TV sebelum akhirnya mengalihkannya dan memandang Renzi. Renzi tidak menjawab pertanyaannya, ketika Hayara menoleh dia tidak pernah menyangka akan melihat ini. Dia melihat wajah adiknya yang menjadi sendu. Jejak kesedihan mengalir di atasnya. Dia tidak mengerti mengapa ini terjadi, tapi setelah memikirkannya, ada satu kemungkinan yang paling signifikan. Mungkin dia merindukan masa masa di mana dia dulu bersama keluarganya.

Melihat Renzi yang memang tidak memiliki niat untuk menjawab pertanyaannya, Hayara kembali bicara. "Kamu mau pergi piknik?"

Kali ini Renzi meresponnya dengan sedikit terkejut. "Piknik?"

"Kita jarang menghabiskan waktu bersama, di hari libur nanti ayo kita pergi ke taman hiburan." Ketika Hayara mengatakannya wajah Renzi sedikit kembali mendapatkan nyawa. "Kita hanya akan pergi berdua, ini akan menjadi kencan saudara."

Renzi diam termangu selama beberapa saat, dia memikirkan sesuatu di dalam benaknya. Setelah beberapa detik dia berkata dengan suara rendah, "Tapi aku ingin megajak seseorang, aku ingin mengajak pacarku." Renzi memiliki ekspresi penuh harap, memandang wajah di depannya.

Hayara, "......."

Bilang saja kamu ingin pergi kencan dengan pacarmu tapi memintaku untuk membayar biayanya.

"Kakak, kamu bisa mengajak Bos Qian bersama."

.....................

Tambahan:

Saat Hayara kecil dan adiknya menonton film.

Tayangan film tentang adik yang penurut pada kakaknya.

Hayara kecil: "Lihat dia! Itu adalah apa yang seharusnya seorang adik lakukan."

Renzi kecil: "........" (Masih terus menonton)

Hayara kecil: "Lihatlah! Dia tidak membantah kakaknya. Kamu seharusnya seperti dia."

Renzi kecil: "........" 'Kamu ingin aku menjadi adik penurut atau pesusruhmu, hah? Terserah, aku berhenti jadi adikmu mulai sekarang.'

......................

Tiba-tiba aku teringat kakakku. Aku pikir ini benar, kakak selalu ingin adik yang penurut dan adik akan menganggap kakaknya ini memanfaatkan posisinya, menjadikannya seperti pesuruh. Tapi aku pikir ini bagus dibandingkan dengan interaksi yang minim di antara keduanya.

========
07012022

Terima kasih sudah membaca dan memberikan vote, juga memasukkan cerita ini ke daftar bacaan kalian.

Rebirth: Terlahir Kembali Menjadi Seorang SuperstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang