EPISODE 12

12.3K 987 96
                                    

Happy reading❤️

"Nona muda, Presdir menyuruh anda untuk pergi ke ruang rapat."

Seketika Shasya tersentak. Dengan tidak sengaja ia mencoret hasil gambarnya di kertas berukuran F4, yang menjadikan maha karyanya nampak kurang sempurna. Ia menoleh dan menemukan sosok orang kepercayaan Rey.

"Ruang rapat? Aku?" Shasya mengerutkan keningnya bingung.

Dante mengangguk. "Iya, nona muda. Presdir ingin menemui anda sekarang juga."

"Ada apa? Kak Erick lagi rapat, nanti aku mau ngapain di sananya.."

"Maaf saya tidak tau. Seharusnya ada hal yang penting, di tengah rapat tiba-tiba berhenti Presdir berkata ingin menemui anda."

"Owh, yaudah." Shasya beranjak bangun dari duduknya, tak lupa membereskan peralatan menggambar yang berserakan di meja dengan rapi.

"Kira-kira ada apa ya?" gumam gadis itu pelan.

Shasya berjalan mengikuti kemana perginya Dante dengan isi kepalanya yang berputar. Untuk apa lelaki itu memanggilnya saat acara rapat tengah berlangsung. Sampai langkahnya berhenti saat melihat pintu bercat hitam yang tinggi menjulang dihadapannya.

Ceklek

Dante membungkuk hormat. "Nona muda, silahkan masuk."

Shasya membawa masuk tubuhnya ke dalam dengan ragu-ragu. Antara ingin masuk dan tidak ingin masuk. Kemudian setelah memantapkan hati, ia masuk tanpa merasa ragu lagi.

Deg

Semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut langsung menatap Shasya penasaran. Siapa perempuan itu sehingga bisa sampai masuk ke dalam ruangan rapat Presdir. Ini sangat jarang terjadi. Walau demikian apakah ia adalah gadis specialnya sang presdir? Rumor mengatakan bahwa Presdir perusahaan Libertix Group sangat asing dengan kaum perempuan. Lalu siapa gadis kecil itu? Pikir mereka.

Shasya menelan ludahnya susah payah, sepertinya ia harus putar balik ke ruangan pribadi Rey dan melanjutkan kembali kegiatan menggambarnya yang belum selesai. Bagaimana tidak? Di hadapannya terdapat belasan kursi yang setiap satu kursinya diisi oleh satu orang. Dan mereka semua menatap ke arahnya dengan tatapan yang berbeda. Itu sukses membuat Shasya kurang nyaman.

"Kemarilah," suara berat milik Rey terdengar mengintruksi.

"Kak Erick ada apa cari Shasya?" bisik Shasya begitu sampai di samping lelaki itu.

"Duduk!"

Eh?! Dengan patuh Shasya duduk di kedua paha Rey. Yang kembali mengundang tatapan penasaran dari para kolega Rey.

"Baiklah, lanjutkan."

Seketika ruangan menjadi riuh. Mereka saling bertukar pandang dan berbisik maksud kedatangan Shasya dalam acara rapat penting Presdir yang sontak saja membuat Rey menggeram marah.

"Jangan membuang waktuku!" ujar Rey dingin. Sedingin tatapan yang ia tujukan kepada mereka semua.

"Iya, Presdir."

"Libertix Group baru saja meluncurkan beberapa teknologi canggih, yang pada awal penjualan telah menarik perhatian luas.."

"Kemungkinan besar, akan banyak keuntungan yang kita dapatkan atas peluncuran barang tersebut.."

Rey memasang telinga dengan cermat. Ia menyendok kecil sepotong cake lalu menyodorkan ke depan mulut Shasya.

"Aku ingat ini cake kesukaanmu, menurutku gak terlalu buruk." Rey berbisik.

Sweet ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang