26

5.8K 553 25
                                    

Jaehyun tak butuh waktu lama untuk sampai di kediaman Choi, ia langsung menuju ke ruangan bawah, dimana semuanya berkumpul, Daniel tadi yg membawanya kemari, ketika ia baru sampai dan turun dari mobilnya.

"Hai sayang?" Sapanya ketika mendapati taeyong berdiri tegak dengan tangan kanan mengusap dagu dan tangan kiri bersedekap di perutnya, ia menoleh melihat jaehyun datang.

Senyumnya mengembang, ia menunjuk keempat orang dihadapan mereka dengan senang "lihat!! Aku sudah dapat semuanya, mainan kita" ucapnya tersenyum sumringah hingga membuat Naeun bersedih, ia malu berada dalam keadaan seperti ini, tak hanya dia, ketiga orang keluarganya juga sama, dalam keadaan telanjang dengan tangan dan kaki terikat di kursi.


"Lepaskan aku bajingan!!" Kesalnya memaki taeyong, ia melayangkan tatapan bengis dan siap membunuh, jika saja tangannya tidak diikat ia pasti sudah memukul pria yg sialnya manis itu dengan kursi ini.


Taeyong menggedikkan bahu ketika ia terpanggil, dengan nakalnya ia memeletkan lidahnya ke arah Naeun "aku sudah menghubungi appa dan Chanyeol Hyung, katanya aku bebas melakukan apapun dengan mereka" tambahnya lagi membuat jaehyun mengangguk.


Jaehyun menatap satu persatu orang disana, lalu pandangannya jatuh pada adik Naeun "dia sudah mati?" Tanya nya ketika pria muda itu hanya menunduk dengan ceceran darah dari lengan kanannya, terus keluar sampai lantai pun penuh dengan noda darah.


Taeyong menggeleng, ia mendekat dan melayangkan satu tendangan kuat hingga lelaki itu kembali tersadar dan mengumpat, ia meludahkan darah dan 2 buah giginya, sial tendangan taeyong rasanya sangat sakit.


"Lihat? Dia belum mati, tidak ku ijinkan sampai aku selesai bermain-main"


Jaehyun berjalan dan berdiri tepat didepan ayah Naeun "paman, aku tidak menyangka, ternyata selama ini kau menipuku, bagaimana bisa aku terperdaya hingga kalian bisa memeras uangku sampai-sampai kau bisa membiayai kuliah Naeun dan putramu dengan kampus terbaik"


Tangannya terulur mencengkram dagu pria tua itu "nak jaehyun, maafkan aku, aku janji aku akan bertanggung jawab, aku akan mengembalikan semuanya, aku bersumpah, kumohon lepaskan keluargaku" mohonnya dengan tatapan penuh belas kasih.


Tawa jaehyun terdengar menggelegar sampai taeyong yg sedang bermain -mencabuti rambut adik naeun- satu persatu jadi menatapnya aneh, ada apa dengan pria Jung itu.

"Kau tau paman? Karnamu, perusahaanku mengalami penurunan saham yg sangat tinggi, kami sampai tergeser dari posisi pertama, kau pikir mudah mendirikan dan menjaga sebuah perusahaan?"


Dughh


Jaehyun melayangkan satu pukulan keras hingga tuan Lee merasakan rahangnya serasa bergeser karna kuatnya pukulan jaehyun, tidak separah anaknya sih tapi tetap saja ia merasa bibirnya sedikit robek.


"Nak jaehyun... Jangan bunuh kami"


Pria Jung itu menoleh ke samping tuan Lee, nyonya Lee juga ada disana, menangis sesenggukan dengan air mata yg terus turun "oh bibi, maafkan aku, aku melukai suamimu" ujarnya seolah menyesal padahal tidak sama sekali.


Taeyong terkekeh, ia duduk dihadapan keempat orang yg ia Sandara dan memperhatikan perlakuan jaehyun pada mereka, ini menarik.


Nyonya Lee menahan nafasnya saat jaehyun menarik pisau lipat dari dalam saku jasnya, menggoreskannya ke pipi si nyonya paruh baya itu, Naeun menjerit melihatnya, tidak sanggup melihat ibunya disakiti.

"K-kenapa kau begini jaehyun!! Kenapa?! Dia ibuku!! Kau mencintaiku kan jae? Jangan lakukan, kumohon"

Taeyong berdecak, kakinya menekan sebuah tombol yg dekat dengan pojok kursi miliknya, hal itu membuat keempat orang itu langsung menegang dengan bola mata menatap ke atas, tersetrum oleh sengatan yg ada di kursi mereka.


"Kalau kau jawab kau mencintainya, penismu kupotong"


Jaehyun yg mendengarnya lantas berbalik dengan wajah kesal "sayang ayolah, yg benar saja, hentikan itu aku belum selesai bermain-main, lagipula dihatiku hanya ada Jung taeyong seorang" ucapan jaehyun membuat taeyong menghentikan aksinya, untung ke empat orang itu belum sempat mati, hanya saja tubuh mereka sedikit bergetar-getar akhibat setruman yg cukup lama itu.


"Mari kita tegaskan sekali lagi, aku hanya mencintai pria yg dibelakang itu, pria manis yg sedang menatap kita dengan tatapan tajam" sindir jaehyun tanpa melihat kekasihnya dibelakang, walaupun memang benar taeyong menatap tajam ke arah mereka.


"Naeun ayolah, aku gay"

Gadis itu hampir tersedak ludahnya sendiri, yg benar saja ia tidak mau berakhir disini, cara apalagi yg harus ia lakukan agar ia bisa bebas.


"Sayang, ayo lakukan bersama? 4 pasang bola mata, 4 pasang ginjal, 4 jantung, dan masih terlalu banyak, oh kita bisa menjualnya, kau mau?" Tawar jaehyun pada taeyong diangguki dengan pasti oleh di manis

Ia berdiri dari duduknya dan mengambil sebilah pisau dari tangan Daniel, sebelum memulainya ia menembak ayah Naeun berkali-kali hingga otaknya berceceran kemana-mana, mengerikan setelahnya ia langsung menusuknya dan mengambil jantungnya.

"Balasan karna kau menyentuh seulgi nuna"


Teriakan Naeun dan sang ibu tak terelakan, jaehyun yg kesal langsung menampar keduanya bergantian, keras sekali "diam sialan!"

Pria jung itu mendekat ke arah adik Naeun "kau bagianku" ujarnya dengan senyum psikopat melayangkan satu sabitan pisau ke arah pelipis hingga rahang, kanan kiri.

Tangan satunya menarik pistol dari tangan wonho dan menembak nyonya Lee "dia cukup diam, jadi biarkan seperti itu sayang, lanjutkan dengan gadis bodoh itu"


"Akkhhh!!"


Teriakan adik Naeun menggelegar saat jaehyun menusuk pisau di lututnya, ia tekan dengan sangat dalam sampai menembus kursi lalu ia tarik kebawah sampai ke kakinya. Jeritannya semakin keras.


"Akhhh bajingan!! Bunuh saja aku akhhh"


"Terlalu mudah untukmu, kau harus menderita dulu" jaehyun mencabik-cabik tubuhnya dengan pisaunya, darah segar terus mengalir bahkan mengotori jas yg ia kenakan, ia tidak perduli, ia selalu teringat masa 4 tahunnya tanpa taeyong dan itu mengerikan semuanya karna bajingan ini.


"Ehh?? Sudah mati?" Tanyanya entah pada siapa, mungkin pada mayat dihadapannya ini, jaehyun menghela nafasnya, mengusap darah di jasnya dengan asal sebelum menusukkan tusukan terakhir di leher pria itu.


Ia menengok ke samping, melihat taeyong yg masih -memotong rambut Naeun- hingga rambutnya habis, hanya tersisa beberapa cm dan itu sangat acak-acak an

"Wow kau cocok menjadi tukang potong rambut sayang, model yg bagus" acungan jempol taeyong dapatkan dari kekasih bongsornya itu, taeyong terkekeh dan melanjutkan acara main-mainnya.


Dengan tidak sabaran, taeyong melakukan hal yg sama dengan jaehyun, ia tertarik karna sempat melihat cara bermain pria itu, mengerikan tapi ia tidak perduli, ini semua balasan karna mengganggunya dan juga keluarganya.


"Sudah mati?" Tanya jaehyun sambil mengusap rambut taeyong, pria mungil itu mengangguk kecewa, padahal ia masih mau main-main.


"Ini, tolong urus sisanya, seperti apa yg diucapkan jaehyun, ambil organ tubuhnya dan jual" taeyong memberikan pisaunya ke Daniel begitupun jaehyun, keduanya melangkah keluar ruangan itu.


"Bau-bau penghianatan dimana-mana" ujar jaehyun sambil menciumi jasnya, banyak sekali noda darah, sama dengan milik taeyong, tanpa berlama-lama, ia langsung menarik taeyong ke lantai atas, kamar di mungil.

"Hey hey mau kemana?"

Jaehyun menengok sebentar kebelakang "mandi bersama"

To be continued~

Revenge of the Angel ( WJF Season2 ) [ Jaeyong ] (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang