Bab 4

1.1K 284 122
                                    

Masih pada doain gak sebulan kelar cerita ini???

Tokoh lama yang udah muncul

1. Adskhan - siapa hayooo??? hahaha.. dia anaknya Syafiq sama Farah. Siapa Syafiq sama Farah? Baca ceritanya di KITA

2.  Aneska - tahu kan dia siapa?

3. Shafa - Kakaknya Adskhan

4. Kafi - Ada dicerita Jovanka

5. Bapak komisaris. Siapakah dia?

Untuk sampai bab ini, baru itu yang muncul. Kalo banyak2 nanti kalian kaget.

Btw, si Adskhan ini SpA ya. Spesialis anak.

Kalau Shafa masih dokter umum. makanya dia jadi dokter jaga, karena dia belum kuliah lanjutan ambil spesialisasi. Kenapa belum ambil spesialis?  Kalau kalian baca cerita Abi, dia kan hamil. Melahirkan. Jadi terlambat ambil spesialisnya

Si Aneska, Dia dokter bedah. Masih koas. Kok telat? Enggak telat. Dia tuh .... Ah, gak mau spoiler

Kafi, dokter bedah. Bedanya apa sama Aneska? Macem dokter bedah ada banyak cyin. Jangan ngadi-ngadi deh. Bedah umum, bedah ortopedi, bedah plastik. banyak kan.

Terus si komisaris siapa? Yakin gak tahu.

Dia anaknya dokter IWAN. :v

-------------------------

Ada apa dengan hati, mengapa dia berdebar tiba-tiba begini?

Mama Hawa datang dengan penuh kekhawatiran ketika diinfokan oleh bang Chan jika Hawa kembali masuk rumah sakit karena luka di lambungnya. Dan kali ini jauh semakin serius, karena Hawa tidak diperbolehkan mengkonsumsi makanan apapun yang bentuknya padat. Bahkan semua vitamin yang dibutuhkan oleh tubuhnya disuntikkan melalui infus yang dipasang pada tangan kirinya.

"Ya ampun, Nak. Kenapa bisa begini lagi?"

Terlihat sangat khawatir, mama Hawa sampai menitikan air mata ketika melihat anak satu-satunya hanya bisa terbaring lemah dengan bibir pucat dan cekungan mata menghitam. Bukannya dia tidak pernah memperingatkan Hawa mengenai pola hidup sehat yang seharusnya dijalankan oleh putrinya itu. Namun balik lagi, tetap saja Hawa lah yang sering kali melupakan nasihat-nasihat baik yang dikatakan oleh mamanya. Dia malah beranggapan tubuhnya masih kuat, masih bisa dia porsir dengan sangat maksimal untuk bekerja, dan meminimalisir waktu untuk istirahat. Padahal andai Hawa mau sedikit saja memahami jika penyakit tidak hanya menyerang orang-orang berusia lanjut, mungkin sekarang dia tidak akan terbaring lemah seperti ini.

"Mama kan sudah bilang, kamu kalau lagi banyak kerjaan, jangan lupa makan. Jangan lupa istirahat. Jangan diporsir terus, Nak. Tubuhmu bukan robot. Dia juga butuh waktu untuk sejenak istirahat."

"Maaf, Ma."

Hanya sebatas kata maaf yang bisa Hawa ucapkan kini. Mau berdalih seperti sebelum-sebelumnya pun percuma, karena tubuhnya sudah membuktikan jika apa yang Hawa katakan tidaklah benar. Dan tubuhnya memang butuh istirahat dan mengkonsumsi makanan sehat.

"Untung Achan kasih info ke mama kalau kamu di sini. Coba kalau dia enggak info, egois kayak kamu. Pasti mama bakalan lebih menyesal lagi karena enggak bisa merawat anak mama yang lagi sakit."

Melirik bang Chan dengan senyumannya, Hawa menyimpan rasa sebal yang sebelumnya dia keluarkan untuk bang Chan. Dia tidak ingin memperdebatkan hal ini lagi. Sekalipun bang Chan mengikuti perintahnya untuk tidak menginformasikan kondisi Hawa kini, belum tentu tidak ketahuan oleh mamanya juga.

ADAM PILIHAN HAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang