EPISODE 17

11.1K 888 50
                                    

Rey_il re ricco

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rey_il re ricco

Rey_il re ricco

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

40.900 suka
Rey il re ricco.🖤
Lihat semua 1.363 komentar
toscamusk❤️
dxvino🔥

─── ∙ ~εïз~ ∙ ───

Happy reading❤️

Rey membunyikan klakson, detik berikutnya pintu gerbang terbuka secara otomatis.

Rumah yang berada dikawasan perumahan elite itu terlihat sangat megah. Halamannya sangat luas, sebagian disihir sebagai taman dan air mancur.

Mobil terparkir, Rey turun dan membukakan pintu untuk Shasya.

"Ayo." Rey mengulurkan tangannya kepada Shasya.

Shasya menyambut tangan Rey dan merasakan genggaman erat lelaki itu di tangannya.

Rey menuntun Shasya masuk ke dalam rumah. Ia melepaskan genggamannya, lalu beralih memeluk pinggang Shasya agar merapat ke tubuhnya. Matanya menyorot tajam seakan memberi peringatan kepada setiap orang yang memperhatikan Shasya secara terang-terangan.

Rey merasa sangat terganggu dengan itu. Jadi sebisa mungkin ia berjalan cepat membawa Shasya masuk ke dalam rumah. Karena jujur saja, ia sudah tidak tahan dengan lirikan para buaya yang terus memperhatikan gadisnya. Mengapa banyak sekali lelaki hidung belang dirumah Papa?! Pikir lelaki itu.

Rey membuka pintu yang besar menjulang tinggi dihadapannya, kakinya ia langkahkan langsung ke arah ruang keluarga, tempat dimana seringnya keluarga tercinta berkumpul.

Langkah Rey perlahan mengendur, ia menatap ke sekeliling ketika tidak menemukan manusia disana. Rey menunduk melihat sekilas jam mahal yang melingkar dipergelangan tangan, jam sudah menunjukan pukul 8 malam. Saat-saat seperti ini harusnya makan malam sudah berlangsung khidmat.

"Mama sama papa kemana? Kok nggak ada,"

Rey spontan menundukan kepala mendengar suara gemas itu. Mengelus lembut pinggangnya sembari berkata. "Entah, aku juga gak tau."

Shasya menengadahkan kepalanya ke atas menatap ke arah Rey yang lebih tinggi darinya. "Apa mereka udah tidur?"

Rey balas menggeleng. "Aku rasa belum,"

"MAMA!" panggilan pertama tak ada respon apa pun dari ibunya. Shasya menghembuskan nafasnya dan kembali memanggil ibunya, namun kali ini lebih keras.

"MAMA!!" teriakan melengking Shasya menggelegar disegala penjuru rumah yang sepi.

Sementara disisi lain persisnya di dalam kamar, Maya langsung mendorong dada bidang suaminya dan secepat kilat berlari keluar kamar menemui keberadaan putrinya.

"Hei, tidak boleh teriak-teriak gitu. Nanti tenggorokanmu sakit, sayang." Rey berkata lembut.

"Kalau Shasya gak teriak, Mama pasti gak bakalan turun, kak Erick." ucap gadis itu polos sembari mengerjab-ngerjabkan matanya lucu.

Rey yang tidak tahan melihat tingkah menggemaskan Shasya lantas memberikan kecupan di bibir mungil gadis itu. "Baiklah, terserah kamu. Apapun yang kamu lakukan aku senang."

Shasya tersenyum manis mendengar ucapan Rey. Memang lelaki itu selalu bisa membuat Shasya tersenyum.

"Sayang? Astaga! Kamu udah pulang, kenapa gak manggil mama sih,"

Shasya menolehkan kepalanya ke asal sumber suara. Disana terlihat Maya menuruni tanggal terburu-buru, namun yang membuat Shasya heran adalah penampilan ibunya yang tampak berantakan. Rambutnya seperti belum disisir dan juga dress yang ibunya kenakan terbuka dibagian atas dada. Sontak saja otak polos Shasya bertanya-tanya.

Rey mengusap wajahnya kasar ketika mengikuti arah pandang Shasya. Tidak mungkin ia tidak tahu apa yang tengah ibu mertuanya lakukan, sudah pasti dalang dibalik semua itu adalah tidak jauh dari ayah mertuanya yang tak lain, Gershon.

What the- Rey menahan segala umpatan di dalam hatinya. Tahu kejadiannya akan seperti ini maka ia lebih memilih untuk membiarkan Shasya bersamanya saja di apatermen. Rasa-rasanya itu memang yang terbaik.

"Mama?"

"Iya sayang, ini mama." seakan lupa diri Maya tersenyum manis di depan Shasya. Wanita yang sudah tidak muda lagi itu memeluk singkat Shasya, tidak lupa memberi kecupan manis di kening sang putri.

"Mama habis ngapain?" tanya Shasya pelan sembari memiringkan kepalanya lucu, menatap ibunya heran.

Maya seketika tergagap, tiba-tiba saja kerja otaknya blenk dengan pertanyaan Shasya. "Ma-maksudnya?" Maya beralih menatap Rey yang sedari tadi diam belum mengeluarkan suara.

"Kancing baju." Rey berdehem mencairkan suasana yang terasa canggung. Bahkan lelaki itu mengalihkan perhatiannya ke segala penjuru rumah demi tidak melihat barang berharga milik Maya.

Mendengar itu Maya langsung menunduk dan benar saja, ternyata kacing baju bagian atas dadanya terbuka. Jadi ini yang membuat putrinya keheranan ya, sialan! Ini karena ulah suaminya. Mendengar suara teriakan Shasya membuatnya bergegas turun dan melupakan baju bagian atasnya yang belum tertutup. Sungguh memalukan sekali.

Maya tersenyum kikuk. Membalikkan tubuhnya ke belakang dan mengancingkan baju bagian atasnya sampai tertutup. Setelah itu berbalik kembali menghadap Shasya yang masih terheran-heran.

"Mama habis ngapain, papa mana mah?" Shasya celingak-celingukan mencari keberadaan Gershon.

"Papa disini, princess." suara baritone itu terdengar dari atas tangga, tampak Gershon menuruni tangga perlahan dengan piyama yang membungkus tubuh tegapnya.

"Shasya kira kalian udah tidur,"

Setelah menginjak tangga terakhir, Gershon langsung merangkul mesra Maya dan mengecup pipi kiri perempuan itu. "Tadinya begitu, tapi tidak jadi karena papa sama mama memutuskan untuk bermain."

Shasya mengerutkan dahinya. "Main apa? Kok gak ajak-ajak Shasya sih?!" terdengar dari nada bicaranya gadis itu tengah merajuk.

"Anak kecil tidak boleh main seperti papa dan mama, nanti saja kalau kamu sudah besar." ucapan Gershon sukses membuat kedua bola mata Maya membulat.

"Jangan dengarkan papamu, sayang. Kamu belum makan'kan? Kalau begitu ayo makan, nanti biar mama suapin." Maya dengan buru-buru membawa Shasya kabur, sebelum nanti putrinya yang polos terkontaminasi oleh suaminya.

"Eh-Shasya udah makan tadi,"

"Udah gak apa-apa, makan lagi aja. Biar kamu cepat besar. Ayo sayang,"

Kedua ibu dan anak itu sudah menghilang dari balik layar, kini hanya menyisakan antara dua lelaki berbeda generasi yang saling melemparkan aura negatif.

"Rey Roderick Bexley, membawa putriku begitu saja. Tanpa meminta izin kepadaku, ataupun kepada istriku. Nyalimu ternyata lumayan juga eh? Dengan tegas aku akan me-"

Karena sangat malas mendengarkan suara Gershon, Rey memutuskan untuk pergi menuju ruang makan menyusul Shasya dan Maya.

Melihat itu Gershon menggeram marah. Lagi dan lagi ia diabaikan oleh Rey. "Menantu Sialan!"

TBC.

Sweet ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang