Bismillah,
Bawa sequel Janan Hawa.
Kelanjutannya..
Yang udah baca ebooknya, no spoiler-spoiler.. xixixixi
pokoke akan dibuat bingung sama pilihan di sini...
semoga suka..
cuma 30 bab kayak biasa.
diusahakan juga sebulan kelar.
doain yaw..
Jangan ditanya lagi kenapa aku masukin ke genre religi..
Kadang aku pahami, berbuat baik belum tentu bisa diterima oleh semua orang.
Sudah seminggu sebuah jaket tergantung sembarang di balik pintu kamar berwarna putih itu. Pemilik kamar sendiri seolah tidak sadar jika ada barang milik orang lain di dalam kamarnya. Apalagi setelah pulih dari sakitnya kemarin, perempuan itu langsung disibukkan dengan berbagai macam kegiatan. Tidak adanya asisten yang membantu menghandle jadwal kerjanya malah membuat perempuan itu kewalahan sendirian. Banyaknya telepon yang menghubungi untuk mengajak kerja sama, sampai-sampai ada klien yang mendatanginya ke rumah karena sudah merasa diabaikan walau baru 1 x 24 jam. Karena itulah jaket tersebut tidak ter- notice sedikitpun olehnya.
"Wa, udah semua belum?" tanya seorang laki-laki yang kini selalu menjadi partner kerjanya. Baik dalam produksi iklan, maupun video youtube. Pandangan matanya sedari tadi hanya mengikuti gerak gerik perempuan itu yang tidak berhenti menyiapkan segala barang sebelum mereka berangkat untuk bekerja.
Janan Hawa, begitulah nama lengkap perempuan yang kini namanya semakin ramai diperbincangkan oleh semua kalangan. Tidak hanya anak muda, tetapi para ibu-ibu dan bapak-bapak yang mendengar kisahnya, semua terlihat salut melihat perjalanan karirnya masih cemerlang. Seolah tidak tumbang diterpa dengan badai besar, Janan Hawa semakin membuktikan jika masalah memang harus dihadapi bukan malah ditinggal lari. Karena kini buktinya Hawa hanya tinggal menikmati hasilnya saja. Dia menjadi terkenal karena sikap positifnya. Serta kerja keras yang selama ini sudah dia bangun, terbalaskan oleh hasil yang sempurna.
"Bentar sih, enggak lihat aku sibuk siapin bawaannya Shafi dulu."
Laki-laki itu hanya bisa menampilkan senyumannya. Dia tahu Hawa sedang berusaha menjalani pilihannya dengan sangat baik. Apalagi merawat seorang bayi sendirian, tanpa pengasuh, dengan minimnya ilmu sebagai orangtua, memang butuh ekstra kerja keras.
"Sini, biar gue bawain barang-barang Shafi."
"Gitu dong, lama banget sih pekanya. Pantes jomblo menahun!! Enggak peka-peka sih," ledek Hawa sambil menyerahkan satu tas besar peralatan bayi laki-laki bernama Shafi.
"Gimana enggak mau jomblo, yang ditaksir juga enggak peka!!"
Mengabaikan ucapan laki-laki itu, Hawa hanya bisa menggelengkan kepalanya. Bukannya dia tidak tahu jika laki-laki bernama asli Amir Chandra ini, alias bang Chan, sudah menyukainya sejak pertama mereka kenal dulu. Namun semakin ke sini, entah kenapa Hawa semakin tidak ingin menjadikannya sebuah pilihan sebagai belahan jiwanya. Karena Hawa takut, ketika posisi bang Chan berubah dari sahabat menjadi imam dalam hidupnya, maka dirinya akan kehilangan sosok yang dapat memahaminya. Terlihat egoiskah Hawa jika memikirkan sampai sejauh ini?
"Yuk ah," ajak Hawa, sambil menggendong Shafi dalam pelukannya.
"Lo dengarkan apa yang gue bilang barusan?" tanya bang Chan sambil menyamakan langkah kakinya.
"Wa, yang gue bilang tadi serius loh!! Lo harus denger!" ucapnya berulang kali.
Mengembuskan napasnya dengan berat, Hawa menjawabnya dengan sangat tenang. "Telinga gue dengar, tapi hati gue enggak. Jadi sorry!"
Sekali lagi Hawa tidak menanggapinya. Dia sadar kalimatnya ini akan membuat bang Chan terluka, namun Hawa merasa dirinya belum mampu membuka diri untuk siapapun. Termasuk untuk sosok bang Chan yang sudah terlalu baik kepadanya.
Continue...
100 komen, aku posting lagi, biar cepat kelar. Maklum udah ditulis sih.. xixixixi
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM PILIHAN HAWA
SpiritualYang baik, belum tentu jodohmu. Namun yang sudah menjadi jodohmu, pastilah yang terbaik atas pilihanNya. Dihadapkan dengan banyak pilihan untuk pendamping hidup, Hawa memilih diam dan berusaha kabur atas semua ini. Bukannya dia tidak mau melangkah u...