Semoga kalian bisa suka ceritanya ya, happy reading❤
****
2
"Astaga!" Luna memundurkan langkah kebelakang, kejadian ini sangat cepat mengundang banyak mata menatap ke arahnya. Sekilas Raka—orang yang mengoda Luna tadi— sudah terkapar di atas tanah lapangan bazar sambil berusaha untuk membetulkan posisi duduk.
Tatapan Luna beralih pada sosok pria berjaket hitam yang mendekat dan duduk jongkok di hadapan Raka, ternyata ia adalah orang yang menghadiahi Raka sebuah tonjokan keras tadi. meskipun terdengar samar, tapi Luna masih dapat mendengar jelas perkataan yang diucapkan cowok itu kepada Raka.
"Kalau lo, kesini cuma mau bikin rusuh, mendingan lo pergi. sebelum gue buat lo menyesal." Raka skakmat dibuatnya, ia terdiam sampai akhirnya teman-temannya datang menghampiri nya—membantu untuk berdiri.
setelah beberapa saat beradu pandang dengan pria berjaket hitam yang ada di hadapannya, Raka dan teman-temannya kemudian memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Dengan wajah yang terlihat merah padam karena menahan malu di hadapan banyak orang.
"Lo, gak apa-apakan?" Rona baru saja datang bersama Rio, "gue baru tahu kalau Leo udah pulang tadi. Dia baru saja hubungin gue. Dan saat kita nyusul lo kesini, ternyata lo lagi kena masalah," tampang khawatir serta bersalah sangat terlihat di wajah Rona, ia memegang kedua pundak Luna menenangkan.
"gue, minta maaf ya Lun! gue, bener-bener gak tau kalau kejadian nya bakal kek gini,"
"Iya, gak apa-apa!" balas Luna singkat. Tatapannya lurus kedepan, ia masih tak beralih menatap cowok berjaket hitam yang ada di hadapannya dengan heran. Siapa cowok itu? Sampai akhirnya, sebelum cowok itu pergi meninggalkan kerumunan, ia sempat melirik kearah Luna dengan tatapan yang terkesan dingin. Dari sini Luna dapat melihat dengan jelas wajah-nya. Tak asing, Itulah yang Luna rasakan Tatkala memperjelas tatapan nya kemabli.
"Cowok itu...!"
******
"Sumpah ya, Luna! kalau gue jadi lo, dah gue tonjok tu tadi kepalanya," seru Rona histeris "emang tu cowok siapa sih? gak berperi ke–perempuanan banget,"
"Emang, berani?" tanya Rio telak membuat Rona berpikir sejenak.
"Be-beranilah! Ya kali gue takut. Jadi nganggur dong otot besar gue,"
Rio terkekeh menertawakan pernyataan sang pacar sampai badan besarnya terguncang-guncang. "ini, ini yang kamu bilang besar?" tuturnya sambil mengangkat lengan kurus Rona,"ini mah semut juga gak mati kali. Ron!" tawanya semakin pecah, ia tak memperdulikan Rona yang sudah menatapnya dengan tajam.
Rona menepis tangan Rio dengan kasar dan menginjak kaki cowok itu dengn kuat hingga menimbulkan suara ringisan dari Rio "syukurin, jadi cowok kok hobinya ngehina pacar sendiri,"
"Ih, sakit tau. Dasar mak Lampir," balas Rio. Membuat Rona makin melotot mendengarnya.
"Kamu tuh yang butohijo. Badan besar gitu kok dipertahanin" balas Rona tak mau kalah.
Luna yang menjadi pendengarpun, hanya bisa tersenyum geli melihat kelakuan kedua pasangan itu. hobinya hanya ribut tiap hari. Tapi, hubungan mereka tetap saja langgeng. Ia, jadi tak mengerti bagaimana cara berpikir keduannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Luka
Teen FictionMeski dua iman setidaknya ku merasakan indahnya cinta dalam satu amin. **** Menjadi yang pertama mencintai itu memang butuh banyak nyali. Dan berani membangun cinta dalam perbedaan keyakinan itu lebih sulit lagi. Itulah yang dirasakan Luna. Berhas...