07 | Pertemuan

18 11 0
                                    

***

Kina tak menerima secuil jawaban dari Ella, wanita berkulit putih itu langsung memutar balikkan badannya dan pergi meninggalkan Kina dengan matanya yang berlinang.

Kina yang awalnya penuh dengan badan encok berganti menjadi orang yang naik darah, ia masih kebingungan untuk mengikhlaskan Kevin seperti itu saja atau harus menahannya.

Ia masih belum menemukan tanggapan yang pasti dari Ella sejak dulu, entah apa yang terjadi pada Keluarga Ella dengan Kevin hingga melahirkan kepedihan satu sama lain.

Kina langsung menjatuhkan badannya pada kasur, “tu cewek kenapa sih!” gumamnya yang bertelungkup, “Masa kelam?”

Kina tertegun sesaat, ia seakan sedang memenungkan sesuatu, kemudian matanya tertutup rapat dan menghasilkan sebuah suara dengkuran yang cukup keras.

***

Rea dan Koko tengah bersiap membuka kios kafe tersebut, tetapi mereka belum juga melihat kedatangan Kina, Ayah Koko kebetulan berada di sana dan langsung marah-marah menyalahkan anaknya bersama Rea karena tidak ada kekompakan sedikit pun untuk mencari tahu keberadaan Wanita rambut sebahu itu.

Ayah Koko pun langsung keluar dari kios tersebut dan pergi kembali ke huniannya, dengan terpaksa Rea dan Koko membuka Kafe Saturday tanpa kehadiran Kina, “Lu coba telepon terus deh, masa' anak itu ketiduran!??” suruh Koko yang jadi ikut penasaran.

Rea menjawabnya dengan anggukan.

***

Kina penuh dengan keringat dingin, ia tidur dalam keadaan dahinya mengerut, sedangkan telepon genggamnya yang sedari tadi mendering pun tak di respons oleh Kina. Telepon tersebut bertuliskan nama "Rea<3" dengan jam pukul 9 pagi yang tercatat di ujung telepon genggam tersebut.

Tiba-tiba teleponnya muncul notifikasi jika kapasitas baterainya sudah habis dan spontan telepon genggamnya berwarna hitam gelap.

Rea yang berada di kafe terduduk di dapur sambil memegang telepon genggamnya, khawatir dan cemas terukir jelas di wajah wanita berambut panjang itu. Tanpa pikir panjang lagi, Rea langsung keluar dari kafe itu dan berlari cepat menuju Kos-kosan Kina.

Saat ini Wanita berambut pendek itu tidur dalam posisi telentang, wajahnya penuh dengan keringat, Matanya masih terpejam rapat, tapi kemudian ia menggeleng-gelengkan kepalanya dan napasnya mulai tidak beraturan, kemudian sebuah air mata keluar dari netranya yang masih tertutup rapat.

***

Kina terbaring lemas di ranjang pasien dengan tangan yang di infus, matanya masih terpejam rapat, bibirnya pun pecah-pecah. Rea duduk di samping Kina yang masih belum tersadarkan.

2 jam kemudian...

“Terima kasih,” ucap Rea yang baru saja membayar biaya Kina yang berobat, Kina pun terlihat lebih sehat walaupun masih lemas.

Mereka langsung berjalan pergi, Rea dengan cepat meraih tangan kina dan memegangnya dengan senyuman, “Untung gua dateng, kalo nggak lu udah di panggil. kalo kecapekan ngomong gua okeh! Nanti bokap koko gua hajar kok tenang!” tutur sahabat Kina itu.

“Iya, hehe sorry ngerepotin,” sahutnya, “Gua pulang sendiri aja, lu ada kerjaan kan... Nggak papa kok Gua kan udah sehatt!”

“Yadehh, Hati-hati yaa.”

Wanita berbaju putih itu langsung melangkah pulang, ia merasa bersyukur telah memiliki sahabat yang masih mau menemaninya, senyuman lebar pun muncul begitu saja saat ia memikirkan sahabatnya kala itu.

Tapi dalam tengah-tengah perjalanan dari sisi kanan tangan Kina diraih oleh pria yang ternyata Kevin, bersamaan dengan Tangan kirinya yang diraih oleh Ino. Ia hanya menoleh ke kanan dan kiri dengan penuh kepanikan.

“Loh elu! Dah balik!??” ucap Ino terkejut, para laki-laki jakung itu saling kebingungan.

“Udah lama gua balik, lu ngapain disini??”

“Jenguk Kina lah! Ngapain lagi!?” jawab Ino, pertarungan antara pria dan pria sepertinya akan dimulai, Ino dan Kevin jika dipertemukan akan sangat perlu usaha atau paksaan agar mereka baikan.

“Hah!? Jenguk? Lu siapanya Kina? Orang jelas gua pacarnya,” jelas Kevin.

“Lah!? Masih lanjut? Gua juga pacarnya Kina!!” sahutnya, Kina sangat gugup, ia ketakutan, lalu Ino bertanya, “Coba ngomong ke Gua! Mana pacar lu yang sekarang!”

Pertanyaan tersebut membuat kegelisahan pada Kina, lagi-lagi ia mengeluarkan keringat dingin, “Lu kenapa??? Masih sakit??” tanya Ino seraya menempelkan telapak tangannya ke dahi Kina dan langsung ditepis oleh Kevin.

Kina menelan air liurnya dan berusaha tegar dan menjawab pertanyaan itu dengan segera, “Kalian nggak bisa gua sebut mantan, kita berpisah bukan karena masalah cinta, Kita berpisah karena kalian memiliki masalah pribadi,” ungkap Kina.

“Masalah pribadi? maksudnya?” tanya Ino, ia kebingungan dengan maksud Kina.

“L-LU!! NGGAK PAHAM!??” bentaknya, Kina mengeluarkan air mata dan menangis tersengut-sengut, lalu ia mencoba untuk tenang dan menjelaskannya dengan baik, “Kalian ninggalin gua tanpa ngomong alasannya,”

“Itu bikin gua sakit hati! NGERTI NGGAK SIHH! I-ITU BI-BIKIN GUA S-SAKIT HATTIII!!!!” pekiknya, Kina langsung mengusap air matanya, “Lu Berdua harusnya sadar, Gua seneng kalian dateng, tapi sampek detik ini kalian masih belum ngejelasin alasan KALIAN PPERGI!!”

Kedua Pria itu hanya tergeming, ini adalah kali pertamanya mereka melihat Kina yang sangat emosional itu. Kina langsung melanjutkan langkahnya menuju kamar kosnya dengan air mata yang masih berjatuhan.

***

Kevin yang baru saja mendarat dari mobil sport di garasi besarnya melihat sebuah notifikasi pesan dari calon mertuanya yang berada di Perancis itu. Betapa terkejutnya ia melihat sebuah pesan berserta sepotong gambar.

Ella yang berada di kamar dengan pakaian piama di atas kasur juga melihat kiriman dari Ayahnya dan langsung berlari keluar kamar mencari Kevin.

Ayah Ella: Hmmm... sekarang tanggal berapa? ... ... lupa lah, tapi yang pasti Ayah kasih kalian waktu 2 minggu lagi.

Foto tersebut adalah sebuah undangan pernikahan bertuliskan Jonathan Kevin & Ella Joulissa wedding invitation berwarna hitam dan emas yang bercampur dengan indah.

Wajah Kevin terukir jelas kegeramannya terhadap sikap Ayah Ella yang benar-benar sampah masyarakat.

"Bangke!" bisiknya.

***

Kinara Yuvara telah menghadapi masalah yang cukup berat baginya, ditambah kedatangan Kevin dan Ino membuat Wanita itu semakin merasakan beban di hidupnya. Ia sedang berjalan di setapak jalan dekat taman yang di sampingnya berdiri pohon berdiri gagah dan melindunginya dari sinar matahari.

“Apa gua kurang di motivasi kali ya?” ujar Kina sambil melihat langit yang dipenuhi awan-awan, “Seenak apa sih punya orang tua? Hmmm, Gua bukannya nggak bersyukur... Tapi semua temen deket gua apalagi sahabat gua kalo diajak curhat malah jadi dibanding-bandingin,”

***

Bereft
By: S E A C O N C H Z

Bereft | Asam GaramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang