06 | Promosi Kafe Saturday

19 11 0
                                    

***

Langit yang belum sepenuhnya biru pada pukul 6 pagi di kios kafe Saturday, di sana masih tergantung papan closed dan di dalamnya hanya diisi oleh pegawai-pegawai kafe tersebut dengan banyak kardus-kardus besar dan kecil yang bertumpuk-tumpuk.

Para pegawai ini berkumpul dan berbaris rapat menyamping menghadap pemilik kafe tersebut. Atasan putih dengan celana hitam yang tertutup oleh celemek berwarna putih dan menggunakan topi berwarna hitam pekat adalah pakaian yang mereka kenakan.

“Hari ini kita harus menjual menu kita dengan beli satu gratis satu di semua menu, kenapa? Ya karena kios kita semakin lama semakin sepi, jadi saya memutuskan untuk menjualnya di alun-alun kota sana,” ungkap pemilik kafe Saturday yang diketahui adalah ayah dari Koko.

Sesampainya mereka di alun-alun kota, para pegawai itu langsung memasang banner dan menyiapkan banyak hal lainnya, Food Truck mereka terparkir tepat pada jalan setapak yang masih cukup lebar walaupun diisi Truk Makanan.

Di tengah-tengah sedang sibuk memindah-mindahkan barang mereka kedatangan seorang laki-laki. Orang yang pertama kali menyadari kedatangan Kevin ialah Rea, Rea hanya menatap Kevin karena sepertinya ia masih memiliki dendam pada laki-laki berjaket kulit itu.

“Jutek amat,” sapa Kevin yang berjalan melaluinya.

Rea seraya mengambil kotak bahan-bahan langsung menjawab sapaan Kevin, “Hai mobil sport 2 kursi,” ejek Rea.

Ia masih mendendam dan kesal terhadap laki-laki bermobil sport tersebut, “Jangan cari Kina! Kita lagi kerja, saya ulangi K-E-Rrr-J-A KERR-JAA! Dah sono pulang aja.”

“Hmm yaudah deh, Salam ya ke Kina,” Kevin langsung mendengar peringatan dari Rea dan hanya mengintip Kina yang sedang menuangkan adukan cairan berwarna putih pada mesin es krim.

Banyak orang yang mulai berdatangan di Alun-alun, tak henti-henti pula orang yang mengawasi mereka seakan sedang menunggu dibukanya food truck tersebut.

Kevin langsung berpaling dan meninggalkan Alun-alun tersebut.

Antrean semakin panjang, teriknya sinar matahari tak membuat para pelanggan ini menyerah mengantre, tanpa payung dan topi untuk menutupi sinar matahari mereka hanya akan menunggu giliran untuk berteduh di bawah pohon saat antrean maju.

Koko yang melayani pesanan pelanggan pun langsung menawari dengan suara yang lantang agar beberapa menu yang sudah habis terjual tidak ditanyakan kembali atau disebut kembali.

Sedangkan Kina dan Rea sibuk menuangkan es ke dalam gelas plastik dilanjutkan menuangkan adukan kopi, coklat bubuk Dan beberapa menu lainnya sesuai pesanan.

“Menu rekomendasinya apa kak?” tanya pelanggan dengan mengenakan jilbab merah muda dengan kaos hitam.

“MENU REKOMENDASI KAMI ADALAH NUTELLA COFFEE KAKAK!” tegas Koko.

“Yaudah 1 es krim rasa coklat aja,” jawab pelanggan itu sambil membuka dompetnya lalu mengeluarkan uangnya sebesar 15.000 rupiah.

tanya nggak beli hihhhh, batin Koko.

Jam 3 sore...

Mereka telah bekerja keras selama 8 jam penuh, bahkan 2 orang wanita dan seorang pria itu takjub karena biasanya Alun-alun kota akan sepi jika jam berada di pukul 10 pagi. Penuh keringat, nafas terenggap-enggap, pakaian yang sebelumnya wangi semerbak bunga pun langsung hanyut terkalahkan oleh peluh dari kerja keras mereka.

“Ko! lu kudu stop bokap lu buat jualan di Alun-alun lagii, gua capek woiii, astaga gua shock beratttt!” oceh Rea yang tak mendapatkan respons apa pun dan hanya terdengar tegukan air mineral segar dari Koko dan suara nafas dari Kina.

Mendadak sebuah kantong plastik datang tepat di hadapan wajah Kina yang sedang teler, Kina menengadah dan melihat sosok pria jakung banyak utang yang mengarahkannya.

Kina langsung mendengus isi dari kantong plastik tersebut, “tuh! Terang bulan kesukaan lo,” ucap Ino lalu berjongkok dan membuka kotak yang berisi makanan paling disukai oleh Kina.

“Lu tumben tau kalo gua lagi kepengen terang bulan,” ungkap Kina.

“Lu tau kan kalo Kina makan terang bulan itu nggak cukup 1 kotak! guanya nggak kebagian dong!” ujar Rea, Wanita ini ikut tergoda dengan renyahan dipinggir dan lembutnya adonan terang bulan ditaburi coklat meses, keju parut dan sedikit kacang.

“Kalian dari tadi ngomong terang bulan mulu, orang jelas itu martabak manis,” tutur Koko, sedangkan yang lainnya hanya memandang wajah laki-laki penuh lemak itu tanpa ada respons apa pun.

*

Dalam perjalanan pulang, Kina dan Ino tak melakukan sebuah pembicaraan, lalu Kina memulai pembicaraannya di atas sepeda motor yang sedang berjalan itu, “Gimana utang lo? Udah kebayar?”

Pasangan itu selalu saling terbuka satu sama lain, sebenarnya Ino tak mau  membicarakan masalah pribadinya pada perempuan senang terang bulan itu.

“lu ngomong apaan sih, dulu kan gue dah ngomong jangan bahas lagi soal utang, itu urusan gue, okeh! Jangan dibahas lagi,” ujar Ino, laki-laki kering kerontang itu.

Sepertinya Ino telah larut dalam penyesalannya mengulas masalah utang kepada wanita itu yang membuatnya ikut serta memikirkan cara agar tunggakan Ino dapat lunas.

***

Kina melangkah lemas dan merasakan sengal, tiba-tiba di hadapannya  seorang wanita tegak bertumpu dengan kaki mengucapkan, “Please lu harus putus sama Kevin, Pleaseee...” ucap wanita diselimuti baju hangat berbahan wol yang diketahui bernama Ella Joulissa.

“Elu!?” Kina terkesiap atas kedatangan sosok wanita yang selama ini adalah hambatan Kina untuk bisa bersama Kevin.

“Ck, Gua cinta penuh sama Kevin, Emangnya alasan apa lagi yang perlu gua Terima biar gua nggak suka sama Kevin lagi!?”

“Gua ada masa lalu yang kelam,” ungkap Gadis blasteran Perancis itu menunduk dan langsung menggenang air mata, “Elu nggak bakal paham, Gua harus Cepet-cepet nikah sama Kevin.”

“Lu sama sekali nggak ngasih alasan ke gua, kalo pengen ketemu lagi dan bahas yang sama kayak sekarang, bawa alasan yang bener!” bungkam Kina dengan setetes air mata yang melewati pipi Kina.

Wanita rambut sebahu itu langsung melangkahinya, tapi kemudian Ella kembali merenjeng lidahnya, “Bisa nggak sih lu nurutin permintaan gua ini, ini gampang banget kok,” ia lalu berbalik menghadap Kina yang membelakanginya.

“kalo lu pengen tau, bokap gua dalang dari semua yang sekarang gua dan elu rasain, suatu hari nanti gua bakal dateng dan nyeritain semuanya,” sambung Ella.

Setelah Ella menyambung penuturannya Kina membalik badannya dan mengusap air matanya, “Kenapa nggak sekarang?”

Kina tak menerima secuil jawaban dari Ella, wanita berkulit putih itu langsung memutar balikkan badannya dan pergi meninggalkan Kina dengan matanya yang berlinang.

***

Bereft
By: S E A C O N C H Z

Bereft | Asam GaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang