Siapkan hati sebelum membaca part ini. Semoga bisa baper berjamaah. Wkwkk.
Dan jangan lupa buat vote dan spam komennya.Happy reading.
****
Andai prolog dan ipolog hidup dapat aku terka, maka akan ku ramu ia sedemikian rupa, hingga membentuk akhir kisah yang bahagia.
Dekap Luka
13
Motor ninja Romi berhenti tepat di depan pagar besi dengan begron Rumah mewah yang terpampang jelas di dalamnya.
Luna turun seraya melepas helm dan menyodorkannya kepada Romi " Makasih ya, udah anterin gue sampe rumah," ucapnya tulus.Romi berdeham singkat dan mengambil helm yang Luna sodorkan. Sedikitpun cowok itu tak melirik kearah Luna. Ia terus saja fokus menatap ke depan, menerawang gelap dengan mata tajamnya.
Apakah ini hanya perasaan Luna atau memang kenyataan? Sekilas, mereka nampak seperti dua orang asing yang tak saling mengenal. Kecanggungan sangat kentara pada kondisi keduanya. Seakan ada tembok besar yang menghalangi interaksi mereka. Bahkan, sejak perjalanan pulang tadi keduanya saling diam hingga mengakibatkan hening di sepanjang perjalanan.
"Gue, cabut."
belum sempat Romi menekan gasan motornya, tangan Luna lebih dulu menarik lengan jaket cowok itu. membuat Romi mengurungkan niat untuk pergi. Romi menoleh kearah Luna untuk meminta kejelasan mengapa cewek itu menahan lengannya?
"gue, minta maaf ya soal tadi sore. Karena gue, lo jadi kena skors." ucap Luna. Ia memandang lekat manik coklat milik Romi "walaupun sebenarnya ini bukan sepenuhnya salah gue sih, tapi gue bakalan tetep minta maaf," Ia tersenyum kearah Romi. Dengan sedikit cengiran pada kalimat terakhir yang Ia ucapkan.
Romi mengangguk singkat, lantas melepaskan pelan tangan Luna yang masih tersangkut pada lengan kanannya "Fine."
Romi kembali menatap kearah depan. Ia menarik nafas dalam, memejamkan mata sebentar, seperti tengah menimang-nimang sesuatu yang ingin Ia utarakan. Hingga akhirnya helaan napas berat terdengar jelas dari cowok itu. Dan di detik berikutnya ia kembali menoleh pada Luna.
"Kenapa?" heran Luna.
"Gue bisa tanya sesuatu sama lo?"
Luna bergeming. Ia tak tau hal apa yang akan Romi tanyakan. Raut muka serius dan nada bicara yang dingin membuat Luna gugup dengan pertanyaan yang akan cowok itu lemparkan kepadanya. Jujur saja, ada harap yang Luna selipkan di tengah gugup yang melandanya. dan semoga saja itu adalah pertanyaan yang akan membuatnya bahagia.
"A-apa?"
"Lo tau cara menjauhkan?" Romi menjeda sebentar perkataannya "gue minta, dari sekarang lo ngga usah deketin gue lagi. Jauhin gue. Kita bukan teman, apalagi lebih dari itu"
Beberapa anak kata itu membuat jantung Luna seakan mencelos kebawah, serasa Ia berpindah tempat menuju lambung dan berakhir hancur. Senyum di wajahnya lenyap termakan kecewa. kalimat yang Romi ucapkan sama sekali tak mengandung pertanyaan, ia lebih pada sebuah ungkapan. Untuk kesekian kalinya, Romi meminta Luna untuk kembali menjauh dari dirinya.
"Gue harap, lo bisa ngertiin gue, Na."
Setelah mengucapkan itu, Romi langsung menekan gasan motornya dan membawanya menjauh dari hadapan Luna. Ia meninggalkan Luna sendiri membiarkan gadis itu merenungi setiap anak kalimat yang ucapkan tadi.
Akhirnya Luna tersadar Ia menatap punggung jakung yang mulai menghilang ditelan gelapnya malam. Mata gadis itu terasa memanas, ada gerombolan air yang bersembunyi di balik kelopak matanya. Malam ini, Luna merasa ia seakan menjadi wanita paling menyedihkan yang di muka bumi. Gadis itu memilih untuk menengadahkan wajah menatap hamparan bintang yang bertebaran diatas langit. Ia memejamkan mata dan membiarkan rintikan itu lolos membasahi pipinya. Untuk yang pertama kalinya, Luna mengizinkan air matanya jatuh hanya karna sebuah perasaan. Hingga akhirnya Ia bergumam lirih pada semesta.
"Oh Tuhan. Kenapa engkau jatuhkan aku sedalam ini."
*****
Semesta benar-benar telah mempermainkan Luna. Hatinya seakan ditarik ulur oleh perasaan. Di beri harapan lalu di hempaskan. Sungguh, rasanya begitu perih untuk ditahan.
Luna berjalan maju dan membuka pintu kamarnya. Sesaat, gadis itu berhenti di daun pintu. matanya menerawang masuk mengamati setiap sisi yang ada disana. Gelap, itulah yang ia temukan. Luna menghembuskan napas panjang, ia melangkah masuk kedalam kamar dan menghidupkan lampu.
"Suprisss!!"
Luna tersentak kaget. Matanya membulat sempurna saat menemukan sosok yang telah lama ia rindukan kini berdiri dihadapannya dengan kedua tangan yang di rentangkan.
"Kak Monica?" Luna berhambur memeluk Monica. Ia mengeratkan pelukan menumpahkan rasa rindu yang telah lama ia tahan. "Kakak, kapan nyampe? Kok ngga bilang sama Luna?"
Monica terkekeh "kamu memang ngga pernah berubah, ya? Masih aja manja kaya dulu,"
"Ish, apaan sih kak. Aku kan udah besar," Luna makin mengeratkan pelukan, ia benar-benar merindukan wanita yang berada dihadapannya ini. "Papa?" Ia menjeda sebentar ucapannya "juga pulang?"
Monica menggeleng "belum. tapi, nanti papa juga bakalan nyusul,"
Bagi Luna, Monica adalah sosok kakak yang paling baik di seluruh dunia. Ia bisa menjelma menjadi orang tua untuk Luna. Menggantikan sosok ibu yang sudah lama meninggal dan sang papa yang selalu sibuk dengan pekerjaan di luar kota. Meski jarak umur antara mereka terpantau jauh, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka memiliki keakraban yang sangat baik.
Monica merenggangkan pelukan, ia menatap wajah sang adik dengan senyuman hangat di wajahnya. "Ada apa Luna? Kamu habis nangis?" tanyanya saat melihat mata sembab pada milik Luna.
Luna menggeleng "ngga kok," bohong Luna. dan Monica takkan tertipu dengan jawaban sang adik. Ia mengenal Luna, Gadis itu akan menutup masalahnya sendiri. Dan akan berbagi kepada Monica saat ia merasa lebih baik.
Monica tersenyum, ia menangkup wajah Luna "Kakak tunggu kamu cerita sama kakak," ucap Monica dan kembali menarik Luna kedalam dekapannya.
Sesaat perasaan Luna merasa lega. Ia bahkan bisa melupakan rasa sakit yang tengah melanda hatinya, Dan itu semua karena Monica. Ia sungguh beruntung bisa memiliki kakak secantik Dan sedewasa Monica.
****
Gimana part-nya?
Suka ngga?
Feel-nya kena ngga, sih? Moga aja ya😭Jangan lupa buat vote dan komen di setiap paragraf yang kamu suka ya.
Dan jangan lupa buat share cerita ini ke teman-teman/medsos kamu.
Sabi lah ya kalau bisa follow akun aku😭
Love you all.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Luka
Teen FictionMeski dua iman setidaknya ku merasakan indahnya cinta dalam satu amin. **** Menjadi yang pertama mencintai itu memang butuh banyak nyali. Dan berani membangun cinta dalam perbedaan keyakinan itu lebih sulit lagi. Itulah yang dirasakan Luna. Berhas...