Bab 5

1.1K 266 95
                                    

FYI guys..

Kemarin ada pembaca yang membantu memperbaiki panggilan nama dokter pembimbing.

Katanya kalo masih dokter umum, bener koas. Kalo spesialis namanya residen.

Dan btw busway, si Aneska belum jadi dokter spesialis ya di sini. karena awalnya memang dia gak kuliah ke dokteran. Dia baru ambil jurusan dokter. Makanya kenapa dia sama adskhan kok beda. Adskhan udah SpA. Aneska kok masih belum, ya karena itu alasannya.

Tapi makasih banyak yg udah kasih info berguna ini buat aku. Seneng aku dikomen begini, bermanfaat. xixixi


--------------------------------------------------

Kenali aku perlahan dengan hati, bukan untuk kamu cintai. Tapi untuk bisa menjadi bagian dari hidupmu dikemudian hari.

"Tapi emang cantik sih dokter jaga yang kemarin periksa lo. Hidungnya mancung banget. Kayak Arab gitu. Tapi enggak Arab-Arab banget sih. Cuma gue suka aja sama hidungnya yang mancung banget. Terus kelihatan cerdas dan sangat intelek. Kira-kira usia berapa ya dia?"

"Kenapa lo tanya usia? Naksir?"

Bang Chan melirik Hawa yang menatapnya sinis, kemudian dia tertawa bahagia melihat respon tersebut. Entah kenapa dia berpikir Hawa tidak suka mendengar jika dirinya memuji perempuan lain.

"Naksir boleh lah. Kenapa enggak boleh. Toh gue juga single."

"Dih. Mana ada dokter yang mau sama pekerja serabutan macem lo."

Jutek dan pedas. Kembali sambutan Hawa membuat bang Chan semakin bersemangat untuk menggodanya.

Setelah dia rapi mengelap wajahnya yang basah, bang Chan duduk di atas ranjang Hawa, kemudian membalas tatapan perempuan itu dengan ekspresi penuh maksud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah dia rapi mengelap wajahnya yang basah, bang Chan duduk di atas ranjang Hawa, kemudian membalas tatapan perempuan itu dengan ekspresi penuh maksud.

"Cie, cemburu ya gue puji perempuan lain."

"Cemburu? Siapa? Gue? Ya ampun, enggak salah lo mikir gue cemburu. Gila."

"Emang gue gila. Kan dari dulu lo tahu, gue tergila-gila sama lo," sahutnya. Hawa tanpa pikir panjang langsung menghadiahkan bang Chan sebuah pukulan dengan bantal yang berada di dekatnya. Cukup kuat. Sampai respon bang Chan hampir terjatuh dari posisinya.

"Sinting. Kuat banget. Sakit woi!! Udah sembuh ya lo. Pulang dah. Jangan lama-lama di rumah sakit ini. Mahal!!!"

"Emang berapa?" tanya Hawa mulai khawatir.

"Kamarnya doang 4,2 Juta semalam."

"SINTING!!"

Responnya cepat. Dia langsung berusaha turun dari ranjang rumah sakit ini, yang memang ya sangat nyaman, dan berharap bisa keluar dari rumah sakit ini sebelum biaya makin membengkak.

ADAM PILIHAN HAWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang