Spoiler dikit.
Dicerita ini bakalan banyak muncul tokoh-tokohku dalam cerita lain yang pernah aku tulis yaw... Jadi jangan linglung bacanya.
----------------------------
Aku mulai menyadari kadang sendiri bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh hati.
Hawa memandang jauh keluar jendela kamar hotel di mana deburan ombak seakan berlari-lari mengiringi matahari terbenam hari ini. Warna orange yang menyala terang, perlahan membawa pikirannya melaju jauh ke tempat lain. Bibirnya tersipu malu memikirkan kehidupanya saat ini. Jika dikatakan sudah sempurna kah kehidupannya, jelas belum. Namun sungguh Hawa sudah sangat bersyukur bisa sampai ditahap seperti ini setelah segala bentuk badai menghadang.
Jujur saja, jika dipikir-pikir masalah yang terjadi dalam hidupnya malah membuatnya semakin kuat. Bukan fisiknya saja yang kuat, karena harus bolak balik kantor polisi demi menyampaikan semua informasi yang dia punya, tetapi juga hatinya. Dia tidak lagi gampang menangis hanya karena hal-hal sepele, dan dia menjadi lebih bisa memahami segala situasi yang terjadi di sekitarnya.
Karena Hawa pun tahu, tidak semua hal yang dia inginkan bisa dirinya dapatkan atau bisa dia kendalikan dengan mudah.
Seperti itulah bentuk kehidupan yang berhasil dia pelajari dari kasus yang ayahnya hadiahkan untuk seorang Janan Hawa.
Dan kini rasa-rasanya Hawa hanya tinggal memolesnya dibagian akhir, agar sempurna itu semakin nyata bisa dirinya rasakan.
Tapi masalahnya bagian akhir seperti apa yang dia inginkan? Menikah lalu punya anak saja kah? Apa benar seperti itu? Ataukah ada ending lain yang ingin Hawa rasakan?
Ngomong-ngomong soal menikah, dirinya baru sadar belum juga menghubungi Ida, mantan asistennya, yang sudah menikah kurang lebih 1 bulan lalu. Padahal mamanya sudah mengingatkan untuk segera menghubungi Ida, setidaknya untuk mengucapkan selamat, karena dalam kehidupan Hawa beberapa tahun ke belakang, Ida adalah sosok orang yang setia menemaninya.
Jangan karena alasan sibuk mengurusi masalah ayahnya kemarin ini, Hawa pura-pura lupa jika mantan asistennya itu sedang berbahagia. Padahal mengucapkan selamat singkat saja, sama sekali tidak memakan waktu banyak. Namun entah kenapa mengatasnamakan masalah ayahnya adalah satu-satunya solusi yang Hawa punya untuk menghindari hari bahagia mantan asisten sekaligus sahabatnya itu.
Sambil mencari nama Ida dalam kontak ponselnya, Hawa mencoba menghubungi perempuan itu. Matanya terpejam perlahan dengan gejolak hati yang terus berharap agar panggilannya tidak diangkat, sampai akhirnya harapan hatinya terkabul. Nomor ponsel itu tidak aktif, entah sejak kapan hal ini terjadi. Yang jelas, ketika sekali lagi Hawa mencobanya, hasilnya tetap sama. Nomor Ida tidak bisa dia hubungi.
Awalnya hati gadis itu mendadak lega, namun saat pikirannya mulai khawatir telah terjadi hal-hal yang tidak diingikan, barulah Hawa panik. Tubuhnya terus bolak balik di dalam kamar, berharap ada kesalahan dalam nomor Ida, sehingga panggilan tersebut tidak tersambung. Tapi ketika dia cermati baik-baik, nomor tersebut tetaplah sama seperti beberapa tahun lalu dia simpan dalam ponselnya.
"Ke mana ya dia?" gumam Hawa dengan pikiran bergeriliya.
Hatinya ingin sekali menghubungi laki-laki yang Hawa yakini telah menjadi suami dari mantan asistennya. Namun jari tangannya tidak mau bergerak menekan nomor laki-laki tersebut. Sehingga dengan berlari-lari kecil dia keluar dari kamar, mengetuk ke kamar sebelah untuk meminta bantuan dari orang lain.
"Bang Chan ..." panggil Hawa dengan suara cukup kencang.
Bel kamar terus menerus dia tekan, dan ketukan di pintu juga tidak dia hentikan, demi mengharapkan kehadiran bang Chan dengan segera. Namun setelah menunggu sekitar 10 menit, barulah pintu tersebut dibuka dari dalam. Bang Chan terlihat kaget melihat Hawa menatapnya dengan ekspresi marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM PILIHAN HAWA
SpiritualYang baik, belum tentu jodohmu. Namun yang sudah menjadi jodohmu, pastilah yang terbaik atas pilihanNya. Dihadapkan dengan banyak pilihan untuk pendamping hidup, Hawa memilih diam dan berusaha kabur atas semua ini. Bukannya dia tidak mau melangkah u...