Luna

191 30 13
                                    

Selamat datang di cerita aku! Semoga kalian suka ya.
Happy reading ❤
***

1-luna.

"Ini kenapa sih? Pada lari-lari,"

Seorang murid perempuan berseragamkan putih abu-abu itu keluar dari toilet dengan wajah dipenuhi tanda tanya. pasalnya semua murid di Sma Cendana tengah berlarian menuju ke depan pintu masuk gerbang utama sekolah mereka.

"Eh, lo, kenapa pada lari? Ada kebakaran?" cewek itu menarik lengan seorang adik kelas perempuan— memaksanya untuk berhenti melangkah.

Luna angelina stepany, siswi Sma Cendana yang mempunyai paras cantik, berambut hitam panjang lurus sepunggung, berkulit putih bersih dan termasuk dalam jajaran cewek charming di Sma Cendana dengan ke-lima sahabatnya yang lain.

"Sekolah kita di serang. kak,"  Jawab adik kelas bernama Lala itu dengan apa adanya.

Luna menaikkan satu alis "di serang? Siapa yang nyerang?"

"Kalau itu Lala gak tau," Jawab Lala
"Lala duluan ya kak," sambungnya dan berangsur pergi dari hadapan Luna.

"Eh, tunggu."

Akhirnya Luna memutuskan untuk berjalan dan bergabung bersama kerumunan. Ia dapat melihat situasi yang tengah terjadi sekarang ini, kacau. Dari tempatnya berdiri ia juga dapat melihat ke-lima sahabatnya juga ikut andil menonton aksi brutal antara sekolah mereka dengan sekolah lain.

Senyuman terbit di paras cantik Luna. Ia memilih untuk memisahkan diri dari kerumunan.

Ia tersenyum licik, "ini waktu yang tepat buat kembali bolos hari ini" Luna pun berjalan menuju belakang sekolah, tempat yang menjadi sejarah kenakalannya.

Siapa yang tak mengenal Luna angelina stepany, satu sekolah SMA cendana pun tahu, meski mempunyai paras cantik, dia adalah salah satu siswi yang gemar keluar–masuk ruang BK karna kebiasaan nya untuk kabur di jam-jam pelajaran.

Saat tiba di belakang sekolah, Luna langsung memulai aksi memanjatnya, tak butuh waktu lama ia sudah bisa mencapai puncak tembok. Namun, ia membelalakkan mata tatapannya jatuh pada seorang pria yang sedang memperbaiki sabuk pinggang membelakangi nya. Hingga tak sadar ia kehilangan ke seimbangkan membuat tubuh nya jatuh menghantam punggung pria itu.

"Aurgggghhh" suara ringisan terdengar dari ke duanya.
Dengan sigap pria yang menjadi korban itu langsung menarik lengan Luna yang sempat akan melariakan diri membuat tubuh Luna terpantul kembali. Masih dalam posisi duduk, manik keduanya saling bertemu.

"Mau kemana lo? enak banget main nyelonong aja" tajam pria itu sambil menahan pergelangan Luna.

Luna menelan ludah, menggigit bibir bawahnya. tatapan pria itu terlihat sangat mengerikan memandang dirinya. Tapi tak bisa ia pungkiri, paras tampan bercampur percikan emosi itu membuat damage yang di punyai pria itu makin tampak jelas.

Luna tak bergeming, melihat Simbol yang tertera di baju sekolah yang dipakai pria itu terlihat berbeda dengan yang dimiliki nya. yah, itu adalah simbol sekolah SMA triabuna, musuh bubuyutan SMA cendana.

"Kenapa lo diem? budek lo?" Hardik pria itu membuat Luna hampir naik pitam

"Wey, wey, lari woy! Jangan sampe ke tangkep" teriakan itu terdengar jelas, para murid SMA triabuna yang tadi menyerang SMA cendana kabur berlarian menaiki motor ninja mereka, memberikan aba-aba pada anggota lain agar segera ikut melarikan diri

Pria itu tersadar, ia melepas tangan Luna dari genggamannya, lalu berdiri dan berlari menuju motor ninja-nya yang terparkir tak jauh dari posisinya sekarang, sedangkan Luna ikut mengekorinya.

"Ngapain lo ikut gue? Turun!" kata pria itu dingin mendapati Luna yang juga ikut duduk di kursi belakang motor ninjanya tanpa permisi

"Cepetan jalan!" Luna tak menghiraukan, dengan tampang tak berdosanya ia malah menepuk-nepuk punggung pundak pria itu—memberi kode agar ia segera menyalakan mesin motornya "ayo, jalan!"

"Wey, jangan kabur lo! Bangsat," seorang murid cowok dari SMA cendana berlari mendekat ke arah mereka berdua—siap untuk menerjang

Pria itu menoleh, detik berikutnya  ia langsung menekan gasan motor ninjanya mebawa dirinya bersama Luna melesat menjauh dari SMA cendana.

*****

Dekap LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang