Ini panjang ya guyss...
Btw, bentar lagi kan ramadhan. Aku usahain Hawa selesai sebelum ramadhan muncul. kira-kira nih mau dibuatin cerita religi kayak apaan??? Komen yaw
-----------------------------------------
Tak tega aku berdrama, ingin rasanya aku bahagia dengan kisah yang nyata.
Bangun pagi diawali dengan mood yang kurang baik, Hawa berusaha meredamkannya dengan air putih. Walau dia menolak mentah-mentah tuduhan tersebut, namun tetap saja emosi di hatinya sulit dikendalikan. Dia sangat tidak suka seorang bang Chan, yang begitu dekat dengannya, berkomentar tidak sopan seperti semalam.
Memangnya siapa di dunia ini yang mau dibilang sebagai pelakor?
Tidak ada pastinya. Tapi hebatnya bang Chan berhasil mengatakan hal itu tanpa beban.
Sambil mencengkram kuat gelasnya, Hawa berusaha mengontrol semua emosinya. Namun sepertinya gagal, karena rasa sakit hati, kesal dan juga marah terus saja terasa sampai akhirnya Hawa berteriak sendirian seperti orang gila di rumahnya.
Beberapa kali jambakan di rambutnya terus menerus dia lakukan. Tawa penuh luka begitu saja tercipta di bibirnya. Mengingat bagaimana dulu dia pernah mengharapkan sosok laki-laki baik seperti Daiyan Fidai untuk menjadi suaminya.
Diperlakukan begitu baik oleh seorang Kasat Reskrim, Daiyan Fidai, saat Hawa benar-benar membutuhkan bantuan, hampir saja Hawa tergoda dengan pesona laki-laki itu.
Apalagi Hawa sebelumnya tidak pernah dekat atau memiliki sosok laki-laki yang mengerti dirinya tanpa perlu dia ceritakan, membuat tingkat kebaperan Hawa tidak terkendali.
Ingin rasanya Hawa memiliki, tetapi sayangnya dirinya tidak mampu. Terutama setelah melihat undangan berwarna gold itu serta kegugupan Ida dan juga Daiyan dalam menceritakan hubungan mereka, semakin menambah kekecewaan di hati Hawa. Harusnya Hawa sadar, tidak perlu menaruh harapan berlebih jika dirinya belum siap terluka.
Lalu kini, jika dirinya bercermin dengan tuduhan bang Chan semalam, rasanya memang benar-benar sesuai dan mirip sekali.
Tampilannya begitu terbuka, dan menggoda siapa saja yang melihatnya. Rambutnya berwarna, seakan menjadi fokus orang-orang semua. Dan yang terakhir karakternya sama sekali tidak bisa dijaga, mirip sekali dengan perempuan yang kerjanya suka menggoda.
Buktinya saja semalam, bang Chan menegurnya demi kebaikan diri Hawa sendiri. Akan tetapi respon Hawa begitu buruk pada laki-laki itu. Yang kapan saja rela dirinya repotkan.
Sembari mengembuskan napas berat, Hawa terdiam. Pandangannya kosong. Dia membiarkan dirinya melamun sejenak. Berharap emosi yang merajainya lenyap.
Namun sayang, semakin Hawa menunggu dalam lamunan, emosi itu seolah tersimpan nyata dalam hatinya.
Bahkan suara panggilan telepon saja, tidak berhasil mengganggu lamunannya. Dia masih saja sibuk terbang dengan pikiran-pikiran sakit hati serta kecewanya itu.
Sampai akhirnya notif panggilan telepon berubah menjadi notifikasi pesan wa yang tidak berhenti-henti. Di sanalah Hawa sadar jika ada info penting yang harus dirinya ketahui.
Mama
Shafi demam, Nak. Dari tadi nangis terus.
Hanya sebatas pesan singkat itu, gerakan Hawa langsung berubah menjadi terburu-buru. Tanpa pikir panjang, langkahnya langsung berlari keluar rumah. Menguncinya. Dan segera memesan taksi online untuk mengantarkannya ke rumah mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM PILIHAN HAWA
SpiritualYang baik, belum tentu jodohmu. Namun yang sudah menjadi jodohmu, pastilah yang terbaik atas pilihanNya. Dihadapkan dengan banyak pilihan untuk pendamping hidup, Hawa memilih diam dan berusaha kabur atas semua ini. Bukannya dia tidak mau melangkah u...