EPISODE 6

17.7K 1.2K 86
                                    

Happy reading❤️

Mereka saling melempar senyuman. Setidaknya itulah yang di lihat oleh seorang lelaki dengan setelan jas mahal yang saat ini berdiri dibalik tembok pemisah.

Sedaritadi Rey memperhatikan interaksi keduanya, bahkan ia melihat gadisnya tersenyum manis kepada seorang lelaki yang Rey yakini adalah guru pembimbing Shasya.

Tanpa sadar tangannya mengepal erat melihat pemandangan tersebut.

"Shasya." panggilnya dengan suara berat.

Shasya menoleh ke arah sumber suara, seketika senyumnya semakin melebar karena kehadiran Rey.

"Kak Erick!" hingga Shasya tidak dapat menahan untuk tidak memeluk Rey. Ia langsung menerjang lelaki itu dengan pelukan erat.

Kepalan tangan Rey yang mengeras perlahan mengendur begitu mendapatkan pelukan dari gadisnya.

"Sayang," Rey mengusap surai panjang milik Shasya. Jari-jarinya yang panjang menyusuri helaian demi helaian surai itu.

Sudah Rey duga jika Shasya akan menyambut kedatangannya dengan senyuman indah, serta pelukan hangat.

Rey dapat merasakan hatinya menghangat dan ia dapat merasakan ada desiran di dalam dirinya. Mengantarkan sensasi enak tersendiri baginya.

"Kak Erick udah pulang,"

"Ya sayang, aku pulang."

"Maafin Shasya..."

Rey mengerutkan dahi. "Untuk apa kamu minta maaf? Kamu tidak pernah berbuat salah, sayang."

Shasya menggeleng dengan kepalanya yang masih menempel di dada bidang bidang Rey. "Aku belum sempet ke depan buat nunggu kak Erick. Maaf."

Rey terkekeh geli mendengar hal itu. "It's okay baby, lagian sekarang aku sudah ada di hadapanmu."

Shasya mengangkat kepalanya, mendongak ke atas agar dapat menatap mata lelaki tampan itu.

"Kak Erick nggak marah?"

"Marah? Untuk apa aku marah?"

"Marah karena Shasya gak nunggu kak Erick,"

Rey menggeleng dan berkata. "Itu bukan masalah,"

"Tadinya sih Shasya mau nunggu kakak di depan halaman, tapi kamunya malah datang duluan." gadis itu mencebikan bibirnya kesal.

Rey hanya tersenyum tipis. Lalu pandangannya beralih menatap seorang lelaki yang sejak tadi menyaksikan perbincangannya bersama Shasya.

Mr.Gara masih berdiri mematung di tempat. Melihat dengan jelas bagaimana keakraban antara Rey dan muridnya, Shasya.

Jika di lihat dari berbagai sudut, Rey terlihat seperti seorang ayah dan Shasya adalah bagai putrinya. Namun nyatanya mereka sepasang kekasih yang saling mencintai.

"Sudah puas menonton?" seruan Rey menyadarkan Mr.Gara dari lamunanya.

Mr.Gara menegakan tubuhnya, melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya sekilas, kemudian berjalan mendekat ke arah mereka.

"Bisa kita kembali ke dalam kelas? waktu belajar akan segera habis."

Rey menatap lelaki itu dingin. Sangat berbeda dengan tatapan yang selalu diberikan pada Shasya. "Gak perlu. Berikan saja apa yang harus gadisku kerjakan, biar aku yang mengurusnya."

Mr.Gara terdiam sejenak, kemudian ia mengangguk.

Mr.Gara hanya menurut, ia memberikan beberapa buku tebal pada Rey lalu membungkuk sopan. Ia sudah mengenal bagaimana sikap Rey.

Lelaki itu seperti sangat memanjakan Shasya, bahkan tugas kedua orangtua Shasya tidak sampai seperti itu. Seolah-olah Rey mengambil alih semua tugas Maya dan Gershon yang notabenenya sebagai orangtua Shasya.

Namun, nampaknya lelaki itu melakukannya dengan senang-senang saja tanpa mengeluh dan tanpa protes sedikitpun. Sungguh gambaran lelaki idaman.

Setelah kepergian guru pembimbing Shasya, Rey membawanya masuk ke dalam ruangan kelas.

Saat tiba didalam, Rey menuntun Shasya untuk duduk di kursi bagian paling depan. Sedangkan dirinya beridiri menjulang dihadapan Shasya.

"Mari kita mulai, babygirl."

Rey memasang raut wajah yang serius. Dengan kedua tangan menyilang di dada, seolah siap mengintrogasi.

"You ready, baby?"

Shasya mengangguk lucu.

Sudut bibir Rey terangkat ke atas membentuk senyum seringai. "Apa yang kamu lakukan sebelum aku datang menemuimu?"

"Sekolah."

Rey berdecak seakan tidak puas dengan jawaban Shasya. "Lebih spesifik lagi, maksud aku apa yang kamu lakukan sebelum aku datang,"

"Lagi belajar,"

"Katakan lebih jelas."

Shasya menatap Rey bingung. "Kak Erick gak ngerti bahasa manusia ya? Aku kan tadi udah bilang kalo aku lagi belajar." ucap Shasya greget lalu mengembungkan pipinya.

Rey menggigit bibir bagian dalamnya. Tatapan memuja dari lelaki itu terlihat jelas ketika memandang Shasya. "Aku tau." balasnya ringan.

"Itu tau, lagian kan kak Erick tau kalau keseharian aku pasti belajar."

Rey tersenyum miring mendengar itu. "Oh ya? Kenapa aku gak percaya ya?"

Shasya menatap Rey sambil menggeleng-geleng kepala. Tidak habis pikir.

"Ihs, yaudah kalau gak percaya juga gak apa-apa." Shasya membuang wajahnya ke samping dengan kesal.

"Shasya gak nyuruh kak Erick buat percaya sama Shasya, kok." gumamnya lirih dengan hati yang berdesir perih.

Rey tertegun menyadari perubahan raut wajah Shasya.

"Shasya mau jadi anak yang pinter ... Supaya Shasya gak mudah di bodohi sama orang-orang."

"Shasya malu ..."

Rey mendekat menyentuh dan meremas kedua pundak Shasya khawatir. "Hey, aku hanya bercanda."

Rey memasang raut wajah cemas, takut jika Shasya akan sakit hati dengan ucapannya. "Aku tidak serius mengatakan itu,"

"Sayang..." Rey menangkup kedua pipi Shasya sambil menatapnya was-was. Kemudian dengan sekali hentak ia memeluk tubuh Shasya erat dan memejamkan kedua mata dalam-dalam.

"Maaf... Maafkan aku," sesal Rey. Ia benar-benar terlihat sangat merasa bersalah.

"Aku tidak bermaksud, a-aku sama sekali tidak berniat untuk menyakitimu, sayang." sambungnya dengan nada suara rendah.

Shasya hanya diam tidak menjawab Rey.

"Katakan sesuatu, jangan hanya diam seperti ini," Rey mempererat pelukan, menenggelamkan kepala Shasya di dada bidangnya. Sesekali lelaki itu memberikan kecupan dipucuk kepala Shasya.

"Sayang ..."

Shasya melepas paksa pelukan Rey dan menatap lelaki itu dengan tatapan sayu. "Aku ngantuk, mau tidur.."

Rey menggelengkan kepalanya panik. "Maaf ... Aku membuatmu sakit. Sayang, maafkan aku. Please.." lirih Rey dengan hati yang berdenyut nyeri.

"Aku mau tidur," ujar Shasya singkat.

Rey mematung dengan raut wajah pilu.

TBC.

Sweet ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang