sorry for slow update :(
aku lagi berusaha buat cepet namatin cerita iniSo tetep stay tune, jangan lupa vote dan comment biar aku makin semangat hehe. Happy Reading!🖤
*****
Wooyoung masih diam terpaku memandangi perut Mingi yang penuh dengan bekas luka dan goresan. Rasanya ngilu sekali melihatnya.
"Ini yang bakal lo dapetin kalau lo berusaha buat kabur," ucap Mingi kemudian menurunkan kaosnya kembali untuk menutupi luka-luka yang tampak di perutnya itu.
Wooyoung menggelengkan kepalanya dan mengacak rambutnya frustasi.
"mereka ngelakuin itu ke lo?"
Mingi menganggukkan kepalanya dalam diam.
Wooyoung berpikir sejenak sambil melihat ke kanan kirinya. Ia yakin pasti ada jalan keluar dari sini tanpa harus ketahuan. Mingi mendapat luka-luka di perut itu karena ketahuan kabur, jadi menurut Wooyoung masih ada kemungkinan untuk selamat apabila mereka tidak ketahuan kabur.
"Mingi," Wooyoung mendekatkan dirinya kepada Mingi dan membisikkan sesuatu, "gue bakal cari jalan keluar dari sini, lo mau kan ikut gue? gue bakal bantu lo buat kabur dari sini."
Mingi diam di tempat tanpa menjawab perkataan dari Wooyoung. Ia hanya menatap Wooyoung dengan tatapan kosong yang tidak bisa ditebak oleh Wooyoung apa artinya.
"Ayo ngi—" belum sempat Wooyoung menyelesaikan ucapannya, Mingi sudah menggelengkan kepalanya dengan mantap.
"Seonghwa ngancem bakal celakain keluarga gue kalau gue kabur. Lo mungkin gaktau young, tapi Seonghwa itu bukan orang biasa. Dia bisa nyelakain siapa aja yang dia mau."
"Jadi itu alasan utama lo masih bertahan disini? bukan karena lo dilukain sama Seonghwa tapi karena lo takut keluarga lo bakal diapa-apain?"
Mingi menghela nafasnya sesaat dan menganggukkan kepalanya tidak berdaya.
"Mingi lo harus berani. Keluarga lo pasti juga gak mau lo kayak gini, lagipula itu cuma anceman dia doang, lo gak usah takut."
"Engak young, lo gak paham. Lo masih gak kenal Seonghwa, dia bisa nyelakain siapa aja, dia juga bisa bunuh lo!"
Wooyoung diam sesaat mendengar nada bicara Mingi yang sudah mulai meninggi.
"Gue tau ngi, gue tau Seonghwa bisa bunuh gue. Tapi setidaknya gue berusaha buat terbebas dari dia. Gue gak bisa pasrah gitu aja jadi budak dia atau bahkan mati percuma buat jadi bahan dagangan dia. Gue itu manusia, gue layak buat hidup, begitu juga dengan lo ngi!"
Suasana mendadak berubah menjadi sunyi. Untuk beberapa saat mereka berdua diam dalam pikiran masing-masing. Sepertinya perkataan Wooyoung berhasil membuka pikiran Mingi.
"Oke gue bakal bantu, gue tau jalan keluar lain dari kosan ini."
Senyum langsung mengembang di bibir Wooyoung begitu mendengar ucapan dari Mingi.
"Nah gitu dong!!!"
"Ssttt jangan berisik!" Mingi langsung meminta Wooyoung untuk mengecilkan suaranya dan mengedarkan pandangannya ke sekitar takut tiba-tiba ada penghuni lain yang lewat.
"Biasanya jam segini, Yeosang ada di dapur, jadi kita gak bisa keluar dari pintu belakang dapur. Pintu utama juga gak aman karena ngelewatin dapur."
"Terus kita harus kabur lewat mana? Gue sempet liat jendela besar di kamar pojok sih, apa kita kabur dari sana aja?"
"Jangan, gak aman, Seonghwa ada di kamar itu. Kamar pojok itu tempat Seonghwa selalu membunuh orang dan mengambil daging mereka. Semua alat-alatnya ada di situ."