Jangan lupa buat vote dan komennya.
Happy reading.****
Jika mencintaimu adalah dosa, Maka itu akan menjadi dosa terindah yang pernah aku rasa—Luna angelina stepany.
Dekap luka
12
Selera makan Luna kian bertambah saat sederet pesanan nasi padang berjejer dengan begitu menggoda dihadapannya. Tak tangung-tanggung, gadis itu memesan porsi jumbo dengan berbagai macam lauk pauk sebagai pendampingnya. Namun tidak untuk Romi, cowok itu hanya memesan satu minuman dingin untuk menghilangkan rasa hausnya.
Saat Luna hendak memakan makanannya, saat itu pula satu tangan Romi menarik piring Luna menjauh dari sang pemilik. Membuat Luna berdecak karna aktivitasnya terhalang.
"Lo kenapa tarik piring gue? Gue laper mau makan. Gilak lo ya. Sini," ucap gadis itu sebal sambil menarik kembali piringnya mendekat namun cowok itu masih menahannya.
"Lo tau doa kan?" Romi mengangkat satu alisnya "Doa dulu, baru makan."
"Gue udah doa dalam hati, tadi!"
"Do'a tu yang bener!"
Luna memutar bola mata malas. Ia tak pernah membayangkan jika makan semeja bersama cowok dingin seperti Romi akan dipenuhi banyak aturan seperti ini. Ribet banget sih.
Meski terpaksa, akhirnya luna patuh. Terlihat gadis itu mulai mengepalkan kedua tangan dengan mata terpejam untuk seperkian detik. Dan momen itu tak luput dari pengamatan Romi, bahkan sebuah helaan napas berat terdengar jelas dari cowok itu.
selesai berdoa, Luna langsung menyantap makanannya dengan begitu lahab. Luna begitu menikmati pesanannya. bahkan ia sampai tak sadar kalau sedari tadi Romi memerhatikan dirinya.
Cewek itu menghentikan aktifitasnya sebentar, ia memandang heran kearah Romi yang berdiri dari tempat duduknya. "Mhumanalo? (mau kemana lo?)" tanya Luna dengan mulut yang masih dipenuhi oleh makanan.
"Tunggu gue bentar," setelah mengucapkan itu, Romi merenggang pergi meninggalkan Luna di meja makan. Ia berjalan menuju tempat di sisi lain restoran.
Luna mengangkat bahu tak acuh. Kali ini Ia yakin bahwa Romi tidak akan meninggalkan dirinya disini. Apalagi sekarang warna langit sudah berubah menjadi gelab seutuhnya. Luna pun melanjutkan makan dengan terus berpikir positif. Semoga saja.
*****
Luna menyandarkan punggungnya pada penyangga kursi yang ia tempati. Makanan yang ia pesan tadi sudah berhasil ia habiskan. Perutnya terasa sangat kenyang sekarang. Romi memang jago memilih tempat makan untuknya. menu makanan yang tersedia di restoran ini begitu lezat ketika pertama kali menyapa lidah Luna.
Namun seperkian detik Luna tersadar. ia langsung bangkit memperbaiki posisi duduknya. Matanya meneropong ke segala arah mencari satu objek sasaran, Romi. Dimana cowok itu? Kenapa ia belum datang sampai sekarang? Oh tuhan, apakah ia meninggalkan Luna?
"Dimana tu cowok?"
Luna bangkit dari tempat duduknya. Ia berdiri dan berjalan menuju meja kasir untuk membayar pesanannya. Ia juga akan bertanya tentang Romi, mungkin petugas disana tau kemana cowok itu pergi. karna tadi Luna juga sempat melihat Romi berbincang singkat dengan petugas kasir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Luka
Teen FictionMeski dua iman setidaknya ku merasakan indahnya cinta dalam satu amin. **** Menjadi yang pertama mencintai itu memang butuh banyak nyali. Dan berani membangun cinta dalam perbedaan keyakinan itu lebih sulit lagi. Itulah yang dirasakan Luna. Berhas...