Bab 17

935 305 55
                                    

alhamdulillah balik lagi. wkwkwkwk.

sumpeh yee, jaringan first media lagi jelek banget akhir2 ini.

Semoga besok2 gak ada lagi.

Lanjut dibaca ya guys. semoga sukaaa..


------------------------------------------------------



Kamu membuatku sadar, luka yang muncul saat ini adalah atas pilihanku sendiri. Lalu untuk apa aku menyalahkan orang lain lagi?

"Tadinya aku masih berharap padamu, Ay. Tapi mendengar dari kata-katamu tadi membuatku sadar langkah seperti apa yang seharusnya kulakukan," ucap Daiyan tanpa melirik Ida yang berada di sampingnya.

Kepala Ida tertunduk. Hijab lebarnya berhasil menutupi tetesan demi tetesan air mata yang terus saja mengalir. Kini Ida benar-benar kesulitan untuk menenangkan hatinya sendiri. Pikirannya mengamuk. Dia membenci keputusannya kemarin ini, yang malah menghentikan pernikahan mereka hanya dengan dasar curiga dan cemburu.

Sedangkan selama ini dia tidak pernah melihat Daiyan berselingkuh dengan Hawa. Terakhir dia hanya melihat Daiyan menenangkan Hawa ketika perempuan itu sedang benar-benar terpuruk.

Ya Tuhan. Lagi-lagi hati Ida menjerit. Seharusnya dia yang menenangkan Hawa pada waktu itu. Harusnya dia yang paling bisa Hawa andalkan saat sahabatnya itu tengah terluka akibat kelakuan ayah kandungnya sendiri.

Tapi ke mana perginya dia?

Ke mana Ida yang katanya siap menemani Hawa kapan pun dan di mana pun.

Nyatanya Ida kemarin ini juga lebih memilih sibuk dengan pernikahannya. Bahhkan tanpa memberitahu Hawa sedikitpun hingga sahabatnya itu kaget dan kecewa.

Lalu kini, Ida mampu menyalahkan Hawa juga atas kegagalan pernikahannya ini?

Benar-benar terasa egois sekali.

"Kali ini aku benar-benar menyerah, Ay."

Isak tangis Ida semakin pecah mana kala Daiyan bergerak pergi dari sisinya kini. Saat tangan Ida berusaha meraihnya, ternyata Ida memang benar-benar tidak mampu. Daiyan tidak tersentuh sedikitpun olehnya.

Dari pandangan matanya, tubuh Daiyan berjalan tidak setegap biasanya. Mungkin dia pun merasakan hal yang sama. Bahkan jauh lebih sedih dari pada yang Ida rasakan kini.

Andai saja semua dugaan Ida salah, bila Daiyan tidak pernah ada sedikitpun pada Hawa, maka jelas sekali Daiyan yang paling terluka. Dia juga sudah berusaha keras untuk pernikahan mereka ini, tapi nyatanya Ida tidak sedikipun menganggap usaha yang Daiyan lakukan.

Ya Tuhan, padahal Daiyan selalu siap siaga di sampingnya ketika ayahnya dirawat. Bahkan lebih parahnya, biaya administrasi ditanggung oleh laki-laki itu dengan alasan ayah Ida adalah ayahnya juga. Tapi sangat menyakitkan sekali balasan yang Ida berikan kepada Daiyan.

Hanya atas dasar cemburu, Ida melupakan semua kebaikan yang sudah Daiyan berikan kepadanya.

Harusnya yang patut disalahkan dalam hal ini adalah dirinya. Ayduha Huwaida. Bukan Daiyan Fidai, ataupun Janan Hawa.

"Maafin aku, Mas. Maafin aku."

***

"Bagaimana sudah lebih tenang?"

Sambil menikmati cokelat hangat, kepala Hawa perlahan mengangguk. Kejadian yang tadi dia alami sangat diluar kendalinya. Menangis di depan semua orang. Berteriak – teriak di rumah sakit sampai menimbulkan kegaduhan, sungguh mengerikan.

ADAM PILIHAN HAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang