Jan lupa spam komen and vote nya ya. Love you all❤
****
Berhentilah untuk berharap kepada sesuatu hanya bisa mematahkan harapmu— Luna Angelina stephany
Dekap Luka
6
Bel istirahat dimulai beberapa menit yang lalu. Romi, Adi, dan Angga memutuskan untuk menghabiskan sisa waktu dengan bersantai di rooftop sekolah. Ketiganya selalu suka dengan pemandangan yang di suguhkan dari atas sini. Terlebih lagi sinyal di atas rooftop lebih lancar membuat Adi makin gencar memiringkan handphone untuk mabar game kesayangannya.Angga meletakkan minuman botol di atas meja yang ada di sana "besok, lo berdua datang kerumah gue ya,"
"Ngapain?" tanya Romi.
"Nyunat kambing babe gue di kampung" Jawab Angga asal.
"gue serius pea'!"
Angga menyengir tak berdosa "lo berduakan udah lama ngga main ke rumah. katanya, Babe kangen kalian. Besok juga hari minggu kok. jadi, lo berdua harus dateng,"
Akhirnya Romi mengangguk paham. Ia kemudian beralih memetik gitar yang ada di pangkuannya hingga menimbulkan bunyi yang harmoni.
"Lo berdua tau ngga? Kalau bakso mbk siti itu lagi ada promo man," ucap Angga lagi dengan raut muka berbinar-binar. Jika itu tentang makanan makan Angga adalah rajanya.
"Otak lo makanan mulu. Ga," meski fokus dengan game di tangannya, Adi tetap memberi celah untuk mencibir sahabatnya itu.
"Dari pada lo, demennya nyakitin cewek!" balas Angga tak mau kalah, "Dasar buaya,"
"Ga, mulut lo bisa diem gak? Gue lagi mabar sama cewek cantik ni."
Angga bergidik ngeri, Mendengar tawa centil seorang cewek yang berasal dari teman mabar Adi membuat bulu kuduknya merinding. Adi mabar bareng mbk kunti kali ya? Pikirnya. "Dasar sadboy, pelampiasan kok sama virtual."
Merasa jengah, Adi meletakkan handphone-nya. Ia menatap sengit ke arah Angga "mulut lo, bacot mulu Ga! Jadi kalah kan gue."
"Yaelah, emang skill lo aja yang kentang," Angga mencibir membuat Adi semakin kesal karenanya "Kentang mah diem aja bang!" sambungnya seraya menepuk lengan Romi. "ya ngga Rom?"
Romi bergeming "apa?" tanyanya bingung. Sedari tadi ia tak menghiraukan percakapan kedua sahabatnya itu.
"Ni anak juga. badannya di mari, pikirannya di sono," Angga menunjuk kearah bangunan yang terletak tak jauh dari Sekolah mereka—SMA cendana "gini amat punya teman. Sadboy semua"
Sma triabuna itu terdiri dari 3 tingkat. Dikanan kirinya pun tidak terdapat bangunan atau gedung tinggi lainnya hingga dari atas rooftop pemandangan terlihat lebih leluasa. Bahkan, SMA cendana—tempat Luna sekolah dapat terlihat lebih jelas dari atas sini di banding di lihat dari lantai bawah.
"Gak juga" bantah Romi. ia memalingkan wajah menatap gitar miliknya.
"ngeles teros! Entar keduluan yang lain, baru tahu rasa lo."
Entah mengapa, mendengar pernyataan Angga membuat hati Romi sedikit tersentil. Ada ketidak relaan jika hal itu sampai terjadi. apakah ia mulai menyukai gadis itu? Tidak, tentu saja tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Luka
Teen FictionMeski dua iman setidaknya ku merasakan indahnya cinta dalam satu amin. **** Menjadi yang pertama mencintai itu memang butuh banyak nyali. Dan berani membangun cinta dalam perbedaan keyakinan itu lebih sulit lagi. Itulah yang dirasakan Luna. Berhas...