🕊part: 16

19 4 0
                                    

Jangan lupa buat vote dan komennya.
Happy reading.

****

Berhenti pertahanin perasaan yang cuma bisa nyiksa hati lo—Indira aurestela.

Dekap Luka


16


Romi berdecak saat gerimis beberapa menit yang lalu bermetamorfosa menjadi segerombolan air yang mampu membuatnya basah kuyup. Ia memilih berteduh dan memarkirkan motornya di depan halte. Suara rinai hujan serta gelegar guntur beberapa kali membuat cowok itu mengumpat sejadi-jadinya dalam hati. Ia benci situasi seperti ini. Bersapa dengan hujan adalah hal yang paling ia hindari.

"Ini tu semua gara-gara lo ya kak. Coba aja tadi lo ngga lama, ngga bakalan kejebak hujan kita!" siswi kelas 10 dengan namtag Geysa saputri itu menggerutu menyalahkan Romi seraya menghentakkan kakinya keatas aspal. "Mana becek banget lagi!"

"Bawel lo!" Romi melirik kearah Geysa dan mendapati gadis itu tengah memeluk tubuhnya sendiri karena hawa dingin yang semakin menjadi. Merasa kasihan, akhirnya Romi segera melepaskan jaketnya dan meletakkannya dibahu Geysa membuat gadis itu menoleh kearahnya "kalau dingin itu bilang, gausah ngode."

"Ngode? Ini tu emang dingin pea!" tangan Geysa bergerak menarik jaket dan memakainya hingga benda itu melekat sempurna di tubuhnya. "Seharusnya tu nyadar dari tadi. Gausah sampe gue menggigil kaya gini!" omelnya.

Romi memutar bola mata malas ia mengalihkan pandangan memilih menatap tetesan hujan dihadapannya. Gadis di sampingnya ini memang perempuan paling cerewet yang pernah ia temui.

"Hey... Romi?"

Suara sapaan itu membuat Romi menoleh kearah sumber. Cowok itu nampak terkejut melihat kehadiran Luna yang berdiri tepat disamping Geysa dengan keadaan setengah basah sambil memamerkan senyum manisnya. Ah, sial. Itu membuat Romi hampir pangling karnanya. Namun cepat-cepat Romi langsung menoleh kedepan, lebih tepatnya membuang muka dari Luna. Cowok itu dapat mendengar bisik-bisik yang kurang menyenangkan dari para siswa maupun siswi yang masih berteduh di halte.

"Lo siapa?" tanya Geysa heran kepada Luna. "Temen lo ya?" Ia menoleh kearah Romi namun cowok itu masih saja tetap diam.

"Gue Luna" Jawab Luna akhirnya seraya menjulurkan tangan.

"Gey-" belum sempat Geysa menyambut uluran tangan luna. Romi lebih dulu mengambil tangan Geysa dan menggenggamnya. "Diem ngga usah banyak tanya!" bisik Romi pada Geysa. Hanya mereka berdua yang bisa mendengar.

Luna terkejut bukan main. Jantungnya seraya langsung mencelos melihat adegan dihadapannya. Gadis itu mengerutkan kening menatap Romi tak percaya. Namun sangpuan sama sekali tak menatapnya. Luna berganti menatap kearah Geysa. Tatapan hangat beberapa menit lalu sudah lenyap seketika. Kini tatapannya sarat akan kebencian dan rasa cemburu pada gadis yang ada dihadapannya itu. Apalagi melihat jaket Romi terpasang di badan gadis itu membuat Luna ingin sekali merebutnya. Tanpa sadar tangan Luna terkepal kuat di belakang tubuhnya.

Kejadian itu hanya seperkian menit. Saat hujan mulai mereda Romi langsung menarik tangan Geysa menjauh dari halte mendekat pada motor ninjanya. Tak ada yang ingin cowok itu lakukan sekarang, selain menjauh dari hadapan Luna. Tak mau melihat wajah kecewa gadis itu. Romi bahkan memberanikan diri menerobos rintik hujan yang belum mereda dengan sempurna.

Namun belum sempat ia melangkah menjauh tangan Geysa lebih dulu ditarik oleh Luna membuat langkah keduanya ikut terhenti. posisi Geysa sekarang berada ditengah-tengah mereka.

Dekap LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang