Aku mau kebut ngetik bab lagi. Doakan aku yawww...
Enggak mau kecewain kalian pokoknya..
-------------------------------------------
Jangan mengenalku dari katanya, karena diriku dengan cerita orang berbeda.
Adskhan nampak santai menatap laki-laki yang kini terlihat sangat kacau di depannya ini. Wajahnya jelas sekali kusut, terlebih lagi dia baru saja kembali dari Amerika, dan pastinya masih berusaha beradaptasi dengan waktu. Lalu gaya berpakaiannya sudah pasti jauh berbeda ketika dirinya temui sekitar 3-4 tahun lalu. Dan parahnya lagi, laki-laki itu yang masih sepupunya, kini menjadi pecandu rokok. Lihat saja buktinya, baru saja mereka duduk di sini sekitar sejam, namun sudah hampir 4 batang laki-laki itu habiskan.
"Serius lo enggak mau kopi?"
Kepala Adskhan menggeleng. "No. Gue mengurangi caffein."
Bibir laki-laki itu mencibir. "Ini bukan karena lo dokter, kan. Terus sok-sok'an gaya hidup sehat."
Tidak menjawab, Adskhan mengalihkan tatapannya ke arah lain, dimana beberapa pengunjung nampak menikmati pemandangan dari café yang menurutnya cukup oke untuk dikunjungi saat malam hari.
"Lo tahu kan hidup cuma sekali, kalau lo terlalu ngebatasin mah percuma lo hidup."
Sebelah alis hitam Adskhan terangkat. Dia tidak setuju dengan jawaban dari sepupunya itu.
Raqila Athafariz. Atau yang biasa dipanggil Aiz, dimata Adskhan telah banyak berubah. Lama tinggal di Amerika demi mendapatkan ilmu dari sana, namun saat kembali Adskhan malah melihat sosok berbeda dari Aiz. Yang masih sama hanyalah kulitnya saja, bening seperti oli samping.
"Kenapa lo? Enggak terima sama kata-kata gue? Hahaha ... bukannya bener yang gue bilang. Lagian sih lo enggak berubah-ubah dari dulu. Masih aja kuper."
"Gue enggak berubah? Masa sih? Gue rasanya udah berubah banyak dari sebelum lo ke Amerika. Kuliah gue udah lulus, bahkan gue udah menjadi dokter specialist anak sekarang. Walau gue masih kerja di rumah sakit kakek, tapi setidaknya gue udah enggak nyusahin ibu gue lagi. Karena masalahnya pola didik orangtua gue beda sama pola didik kedua orang tua lo. Gue kalau mau apa-apa kudu usaha sendiri. Enggak kayak lo, tinggal minta langsung dapat."
Bergumam dengan kasar, Aiz melontarkan kata-kata yang kurang pantas untuk sepupunya Adskhan. Walau mereka terlibat perang emosi, namun setelahnya Aiz yang terlebih dulu tersenyum, bahkan tertawa atas kondisi awkward mereka berdua.
"Enggak cocok ye kita ribut."
"Itu lo tahu," sambut Adskhan sambil meneguk air mineral yang tadi sudah dia pesan.
"Btw, mana gelar sarjana lo? Kuliah di Amerika, balik-balik malah galau yang lo bawa, bukan gelar."
"Ah, tahu. Pusing gue kuliah di sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAM PILIHAN HAWA
SpiritualeYang baik, belum tentu jodohmu. Namun yang sudah menjadi jodohmu, pastilah yang terbaik atas pilihanNya. Dihadapkan dengan banyak pilihan untuk pendamping hidup, Hawa memilih diam dan berusaha kabur atas semua ini. Bukannya dia tidak mau melangkah u...