02 | Melamar

36 12 0
                                    

***

Masa lalu...

Kina telah menginjak usia 11 tahun dan hari ini ia akan pergi ke sekolah tanpa ada temannya yang tahu jika Gadis kecil itu seharusnya merayakan hari jadinya. Ia duduk di kursi barisan tengah-tengah, tidak ada teman yang mau duduk di sebangku dengannya karena ia dianggap aneh.

Bel sekolah telah berdering, masa pembelajaran baru kelas 5 siap dimulai, Tiba-tiba wali kelas Kina datang bersama seorang anak perempuan, awalnya ia tidak tertarik dan hanya memberangus tak peduli.

Setelah perkenalan siswi baru selesai ia dipersilakan duduk di sebelah Kina, siswi baru itu melangkah menuju bangku tersebut dan Kina hanya meliriknya.

"Haii, Aku Rea, ini pertama kalinya aku sekolah di sekolah umum, kamu namanya siapa?" pertanyaan terakhir itu membuat Kina senewen, dengan terpaksa ia menjawab singkat.

"Kina,"

Rea kecil itu mengangguk paham, kemudian ia kembali melontarkan sebuah pernyataan yang jarang oleh orang yang baru saja bertemu mengetahuinya, "Kamu ultahnya hari ini ya? Selamat ulang tahun!"

Kina tergemap, pelan-pelan senyuman manis yang selama ini hilang telah kembali terukir cantik pada Gadis itu, "Terima kasih, mmm kamu tau tanggal ultah ku dari mana?"

"Orang tua ku udah tanya ke guru, jadi... Aku udah tau kalo bakal duduk sama kamu!" ungkapnya, senyuman kina semakin terukir lebih besar dan cerah.

*

Persahabatan mereka masih bertahan hingga saat ini, 12 tahun berselang sepasang sahabat itu mengenakan pakaian rapi hitam putih berjalan seraya berbincang-bincang santai. Setapak jalan yang lumayan ramai tetap mereka lalui untuk mencari lowongan pekerjaan sembarang. Matahari sangat terik tetapi mereka tak berkeringat dan hanya penuh dengan tawa renyah.

Hingga saat ini Rea adalah satu-satunya orang yang selalu melindungi Kina sejak dulu, bahkan ia tak segan-segan memberikan tamparan pada orang yang mengusik Kina, Rea orang yang nggak suka jaga image sama orang asing karena ia gampang emosi.

Setelah menempuh perjalanan yang panjang akhirnya mereka menemukan sebuah kafe yang membuka lowongan pekerjaan, "Itu!" tunjuk Kina, ia melihat selembar kertas yang menempel pada pintu kaca kios tersebut, mereka bergegas lari menghampirinya.

"Bagus bagus," gumam Rea seraya mengacungkan ibu jarinya. Kafe tersebut bernama Kafe Saturday, Tembok yang berwarna merah muda bercampur dengan biru langit terlihat sangat cerah dan enak dipandang.

Meja kursi berwarna putih terlihat mendukung keceriaan suasana kafe ini. Ditambah pencahayaan matahari, tanaman-tanaman hidup dan sejuknya hawa di dalam ruangan sangat mendukung kenyamanan para pelanggan.

"Mas saya mau tanya lowongan pekerjaannya, apa masih dibuka?" tanya Rea kepada pegawai yang berada di kasir.

"Nomor yang tertera pada kertas silakan di telepon saja kak," jawabnya singkat padat karena sibuk menuang-nuangkan secangkir kecil kopi ke dalam cangkir yang cukup besar dengan foam susu yang terlihat lezat di atasnya dan terlukis daun seperti cafe latte pada umumnya.

Setelah menjawab jawaban tadi Rea berbalik pergi mengambil tempat duduk terdekat dan Kina ikut berbalik mengekori Rea. Kina yang baru saja berbegar mendapat panggilan dari pegawai tersebut, "Eh Mbak pesan dulu!" ucap pegawai tersebut.

"anj*ng, paan sih nyuruh nyuruh mesen orang mau kerja di sini," gusar Rea dengan nada bicara pelan.

"NGGAK TER-TA-RIKK," sergah Rea, Pegawai tersebut langsung memasang wajah kesal karena Rea tidak memesan sesuai aturan yang sudah diwajibkan pada kafe tersebut.

Pegawai yang diketahui bernama Koko itu pergi ke dalam dapur yang pintunya berada tepat di samping kasir. Lalu Rea mengeluarkan telepon genggamnya melanjutkan hal yang seharusnya ia kerjakan dari tadi.

Dutt dutt dutt

"Selamat siang... Saya Rea Reggina, jadi begini pak, saya tertarik dengan lowongan pekerjaan kafe Saturday ini bersama teman saya Kinara Yuvara, jadi -"

Rea belum menyelesaikan kalimatnya dan langsung terpotong, "NGGAK TER-TA-RIK!!" sergah Koko yang membuat Rea, Kina dan beberapa pelanggan ikut tersentak karena teriakan itu.

Tanpa basa-basi lagi Rea langsung mematikan teleponnya, "bangs**t," bisik Rea berjalan mendekat ke arah Koko dengan keadaan naik darah, pegawai yang berdiri tegak di kasir itu pun terlihat sudah menunggu kehadiran ocehan Rea.

"NGERTI NGGAK SIH! PULSA DIBELI PAKE APA? HAH!? DIBELI PAKE APA?! KITA KERJA BUAT NAMBAH DUIT! NGOMONG DONG DARI TADI DODOLL!!"

"Ngomong apa ya kak?" jawab santai Koko sembari mengelap meja kasir.

"YAAHH NGOMONG KALO, KALO! IIIHHHHH!! BANGS*T LO ANJ*NG! GOBL*K!" umpat Rea dengan kedua tangan yang telah siap sempurna untuk menghancurkan wajah pegawai itu.

"Mangkanya beli dulu, BA-RU NGE-LA-MAR KER-JA!!" timpal Koko dengan memasang senyuman tawar, "Mohon dicoba lagi ya kakak... Americano? Cafe latte?"

"Dih! Gak nyambung bet lu! Gue diet ngelunjak lu bikin emosi bangs*t!" keluh Rea, lalu ia mengacungkan jari tengahnya tepat depan Koko.

"F*CK YOUU BEACH!" umpat Rea yang sok Inggris kepada Koko yang tidak mendengarkannya. Kina langsung menggandeng Rea, "Ini dapurnya kan..." tanyanya dibalas anggukan oleh Koko tanpa menoleh ke arah Kina.

"maaf perilaku hewani teman saya," lirih Kina seraya masuk dan menutup pintunya.

*

Di dalam dapur yang penuh barang berbahan aluminium dan tumpukan piring yang belum di basuh berserakan di atasnya. Rea merapikan rambutnya yang acak-acakan, Ia juga mengerling-ngerlingkan matanya seakan belum puas mengoceh Koko tadi.

"Aduh... lu malu maluin banget dah!"

"Lu nggak usah jaim sama orang bangsat! Jaim nggak berlaku sumpah," ujar Rea.

"Bangsat gimana sih? Elu yang bangsat! Kita mau ngelamar kerja bukan tawuran Rea," tutur Kina sambil mengelus bahu sahabatnya.

"Bodo."

"Lagian lu ngapain sih! Pake marah segala," tanya Kina.

"Seharusnya Koko tadi ngasih tau kita kalo ngisi formulirnya bisa ke dia! Nggak perlu telepon!" keluhnya dengan peragaan tangan, "Kenapa gue harus marah? Karena ujung-ujungnya dia yang ngangkat teleponnya, rugi pulsa gue."

"Rea, lu holkay, sadar diri dong," jelas Kina dengan memukul bahu Rea pelan.

Tiba-tiba Koko datang ke dapur tanpa wajah bersalah dan berkata, "Cuci piring, nyapu, dan ngepel adalah tugas hari pertama kalian, cepetan!" Lalu laki-laki yang dianggap Rea reggina menjengkelkan itu pergi begitu saja.

"Gak sudi gue, gue gak sudi kerja bareng dia. Sumpah, hari pertama aja kayak gini, gimana kedepannya coba," keluh Rea sambil menggelengkan kepalanya tanpa henti, "resign aja yuk!"

*

"Aaaargghhhh!" jerit Rea memegang pel dengan celemek terpasang di badannya. Keluhan Rea tak membuat mereka keluar dari kafe tersebut, mereka masih dalam masa percobaan di kafe Saturday itu. "Pegawai yang bernama Koko adalah ANJING!"

***

Bereft
By: S E A C O N C H Z

Bereft | Asam GaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang