Aurora-13

26 2 2
                                    

haiii👋
jangan lupa vote + komen, tinggal kan jejak kamu. makasih yang udah vote + komen.



Alexa mengarah pistol itu kekepala Dandi. Dandi membeku ditempat, semisalnya dia bergerak, sudah di yakini kepalanya bakalan bolong.

"Jangan macam macam!" desisi Alexa, Aurora duduk di sebuah kursi single dengan kaki yg terangkat. Aurora menyuruh Alexa untuk mengikat tangan dan juga kaki mereka, disaat seperti itu dandi berencana kabur. Sebelum itu terjadi sebuah peluru menembus salah satu kakinya. Pistol yg digunakan Aurora dan Alexa adalah Desert Eagle Mark XIX.

Desert Eagle memang terkenal karena daya tembaknya. Desert Eagle Mark XIX, adalah yang dianggap paling mematikan karena menembakkan peluru, salah satu peluru terbesar dan paling mematikan dalam sejarah senjata genggam.

Alexa memgeluarkan sesuatu dari tasnya, dan menekan sebuah tombol bewarna hijau.

"Okee, saatnya!" Guman Ayana didalam mobil, Ayana mengotakatik laptop yg ada didepannya.

"Ayo, sekarang kita bermain main baby." Ayana menekan sebuah tombol. Semua lampu di gedung apartmen itu mati dalam hitungan detik.

Semua nya gelap, tak ada satu pun cahaya. Ayana keluar dari mobil dan belari menuju Aurora dan Alexa berada. Sesampainya disana, Aurora dan Ayana membapong Dandi sedangkan Alexa membopong Winda keluar dari apartmen tersebut. Setibanya mereka di parkiran Aurora segera membuka bagasi mobil.

"Kunci." Ayana melempar kunci mobil keAurora.

Setelah Alexa mengikat kedua tangan dan kaki kedua insan ini dia tak lupa menyuntikan obat bius ditubuh mereka, hingga sekarang tak sadarkan diri. Setelah membuka bagasi, Aurora berlari mengapiri Alexa dan meletakkan tubuh Dandi dan disusul tubuh Winda. mereka cuman pingsan bukan mati!

Mereka memasuki mobil, dengan posisi Aurora yg menyetir, Ayana yg duduk di kursi penumpang. Sebelum mereka pergi Ayana menyalakan semua lampu dan cctv gedung bertingkat itu.

Mobil Jeep hitam itu melaju begitu cepat, mereka berhenti didepan gedung tua yg usang. Jangan salah gedung itu memang diluarnya saja menakutkan tapi didalam begitu mewah. Aurora menelpon seseorang, tak lama datang sekitar 5 orang dengan pakaian serba hitam.

"Bawa tempat biasa." Ujar Aurora. Aurora dan kedua sahabatnya memesuki ruangan khusus.

Aurora memasuki ruangan yg berisi banyak manusia berbadan kekar dan berpakaian hitam, Mereka semua menunduk hormat keAurora.

"Selamat datang Queen." Semua yg ada diruangan itu menyambut kedatangan Aurora. Aurora mengangguk, Aurora berjalan menuju ruangan. Bisa dibilang ini bukan ruangan biasa, didalam ruangan itu ada tempat tidur king size, tv, komputer pelacak, senjata yg berbaris rapi dan banyak.

Alexa memasuki ruangan dominan bewarna Abu abu dan hitam ,banyak anak panah dan  Panahan yg begitu banyak, dan juga senjata api berbaris rapi.

Ayana memasuki ruangan bewarna putih hitam, Komputer yang begitu rapi dan menyala. Ayana adalah seorang hacker, ada juga beberapa senjata Api.

Mereka bertiga dikenal sebagai 3A, Aurora adalah penembak jitu, Alexa adalah seorang pemanah profesional, dan Ayana adalah hacker profesional.


🦋🦋🦋✌🦋🦋🦋✌🦋🦋🦋

Dian membuka pintu rumah Ella dengan kencang.
"ELLAAA ELLA!!!" teriak Dian, semua penghuni rumah itu keluar tanpa kecuali Ella.

"Kenapa mas? kenapa teriak teriak? ada apa?" Ujar Ella.

"Lo jangan sok baik sok lugu! mana anak lo? dimana AURORA!" Teriak Dian, mata Dian hampir keluar dan matanya bewarn merah.

"A-aurora sudah seminggu yg lalu balik ke apartmenya!" balas Ella dengan nada takut. Ella ngga nyangka Dian bakalan membentaknya, dan menyebut dengan panggilan 'lo gue'. Dian berjalan semakin dekat dengan Ella dan,

Plaaakkkk.

Satu tamparan yg begitu keras mengenai pipi mulus Ella. Pipi Ella membiru dan disudut bibirnya berdarah. Dian mendorong tubuh Ella sampai sampai membentur tangga,

"Lo yg nyuruh anak psikopat lo untuk nyelakain Winda kan?" Desisi dian, tangis yg dari tadi Ella tahan akhirnya luluh juga. Dian bangkit dari jongkoknya, dan melemparkan sebuah surat tepat dimuka Ella.

"S-surat apa ini mas?" Ella berusaha kuat untuk bertanya, walaupun kepala bagian belakangnya menguluarkan darah segar.

"Mulai sekarang gue talak lo, lo bukan istri gue lagi. Minggu depan gue bakalan nikah sama Winda!" Dian yg hendak melangkah keluar dari rumah ditahan oleh Ella.

"Mass, kasih aku kesempatan lagi mas hiks. Aku salah apa sama kamu mas hiks." Ella memegang kaki Dian, namun Ella di tendang oleh Dian dengam kencang.

"Gue bosan sama lo!!!! lo pembawa sial buat gue." Ujar Dian, dan meninggal kan Ella yg menangis pilu.

Bik siti menghampiri Ella, dan memeluk Ella. Bik siti ikut menangis dengan kondisi majikannya yg bisa dibilang tak baik baik.

"Bik." Ella memanggil bik siti,

"Jangan ngomong lagi, ayok kita kerumah sakit nya, hiks." bik siti menghapus air matanya. Ella tersenyum melihat bik siti yg menangis untuknya, walaupun itu tangisan kasihan.

"Bik jangan bilang sama Aurora ya bik," Ujar Ella,

"Jangan ngomong lagi nya ayok kerumah sakit, Pakkk budiii" Teriak bik siti.

"Jawab dulu bik!" Mata Ella tertutup, Ella pingsan di pangkuan bik Siti.

"Bawa nyonya kerumah sakit cepat!" Teriak bik siti.

"Dokterrr" Teriak bik siti, para suster membawa Ella keruang UGD. Maafin bibik Nya.

'Hallo non'

'Iya ada apa bik?'

'Nyonya masuk rumah sakit non'

'Kenapa bik? Ya udh Au kesana sekarang'

'iya non, bibik kirim alamat ke pesan non'

tutt tuttt.


🦋✌🦋🌼🦋

Suara deringan ponsel Aurora menusuk keindra pendengarnya.

'Hallo non'

'Iya ada apa bik?'

'Nyonya masuk rumah sakit non'

'Kenapa bik? Ya udh Au kesana sekarang'

'iya non, bibik kirim alamat ke pesan non'

tutt tuttt.

Aurora menyambar jaket yg ada disofa, dan mengambil kuncil mobil yg ada di nakas.
Aurora keluar dari lift dengan berlari tergesa gesa, Aurora tak menjawab sapaan dari Pengawalnya.

"Woii mana kemana lo!" Teriak Ayana,

"Rumah sakit!" Aurora menaiki mobil lambo bewarna putih dengan kecepatan diatas rata rata.

Aurora memarkirkan mobil nya sembarangan. Aurora tak menanggapi teriakkan dari satpam yg berjaga disana.
Aurora berlari menuju ruang UGD.

"Bik?" teriak Aurora. Bik siti terkejut mendengar teriakkan dari Aurora.

"Gimana bik? Kenapa mama sampai gini?" Aurora menggoyang bahu bik siti.

"Tenang dulu yok non, duduk dulu!" Bik siti mengenggam tangan Aurora dan memapah Aurora untuk duduk dikursi tunggu. Pintu ruangan UGD terbuka, seorang perawat keluar dari ruangan itu. Aurora dan bik siti bangkit dari duduknya.

"Pasian kekurangan darah! Darah golongan A+ sekarang sedang kosong. Apakah ada dari kalian yg  mendonorkan darah buat pasien?"  ujar Perawat itu.

"Kenapa sampai habis sih?" Raut wajah Aurora yg kesal,

"Baiklah saya bakalan donor darah saya buat ibu saya!" Ujar Aurora.

"Baiklah ikut saya." Aurora mengikuti perawat itu.







Next??

jangan lupa vote+komen







AURORA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang