| 2

159K 16K 1.3K
                                    

Jangan lupa follow

@wattpadmahar_
@faridaptri_
P_mahar

Jgn lupa selipkan komen ditiap paragraf dan tekan bintangnya!

ENJOY!

Pagi harinya, Naya sudah terlihat segar dan bersiap untuk turun ke bawah. Liana bilang, akan menyampaikan sesuatu. Tanpa menunggu Darrel yang masih damai di dalam mimpi, Naya melengos pergi. Bisa-bisa, pipi Naya akan terus memerah melihat Darrel yang katanya memang tidak pernah memakai kaos saat tidur.

Naya bergedik sendiri membayangkannya. Ia menghampiri Liana, Edmod, dan Ara yang tengah sarapan.

"Pagi!" sapa Naya.

"Pagi Nay. Sini sarapan." ajak Edmod.

"Iya Pi."

"Loh Darrel mana Nay?" tanya Liana.

"Masih tidur Mi, Naya gak berani banguninnya."

Liana menghela napas kasar. Wajar sih Naya seperti itu.

"Oh ya, Mami sama Papi mau ngomong apa?" tanya Naya sambil menarik kursi.

"Papi-"

"Loh bang, mau kemana?" tanya Liana saat melihat Darrel sudah rapih dengan kaos putih dibalut dengan jaket levis, celana jeans hitam dan sepatu converse.

"Main." jawab Darrel singkat.

"Rel!"

Darrel mendengus dan mengurungkan niatnya untuk mengambil helm fullfacenya.

"Kenapa lagi sih Mi. Arel udah ditungguin sama yang lain."

"Ini masih pagi bang! jangan coba-coba bohong sama Mami. Cepat kemari, Mami mau bicara sama kalian berdua." titah Liana tegas.

Darrel mengumpat dalam hati, Maminya itu tau semuanya. Jangan-jangan, Maminya dukun.

"Pagi Rel." sapa Naya tak lupa dengan senyuman manis dibibirnya.

"Hm." Darrel bergumam dan mendudukan dirinya sedikit jauh dari Naya.

"Ya Allah bang, Mami capek lihatnya. Kamu bisa gak sih sifatnya dirubah. Naya perempuan loh bang, kalau kamu cuek gitu pasti dia bakal bosen."

"Allhamdulillah kalo gitu." ucap Darrel pelan.

Edmod terkekeh pelan dan segera menyelesaikan sarapannya. Ia berjalan ke kamarnya dan mengambil sesuatu. Ia menarik tangan putranya dan memberikan sesuatu itu pada Darrel.

"Apaan nih?"

"Kunci apartemen. Barang-barang kalian udah diangkut kesana. Sisa beberapa aja. Papi mau, kamu belajar mandiri. Dan jangan sakitin Naya."

Darrel membelalakkan matanya, apa-apaan ini? tinggal sekamar dengan Naya saja ia tidak mau, apalagi satu apartemen? Papinya gila.

"Nggak. Kasih dia aja. Kamar Arel masih bagus gak perlu sampai disuruh pindah ke apartemen." tolak Darrel.

"Rel, bisa gak sih kamu nurut sama ucapan Papi sama Mami?"

"Arel selalu nurut, kalau Arel gak nurut. Arek gak bakal terima perjodohan konyol kayak gini. Kurang puas?!" Darrel meneguk air minumnya dan melangkah pergi. Tak peduli teriakan Papinya yang menggelegar. Ia tak habis pikir, banyak mau sekali Papinya itu.

Liana mengusap lengan suaminya guna menenangkannya. Darrel dan suaminya itu sama-sama keras kepala jadi tidak heran keduanya tidak ada mau yang mengalah.

Darrel My Bad Husband [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang