Segera, Manager Yina sadar, hal berikutnya yang dia lakukan adalah berlari menuju meja tempat televisi berada. Saat dia mengeceknya, kunci mobilnya sudah tidak ada.
"Aish, apa anak itu sungguh ingin membuat masalah?"
Manager Yina segera berlari keluar menyusul Hayara. Di luar sedikit ramai, ketika manager pergi ke luar dia bertemu beberapa orang. Saat mereka berpapasan, orang-orang itu berusaha menahan tawa mereka. Manager masih memakai kaosnya yang basah saat keluar. Dia cukup peka untuk memahami situasinya. Yina membalas tatapan mereka, matanya tajam dan dingin seolah menusuk tulang.
"Apa lihat-lihat?"
Mendengar itu, mereka dengan cepat mengalihkan perhatian. Sungguh menakutkan, batin mereka.
Salah satu prinsip yang Manager Yina terapkan adalah, jika kamu tidak ingin seseorang mempermalukanmu, maka kamu harus bersikap lebih berani dari mereka.
Manager kembali fokus pada Hayara, anak itu sudah memasuki lift. Yina tidak berpikir ulang untuk berlari mengejarnya. "Hayara!" Dia memanggil dengan suara keras, jarak mereka tidak terlalu jauh, mungkin sekitar dua belas meter, itu seharusnya bisa didengar oleh pihak lain, tetapi pihak lain tidak merespon. Manager Yina merasa dalam tekanan yang berat dan berteriak kembali. "Hei, nak tunggu aku!" Seharusnya wajar bagi Manager Yina untuk memanggil Hayara dengan sebutan "Nak" karena usia mereka yang terpaut cukup jauh. Tahun ini Yina memasuki usia 33 tahun. Dua belas tahun, itu seperti bibi dan keponakan.
Dia sudah berlari sekuat tenaga, tetapi entah kesialan atau nasib buruk apa yang menimpanya, dia ....
Terlambat!!
Bahkan sebelum dia sempat melewati setengah perjalanan pintu lift sudah menutup.
Dalam kepanikan Manager Yina berpiki cepat, dia memutar arah dan berlari menuju tangga. Niat awalnya adalah menunggu pintu lift terbuka di lantai bawah berikutnya, tetapi meski dia sudah bergerak cepat dan langsung menuju ke depan lift begitu sampai, dia masih saja tertinggal. Karena tidak punya pilihan lain, Manager Yina berlari melewati puluhan anak tangga untuk sampai di lantai bawah, ruang basement.
Karena berlari cukup jauh, Manager Yina juga memerlukan waktu untuk bernapas dan beristirahat walau hanya beberapa detik. Seharusnya dia mendapatkannya, tapi sayangnya bahkan sebelum dia sempat menarik napas, apa yang baru saja dia lihat justru membuatnya tidak bisa bernapas. Pengejarannya sia-sia, Hayara sudah pergi dengan mobilnya. Dia tidak mempermasalahkan kepergian Hayara, tapi mobil itu ... ingatkan dia untuk menelepon ambulans dan kantor polisi jika sesuatu yang buruk terjadi.
Tidak memerlukan waktu yang lama, bagi Hayara sampai di sekolah adiknya. Dia masuk melalui pintu gerbang dan berhenti di tempat parkir. Itu adalah tempat parkir murid yang membawa kendaraan pribadi mereka. Sekolah ini memang tidak terlalu ketat dalam peraturannya. Para murid bebas membawa kendaraan pribadi mereka dengan catatan itu bisa dipertanggung jawabkan secara personal, pihak sekolah tidak akan ikut campur. Tentu saja pihak sekolah tidak akan mengambil tindakan bila itu terjadi di luar wilayah. Itu adalah ketentuan tidak tertulis yang telah kedua belah pihak sepakati.
Biasanya gerbang akan ditutup lima belas menit setelah jam masuk dan akan dibuka lagi di jam setengah sembilan. Sekarang pukul sembilan yang berarti gerbang itu sudah dibuka kembali tiga puluh menit yang lalu.
Hayara tidak tahu persis di mana letak kantor kepala sekolah. Dia sudah berkeliling cukup lama tetapi masih belum bisa menemukannya. Saat ini jam pembelajaran masih berlangsung, jadi di luar kelas terlihat sepi, dia tidak bertemu siapa pun di sana.
Ada tangga menuju lantai dua di depan. "Apa itu mungkin berada di lantai dua?" Tiba-tiba pintu di depan Hayara terbuka menampilkan sosok pria dewasa berseragam pengajar ketika dia berjalan mendekat, sepertinya pria itu merupakan salah satu staf pengajar sekolah. Semuanya terjadi begitu cepat, menyebabkan keterkejutan di antara keduanya.
Guru itu lebih cepat kembali tenang, dia bertanya, "Apakah anda adalah salah satu wali murid?"
Hayara menatap guru tersebut, matanya penuh harap, dia tersenyum. "Ya, guru aku mencari ruangan kepala sekolah, bisakah guru membantuku menemukannya?"
"Tentu saja." Guru itu memiliki pridadi yang sopan dan sangat berbudi luhur. Dia tidak bisa menolak untuk membantu seseorang yang membutuhkan bantuannya. Akhirnya dia membawa Hayara ke ruang kepala sekolah. Dalam perjalanan, guru yang sopan akan mengajak pihak lain untuk mengobrol. Guru itu tahu jika yang di sampingnya ini adalah seorang pekerja di dunia hiburan.
"Apakah kamu dia? Aktris itu, anda yang bermain di drama 'Bintang Di Atas Awan' itu, kan?" Guru itu menunjukan antusiasme yang tinggi.
Hayara sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, dia tidak menyangka jika guru ini mengenalnya bahkan mengenal karakter yang dia mainkan. Setelah beberapa detik dia menjawab, "Ya, guru itu aku. Bagaimana kamu bisa tahu?"
Guru itu penuh semangat ketika dia menjelaskan. "Istriku melihat drama yang kamu bintangi, saat itu aku tidak sengaja melihatnya menangis dan saat aku tahu alasannya menangis, aku tidak bisa tidak diam-diam melirik dan ikut menonton. Dia menangis untuk nasib Dewi Sungai yang menyedihkan."
Hayara mendengarkan guru itu bercerita. Dia bahkan tidak memiliki keinginan untuk mencela.
"Tapi saat menjadi manusia, dia dekat dengan Raja Iblis. Itu sedikit lucu, pada awalnya mereka adalah musuh dan sekarang mereka menjadi teman." Guru itu tidak bisa menceritakan lebih jauh karena dramanya memang belum selesai ditayangkan jadi dia hanya bisa menyampaikan episode terakhir yang dia tonton.
Ketika guru selesai bercerita, itu di waktu yang sama saat mereka sampai di ruang kepala sekolah.
Guru tersenyum. "Nona, kita sudah sampai. Kamu bisa masuk, kepala sekolah selalu ada di dalam. Atau, perlukah aku mengantarmu masuk?" Dia menawarkan diri dengan sopan.
"Ah, guru tidak perlu melakukannya, aku akan masuk sendiri. Terimakasih atas bantuannya guru."
Guru itu kemudian pergi setelah menambahkan beberapa kata dan berpamitan pada Hayara.
Melihat ke depan, di hadapannya ini ada sebuah pintu setinggi dua meter dengan papan pelat di atasnya bertuliskan Kepala Sekolah. Pintu itu tidak ditutup dengan rapat sebaliknya itu sedikit terbuka. Kantor kepala sekolah terletak di dekat kantor guru, berada di gedung terpisah dari ruang kelas, tetapi masih berdekatan.
...................
Tambahan:
Guru: "Kamu adalah aktris itu, kan? Aku tahu, kamu menjadi karakter Dewi Sungai di sana."
Hayara: 'Kamu tahu aku?' (Terkejut)
Guru: "Saat itu istriku menonton drama yang kamu mainkan dan dia bla bla bla ...." (Bercerita panjang lebar)
Hayara: (Mendengarkan dengan patuh walau tidak berminat sama sekali)
..................
Ketika Manager mengejar Hayara.
Manager Yina: "Hayara!"
Hayara yang bersiap memasuki lift: 'Tidak dengar! Aku tidak dengar!'
=========
23072021Terimakasih sudah membaca.
Maaf jika masih ada typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rebirth: Terlahir Kembali Menjadi Seorang Superstar
Romance[Original Indonesia] Ini bukanlah pengalaman pertamanya, Hayara Li sudah berkali-kali menaiki pesawat, tetapi tidak sedikit pun terlintas dalam pikirannya dia akan mengalami kecelakaan. Pada ketinggian 35.000 kaki, pesawat yang ditumpanginya tiba-ti...