Jangan lupa buat vote dan komennya.
Happy reading🔥****
Hal yang paling aku sesali adalah ketika aku menyakitimu, namun justru hatiku lah yang paling menjerit sakit—Razeta Romi Alvaro
Dekap Luka
14
Malam yang kian menggelap tak mampu membuat Romi ikut terlelap. Entah apa yang ada di pikirkannya saat ini? sejak kepulangannya dari mengantar Luna tadi, ia tak kunjung memejamkan mata. padahal jarum jam sudah tertuju pada pukul 11:11 malam petanda waktu esok akan segera dimulai.
Cowok itu duduk bersila diatas ranjang tempat tidur yang terbalut sprei berwarna abu-abu miliknya. Tatapannya kosong kedepan, seakan ia bisa menembus dinding yang ada di hadapannya. Sesekali jemarinya menari, memetik gitar yang ia pangku hingga menghasilkan melodi merdu dan menggema disetiap dinding kamarnya.
Dan kini aku jauh darimu...
ada yang hilang dari hatiku...Bibirnya bergerak melantunkan lagu antara salahkah kita. Serasa lagu itulah yang paling tepat untuk bisa mendeskripsikan perasaannya sekarang ini.
Cinta tak dapat di tebak apa maunya hati...
Salahkan kita...Romi menghentikan nyanyiannya. Sesaat, cowok itu menengadahkan kepala dan memejamkan mata. Ia menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Romi berusaha untuk menyelami setiap rasa yang ada dihatinya. Menelusuri, dan mempertanyakan apa sebenarnya yang tengah ia rasakan sekarang ini. kenapa seperti ada yang menggajal didalam dadanya.
"Argghh... " Ia mengusap kasar rambutnya prustasi. Nihil. Ia tak dapat menemukan apa-apa disana. Kecuali rasa aneh yang entah kapan hadirnya. "Kenapa gue harus rasain perasaan ini!?" tanyanya entah itu pada siapa. "Perasaan ini salah!"
Perasaan baru yang aneh ini seakan bermain dalam hati Romi. Dalam waktu bersamaan ia dapat menorehkan dua hal, bahagia dan luka. Sungguh, Romi sangat tersiksa karnanya. Ia nampak seperti orang lemah dan payah. Dan satu hal yang tak boleh Romi pungkiri bahwasanya perasaan itu hadir setiap kali ia bersama Luna. seperti halnya sekarang ini, ketika ia menyakiti Luna hatinya juga ikut menjerit sakit. Seakan ialah yang paling tersiksa.
Romi merentangkan badannya diatas kasur. Ia menatap pada langit-langit kamar. Matanya menerawang jauh seakan yang ia lihat adalah sesuatu yang tengah ia pikirkan. Detik berikutnya ia memejamkan mata sambil bergumam lirih.
"Kenapa saat gue nyakitin lo, hati gue juga ikut sakit, Luna?"
*****
Luna menutupi kepalanya dengan bantal saat bunyi alarm menggema menusuk telinganya. Gadis itu masih terbaring malas di atas ranjang dengan balutan selimut putih menutupi tubuhnya. Sudah dua hari, sejak kejadian di depan pagar rumahnya, Luna memilih bolos sekolah. Perkataan Romi malam itu benar-benar membuat semangatnya redup. dan mengurung diri di dalam kamar menjadi salah satu upaya untuk mengembalikan puing-puing hatinya yang telah retak.
Dan untuk Monica, ketika ia mengetahui bahwa sang adik sedang tidak baik-baik saja lantaran urusan hati, ia tak melarang. Monica malah memberikan kesempatan agar Luna beristirahat. Dan pesannya, agar Luna tak terlarut dalam kesedihan.
Dengan posisi yang masih terbaring dan keadaan yang masih setengah sadar, tangan Luna bergerak menerka nakas untuk mematikan alarm. Namun, bukan mengambilnya gadis itu malah menepis alarm hingga benda itu terjatuh keatas lantai.
Dengan bunyi alarm yang masih menggema, Luna menggeram diatas tempat tidurnya. "arghhh... Nyebelin banget sih. Gangguin orang tidur aja!"
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar membuat Luna bergumam malas ditempat "siapa?" tanyanya dengan suara seram
"Kakak" Jawab Monica dari balik pintu.
Luna memutar bola mata malas.sudah dapat di pastikan bahwa Monica akan kembali memaksanya untuk sekolah. "Masuk."
Pintu terbuka menampakkan sosok Monica yang berjalan masuk. Monica mengembus napas sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ia berjikrak mengambil alarm yang tergeletak di atas lantai dan menyimpannya diatas nakas.
"Luna cepetan bangun," titah Monica sambil menurunkan selimut dari badan Luna. Namun cewek itu malah menariknya kembali."Bentar lagi kak. Baru juga jam berapa,"
"Sekarang Luna! cepetan bangun, nanti kamu terlambat."
"Gapapa kali kak. Udah keseringan terlambat juga" ucap Luna dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Dengan cepat monika langsung menarik tangan Luna memaksanya untuk bangun. Luna tersentak, reflek tubuhnya terduduk dipinggiran kasur. "Ih, kakak kenapa sih!" saat ini gadis itu masih dikuasai oleh rasa ngantuk, badannya terasa begitu malas untuk beranjak dari ranjang empuk miliknya.
"Bangun! Kemarin kamu udah janji bakalan sekolah hari ini."
"Nanti kak.."
"Ayo mandi, kakak tunggu kamu dibawah," Monica membalik badan berjalan menuju keluar kamar.
Luna dapat melihat punggung Monica yang menghilang dari balik pintu. Gadis itu menarik napas seraya berteriak lantang. "Kakak, bolos sehari lagi nggak papa, ya."
Luna menarik handuk dan langsung berlari menuju kamar mandi. Jika tidak maka monica akan mengamuk kepalanya.
****
Luna menghentikan aktifitas menyetirnya saat lampu lalulintas menyala merah. menyandarkan punggung pada kursi mobilnya seraya mengedarkan pandangan menatap sekitar. Tepat dimana kepalanya menoleh pada jendela disebelah kanan, saat itu pula tatapan Luna terpusat pada motor ninja yang berhenti di samping mobilnya. Seorang cowok dengan helm full face yang hanya menampakkan bagian mata saja tengah mengendarai motor ninja itu. Cowok itu mengenakan pakaian santai dengan hoodie hitam yang sangat familiar dimata Luna. Di jok belakang motor itu nampak seorang cewek berseragamkan SMA triabuna tengah memasang wajah cemberutnya. Luna mengerjab mempertajam penglihatan. sepertinya ia mengenali salah satu dari pengendara itu. tapi siapa?
Mata Luna terbuka lebar saat tanpa sengaja tatapannya bertemu dengan tatapan dingin milik cowok itu. Oh Tuhan, tatapan itu, itu adalah tatapan yang selalu Luna rindukan pemiliknya. Tatapan yang selalu berhasil membuatnya candu setiap saatnya. Meski dingin namun terasa hangat bagi luna.
Hanya seperkian detik hingga Luna langsung mengalihkan pandangannya kearah depan dan menyandarkan punggungnya dalam-dalam berharap cowok itu tak bisa melihat siapa dirinya.
"Itu Romi kan?" gumamnya lirih.
Luna mengatur napas, menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba saja berdegub kencang tanpa alasan. Bahkan, melihat mata Romi saja gadis itu sudah merasakan sensasi aneh yang luar biasa. Apalagi bisa memiliki Romi, mungkin ia sudah dibuat jantungan setiap hari.
Sesaat gadis itu melirik spion mobilnya. Ia bisa melihat dari balik helm full face itu mata Romi menyipit seperti tengah menautkan alisnya. Apakah Romi juga menyadari kehadiran Luna? Ku harap tidak.
Tutttttt...
Luna tersentak saat bunyi klakson menggema dibelakang mobilnya. Ia menoleh kebelakang dan beralih menatap lampu merah yang sudah berubah menjadi hijau.
"Iya, iya tunggu! Ribet banget!"
Luna merapikan posisi dan menjalankan mesin mobilnya. Motor Romi sudah berjalan melesat mendahuluinya. Jujur saja, Luna merasa senang karena ia bisa bertemu kembali dengan Romi. Tapi, ada satu hal yang membuat hatinya kembali dihujani kecewa. Siapa perempuan yang ada di jok belakang motor cowok itu? Apakah ia adalah salah satu alasan kenapa Romi menyuruhnya untuk selalu menjauh? Entahlah dan Luna berharap jika perempuan itu bukan siapa-siapa.
****
Gimana part-nya?
Jangan lupa vote dan komennya 🌟💬
Dan jangan lupa buat share cerita ini ke medsos /Teman-teman kamu.Love you all.
![](https://img.wattpad.com/cover/261722789-288-k70503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap Luka
Novela JuvenilMeski dua iman setidaknya ku merasakan indahnya cinta dalam satu amin. **** Menjadi yang pertama mencintai itu memang butuh banyak nyali. Dan berani membangun cinta dalam perbedaan keyakinan itu lebih sulit lagi. Itulah yang dirasakan Luna. Berhas...